zaitun dan minyak kelapa. Sumber lainnya adalah sumber hewani meliputi babi, sapi, sardine, ikan herring Buckle et al. 1978.
Perbedaan utama antara lemak nabati dan lemak hewani adalah kandungan sterolnya,  dimana  lemak  nabati  mengandung  fitosterol  dan  lebih  banyak
mengandung  asam  lemak  tak  jenuh  sehingga  umumnya  berbentuk  cair sedangkan lemak hewani mengandung kolesterol Winarno, 1997.
Lemak  dan  minyak  adalah  bahan-bahan  yang  tidak  larut  dalam  air  yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.  Lemak dan minyak  yang digunakan
dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida  merupakan ester dari gliserol dan  berbagai  asam  lemak.  Komponen-komponen  lain  yang  mungkin  terdapat,
meliputi fosfolipid, sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam lemak seperti klorofil  dan  karotenoid.  Peran  daripada  lemak  dalam  makanan  manusia  dapat
merupakan  zat  gizi  yang  menyediakan  nafsu  makan  atau  dapat  membantu memperbaiki  tekstur  dari  bahan  yang  diolah.  Istilah  lemak  biasanya  digunakan
untuk campuran trigliserida yang berbentuk padat pada suhu ruangan sedangkan minyak
berarti campuran
trigliserida cair
pada suhu
ruangan Buckle et al. 1978.
2.5   Bahan Tambahan
Bahan tambahan lain yang digunakan dalam penelitian pembuatan sosis ikan ini  antara  lain  garam,  jahe,  gula,  air,  lada  putih,  bawang  putih,  bawang  merah,
ISP.
2.5.1  Air
Air merupakan suatu kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan dalam proses pembuatan pangan. Dalam pengolahan dibutuhkan air yang bermutu lebih tinggi
dibandingkan  dengan  kebutuhan  air  minum  untuk  meminimalisir  kontaminan dan  semua  bahan-bahan  di  dalam  air  yang  mungkin  dapat  mempengaruhi
penampakan,  rasa  dan  stabilitas  hasil  akhir,  penyesuaian  pH  pada  tingkat  yang diinginkan, dan mutu air yang konsisten Buckle et al. 1978.
2.5.2  Gula
Pemberian  gula  akan  mempengaruhi  citarasa  yaitu  meningkatkan  rasa manis,  kelezatan,  dapat  mempengaruhi  aroma,  tekstur  daging  dan  mampu
menetralisir  garam  yang  berlebihan  serta  penambahan  energi.  Selain  itu,  gula juga  memiliki  daya  larut  yang  sangat  tinggi,  kemampuan  mengurangi
keseimbangan  kelembaban  relatif  ERH  dan  meningkatkan  air  sehingga  dapat berfungsi  sebagai  pengawet.  Adanya  glukosa,  sukrosa,  pati  dan  lain-lain  dapat
meningkatkan  citarasa  pada  makanan.  Penambahan  gula  akan  juga  akan mempengaruhi  pelepasan  gas  karena  lepasnya  gas  CO
2
dalam  gelembung- gelembung besar Buckle et al. 1978.
2.5.3  Garam
Garam  merupakan  bumbu  yang  biasanya  ditambahkan  pada  pembuatan suatu  produk.  Pemakaian  garam  NaCl  biasanya  lebih  banyak  diatur  oleh  rasa,
kebiasaan,  dan  tradisi  daripada  keperluan.  Makanan  yang  mengandung  garam kurang  dari  0,3  akan  terasa  hambar  sehingga  kurang  disenangi
Winarno,  1997.  Selain  itu,  garam  juga  berfungsi  sebagai  pengawet  karena garam berperan sebagai penghambat selektif terhadap mikroorganisme pencemar
tertentu.  Garam  mempengaruhi  aktifitas  air  Aw  dari  bahan,  sehingga  dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metode  yang bebas
dari  pengaruh  racunnya.  Penambahan  garam  akan  menyebabkan  kondisi anaerobic yang terbentuk Buckle et al. 1978.
2.5.4 Lada putih
Lada  atau  merica  merupakan  rempah-rempah  yang  sering  digunakan dalam pengolahan makanan.  Lada sering  ditambahkan pada saat memasak ikan
atau daging. Lada mempunyai peranan dalam dehidrasi sehingga dapat berfungsi sebagai  penghambat  pertumbuhan  mikroba  dalam  bahan  pangan.  Lada  sangat
digemari  karena  memiliki  dua  sifat  penting  yaitu  rasanya  yang  pedas  dan aromanya  yang  khas.  Kedua  sifat  tersebut  disebabkan  kandungan  bahan-bahan
kimia organik yang terdapat pada lada. Rasa pedas lada disebabkan oleh adanya zat  piperin  dan  piperanin  serta  hapisin.  Persyaratan  mutu  lada  putih  menurut
SNI 2005, dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2  Spesifikasi persyaratan mutu lada putih
Sumber: SNI 1995
2.5.5   Bawang putih Allium sativum