Karakteristik Fisik Penelitan Pembuatan Sosis Ikan Nila Merah Oreochromis sp

dengan semua perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 10, 13 dan 19. Perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 19 berbeda nyata dengan semua perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 10, 13 dan 16. Dapat dilihat pada Gambar 13 nilai tertinggi atau perlakuan yang paling disukai oleh panelis terhadap parameter tekstur adalah penambahan isolat protein kedelai sebesar 19 dengan nilai 7,3 dan akan semakin menurun seiring dengan perlakuan yang dilakukan. Kinsella 1985 bahwa isolat protein kedelai yang digunakan dalam pembuatan sosis dapat meningkatkan daya ikat air yang dapat menyebabkan kenaikan nilai tekstur. Kenaikan nilai tesktur pun akan seiring atau berbanding lurus dengan nilai kekuatan gel. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang dapat menentukan nilai tekstur atau keempukan yaitu, gigitan pertama pada saat kunyahan pertama, kemudahan produk untuk pecah ke bentuk fragmen dan jumlah residu yang tersisa setelah mengunyah. Perubahan keempukan dan sifat air produk sangat berhubungan. Produk atau daging sedikit tidak berair akibat memperpanjang proses pemasakan, begitupun dengan kempukan produk Cross, 1986. Adapun protein kedelai akan bercampur dengan produk untuk meningkatkan karakteristik tekstur. Efek penambahan tofu yang terbuat dari kacang kedelai berpengaruh pada peningkatan tekstur emulsifikasi gel dengan penambahan bubuk tofu. Penambahan tersebut akan meningkatkan kekuatan dan stabilitas struktur gel matriks serta retensi kelembaban. Selain itu, akan mengakibatkan struktur gel lebih tebal dan berisi Panyathitipong, 2010.

4.2.2 Karakteristik Fisik

Sifat fisik merupakan sifat-sifat yang dapat diukur dengan alat-alat tertentu Pengujian ini dapat dilakukan untuk menentukan kualitas elastisitas produk atau bahan makanan yang telah tersedia antara. Soekarto, 1990. Pengujian karakteristik fisik berupa uji lipat, uji gigit, kekuatan gel serta water holding capacity. 4.2.2.1 Uji lipat Uji lipat merupakan salah satu pengujian sensori awal bertujuan untuk menentukan serta memastikan kekuatan gel dan elastisitas surimi oleh para panelis Shaviklo, 2006. sosis ikan nila merah. Berdasarkan hasil analisis Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa nilai Asymsig 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa perbedaan penambahan isolat protein kedelai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter uji lipat sosis ikan nila merah.Berikut adalah hasil pengujian uji lipat dapat dilihat pada Gambar 14. 4,5 c 3,83 b 3,67 b 3,3 a 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 ISP 10 ISP 13 1SP 16 ISP 19 Gambar 14 Histogram nilai rata-rata parameter uji lipat sosis ikan nila merah Oreochromis sp Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Berdasarkan Gambar 14 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 13 dan 16 tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter uji lipat sosis ikan nila merah. Pada perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 10 dan 19 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 13 dan 16, sedangkan perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 10 berbeda nyata dengan perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 19. Dapat dilihat pada Gambar 14 nilai uji lipat tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan isolat protein 19 dengan nilai 4,5 dan semakin menurun seiring dengan menurunnya konsenrasi isolat protein yang ditambahkan. Kenaikan nilai uji lipat akan sebanding atau berbanding lurus dengan kenaikan kekuatan gel. Hal ini dapat disebabkan oleh karena meningkatnya kemampuan kapasitas produk atau sosis dalam daya keretakan dan daya ketegangan. Selain itu, penambahan isolate protein dapat meningkatkan daya pembentukan gelasi sehingga meningkatkan nilai uji lipat Niwa, 1992. 4.2.2.2 Uji gigit Uji gigit merupakan salah satu pengujian sensori awal bertujuan untuk mengevaluasi resiliensi dan elastisitas surimi oleh para panelis. Uji gigit dilakukan dengan cara menggigit bagian contoh yang memiliki ketebalan ± 5 mm dengan menggunakan gigi bagian depan dan dikonversikan ke dalam tabel yang telah disediakan Shaviklo, 2006. Berdasarkan hasil analisis Kruskal-Wallis dapat diketahui bahwa nilai Asymsig 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa perbedaan penambahan isolat protein kedelai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter uji gigit sosis ikan nila merah. Berikut adalah hasil pengujian uji gigit dapat dilihat pada Gambar 15. 7,6 c 7,13 b 6,27 a 6,2 a 1 2 3 4 5 6 7 8 ISP 10 ISP 13 ISP 16 ISP 19 Gambar 15 Histogram nilai rata-rata parameter uji gigit sosis ikan nila merah Oreochromis sp Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Berdasarkan Gambar 15 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 10 dan 13 tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter uji gigit sosis ikan nila merah. Pada perlakuan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 16 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan penmbahan konsentrasi isolat protein 19 terhadap parameter uji gigit sosis ikan nila merah. Menurut Cross 1986 mengatakan bahwa prinsip pengujian atau evaluasi yang berkaitan dengan tekstur atau keempukan dapat dianalisis atau dieliminasi oleh para panelis yang dapat dievaluasi saat itu juga. Panelis cenderung memilih sosis dengan nilai tertinggi yaitu perlakuan penambahan isolat protein 19 sebesar 7,6. Semakin Kondisi produk seperti ini dapat terjadi karena perbedaan jumlah jaringan daging, jumlah simpanan lemak, temperatur contoh dan lama waktu produk tersebut diuji. Hal-hal ini biasanya saling berhubungan saat pengujian. Menurut Mervina 2009 penambahan isolat protein kedelai berfungsi sebagai zat aditif untuk memperbaiki tekstur dan flavour produk sehingga memengaruhi penampakan produk mengakibatkan nilai uji gigit pun meningkat. 4.2.2.3 Kekuatan gel Kekuatan gel merupakan salah satu indeks kualitas produk yang dapat diukur berdasarkan spesies dan dipenguruhi oleh musim serta perlakuan lainnya dengan satuan gf atau g force Kongpun, 1999. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa nilai Asymsig 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa perbedaan penambahan isolat protein kedelai memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kekuatan gel sosis ikan nila merah. Berikut adalah hasil pengujian kekuatan gel sosis ikan nila merah dapat dilihat pada Gambar 16. 457,8 c 322,43 b 314,23 b 247,1 a 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 ISP 10 ISP 13 ISP 16 1SP 19 Gambar 16 Histogram nilai rata-rata parameter kekuatan gel sosis ikan nila merah Oreochromis sp Keterangan : Angka-angka pada histogram yang diikuti dengan huruf superscript yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Berdasarkan Gambar 16 menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi isolat protein kedelai 13 dan 16 tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter kekuatan gel sosis ikan nila merah. Pada perlakuan penambahan isolat protein kedelai 10 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan penambahan isolat protein kedelai 19. Kekuatan gel tertinggi terdapat pada penambahan isolat protein kedelai konsentrasi 19 sebesar 457,8 gf dan semakin menurun seiring dengan penurunan penambahan konsentrasi isolat protein kedelai. Penambahan protein non-daging tertentu kedalam surimi untuk membentuk suatu produk mempunyai efek sebagai bahan pengisi. Kekuatan gel produk surimi dengan penambahan isolat protein kedelai mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan derajat denaturasi isolat protein tersebut. Penambahan isolat protein kedelai dapat merubah sifat penyerapan air produk yang menyebabkan dehidrasi dan peningkatan densitas antara matriks protein. Selain itu, penggunaan isolat protein kedelai dapat mempengaruhi daya absorbsi air yang menyebabkan kekerasan atau pembentukan gel meningkat saat proses gelatinisasi Niwa, 1992. Penurunan penggunaan isolat protein kedelai memungkinkan protein daging dalam formulasi sosis akan digantikan dengan protein kedelai. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kekerasan pada sosis adalah jenis protein antara lain aktin dan miosin Fawza et al. 2000. Pembentukan gel dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi, pH, adanya komponen lain serta perlakuan panas ketika pemasakan. Protein sebagai penyerap lemak dan penstabillitas emulsi yang dapat digunakan pada bahan pangan Sathivel et al. 2009. 4.2.2.4 Water Holding Capacity Water Holding Capacity merupakan atribut atau faktor penting dalam gelasi protein yang tidak hanya memengaruhi ekonomi produksi tetapi juga memengaruhi kualitas produknya. Daya mengikat air dapat didefinisikan sebagai kemampuan gel protein untuk mempertahankan air dengan daya gravitional Shaviklo, 2006. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa nilai Asymsig 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa perbedaan penambahan isolat protein kedelai tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter Water Holding Capacity sosis ikan nila merah. Berikut adalah hasil pengujian WHC dapat dilihat pada Gambar 17. 69,5 71,78 76,73 76,8 64 66 68 70 72 74 76 78 ISP 10 ISP 13 ISP 16 ISP 19 Gambar 17 Histogram nilai rata-rata parameter WHC sosis ikan nila merah Oreochromis sp Berdasarkan Gambar 17 menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan isolat protein 19 sebesar 76,8 dan terkecil pada perlakuan penambahan isolat protein 10 sebesar 69,5. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan ISP maka nilai WHC akan mengingkat. Menurut Kinsella 1985 bahwa isolat protein kedelai yang digunakan dalam pembuatan sosis dapat meningkatkan daya ikat air. Hal ini diduga karena adanya interaksi antara ikatan oligomerik antara trimerik glikoprotein dan glisin yang menggambarkan ikatan intermolekular dan intramolekular, interaksi elektrostatik dan ikatan hydrogen sehingga meningkatkan daya ikat air atau penyerapan air terhadap produk. Selain itu, bentuk dari isolat protein kedelai yang kompak, stabil dan mempunyai struktur globular menyebabkan air tidak mudah terlepas. Isolat protein kedelai mempunyai nilai penyerapan air sekitar antara 150 sampai 400 Singh, 2008. Hal ini pun dapat disebabkan oleh adanya ion protein yang berasal dari penambahan ISP yang saling berikatan sehingga meningkatkan kemampuan mengikat air. Isolat protein kedelai bersifat hidrofilik dan dapat menyatu dengan produk olahan daging untuk mengurangi terjadinya cooking loss Zhang et al. 2010.

4.2.3 Karakteristik Kimia