hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. Sosis yang terdapat di pasaran terbuat dari daging  sapi  dan  ayam  yang  memiliki  kandungan  lemak  relatif  tinggi
Suratmo, 2008. Untuk  menanggulangi  hal  tersebut  maka  diupayakan  membuat  sosis  yang
sehat  dengan  menggunakan  daging  olahan  ikan.  Ikan  merupakan  sumber  protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi  yang tinggi di antaranya mengandung
mineral,  vitamin,  dan  lemak  tak  jenuh.  Protein  dibutuhkan  tubuh  untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah rusak. Selain itu, protein
merupakan bagian utama dari susunan komposisi tubuh kita. Protein dalam ikan berguna  untuk  mempercepat  pertumbuhan  badan  baik  tinggi  maupun  berat,
meningkatkan  daya  tahan  tubuh,  mencerdaskan  otak  atau  mempertajam  pikiran dan  meningkatkan  generasiketurunan  yang  baik.  Ikan  memiliki  kadar  protein
yang  tinggi  yaitu  sekitar  20  .  Di  samping  itu  protein  yang  terkandung  dalam ikan  mempunyai  mutu  yang  baik,  sebab  sedikit  mengandung  kolesterol  dan
sedikit lemak. Oleh karena itu, upaya pengembangan produk olahan ikan perlu ditingkatkan,
melihat  kegemaran  masyarakat  saat  ini  lebih  menyukai  makanan  yang  praktis. Selain  itu,  juga  meningkatkan  daya  terima  masyarakat  terhadap  ikan  nila  merah
dan  meningkatkan  konsumsi  masyarakat  terhadap  produk  olahan  perikanan khususnya produk olahan ikan nila merah.
1.2 Tujuan
Tujuan  dari  penelitian  ini  antara  lain  mengembangkan  diversifikasi  produk perikanan,  khususnya  ikan  nila  merah  menjadi  produk  olahan  berupa  sosis  ikan,
menentukan  konsentrasi  bahan  emulsifier  ISP  yang  menghasilkan  sosis  terbaik yang paling disukai panelis dan menentukan karakteristik fisika dan kimia dari
sosis ikan nila merah
2  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila Merah
Ikan  nila  merah  Oreochromis  sp  berasal  dari  Sungai  Nil  dan  danau-danau sekitarnya. Ikan ini diintroduksi dari Afrika untuk didatangkan ke Indonesia oleh
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar BPPAT pada tahun 1969 dan menjadi ikan peliharaan  populer  di  kolam  air  tawar  serta  beberapa  waduk  di  Indonesia.  Nila
merah merupakan nama khas yang diberikan  oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal  Perikanan.  Ikan  nila  merah  potensial  untuk  dikembangkan  karena
pertumbuhannya yang cepat, disukai masyarakat karena enak dagingnya. Ikan ini, juga merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan
komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia Suyanto, 1994. Klasifikasi ikan nila Anonim, 2008 adalah sebagai berikut :
Filum        : Chordata Sub-filum  : Vertebrata
Kelas         : Osteichtyes Su-kelas    : Acanthopterigii
Ordo         : Perchomorphi Famili       : Cichilidae
Genus       : Oreochromis Spesies     : Oreochromis sp
Gambar ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1  Ikan nila merah Oreochromis sp Sumber : Anonim 2008
2.2  Surimi
Surimi merupakan produk antara atau produk  intermediate  yang terbuat dari hasil  pencucian  daging  ikan.  Terdapat  dua  perbedaan  antara  surimi  dan  daging
lumat yaitu, kapasitas pembentukan gel untuk membentuk tekstur yang diinginkan dan  daya  tahan  dalam  penyimpanan  beku  yang  dapat  ditambahkan  gula  sebagai
cryoprotectants Sonu, 1986. Setelah menjadi daging lumat, daging lumat dicuci dengan air tawar. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang larut
air seperti protein sarkoplasmik, enzim pencernaan, bahan organik low-molekuler seperti  trimetilamin  oxide  serta  lemak  dan  darah  untuk  meningkatkan  warna,
aroma  serta  meningkatkan  kekuatan  gel  surimi  Toyoda,  1992.  Surimi merupakan  bahan  utama  dari  berbagai  variasi  pangan  olahan  seperti  kamaboko,
chikuwa,  satsumage,  sosis  ikan  dan  bola  ikan  bakso,  berkontribusi  lebih  50 dari total bahan produksi yang digunakan. Kualitas dari produk akhir bergantung
pada  kualitas  surimi  yang  digunakan.  Gel  merupakan  karakteristik  utama  dari produk berbasis surimi Nopianti, 2011.
Proses pencucian merupakan tahapan yang penting dalam pembuatan surimi. Frekuensi  pencucian  dapat  memengaruhi  kekuatan  gel.  Proses  pencucian  sangat
diperlukan  dalam  tahapan  pembuatan  surimi  untuk  mencegah  protein  miofibril terdenaturasi  selama  penyimpanan  beku.  Efektifitas  pencucian  dapat  ditentukan
oleh kandungan ion garam inorganik, protein larut air serta komponen non protein yang hilang dari jaringan otot atau surimi tersebut Matsumoto, 1992.
Pembentukan  protein  gel  ada  beberapa  tipe  atau  macam  yang  dibentuk oleh ikatan polipeptida. Pemanasan menyebabkan molekul saling tidak berikatan
dan  interaksi  antara  intermolecular  membentuk  suatu  matriks  seperti  gelasi. Matriks  ini  mempunyai  system  yang  cukup  kompleks  meliputi  tipe-tipe  protein,
lemak  dan  bahan-bahan  lainnya  seperti  garam,  nitrit,  gula.  Ada  tiga  tipe  multi- komponen  gel  yaitu,  filled,  mixed  dan  kompleks.  Untuk  filled  gel,  satu
makromolekul  membentuk  gel  matriks  ketika  molekul  lainnya  berperan  sebagai pengisi  pada  ruang  interstitial.  Molekul  yang  sudah  terisi  dapat  mempengaruhi
tekstur  dan  daya  ikat  air.  Pada  kompleks  gel,  matriks  protein  dapat  dibentuk akibat interaksi lebih dari satu komponen. Sebagai contoh, fibrinogen berinteraksi
dengan  myosin  selama  gelasi  dan  ini  dapat  terjadi  ketika  plasma  darah
ditambahkan  pada  daging  olahan.  Sedangkan  mixed  gels  terbentuk  akibat  proses gelasi dengan perbedaan fraksi dari protein daging atau penambahan gelling agent
Foegeding, 1988.
2.3  Sosis