Metode penelitian skala lapangan 1

Selain itu kemudahan dalam menkonstruksi celah pelolosan, karena penempatan celah pelolosan berada pada posisi yang proporsional sesuai dengan bentuk dan ukuran perangkap. a. Sudut 30° b. Sudut 40° Gambar 9 Ilustrasi percobaan sudut kemiringan lintasan pintu masuk

3.3.2 Metode penelitian skala lapangan 1

Metode pengumpulan data Penelitian skala lapangan dilakukan dengan metode experimental fishing yakni dengan mengambil data melalui serangkaian operasi penangkapan. Pengoperasian alat tangkap dilakukan di daerah penangkapan kepiting bakau di sekitar perairan mangrove Desa Legonwetan dan Mayangan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pengoperasian berlangsung selama 11 hari, terhitung mulai tanggal 22 April sampai 2 Mei 2012 sebanyak 16 trip, dengan prosedur pengoperasian alat sebagai berikut: 1 Alat tangkap dioperasikan secara acak berdasarkan pada daerah penangkapan, sesuai dengan kebiasaan nelayan setempat. Pengoperasian alat tangkap dilakukan 1 - 2 kali sehari pagi – sore atau sore – pagi dengan lama perendaman rata-rata sekitar 12 jam. Umpan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan ikan segar yang sesuai dengan kebiasaan nelayan di lokasi penelitian. Umpan diperoleh dari tempat pelelangan ikan, yang secara ekonomis harganya tergolong murah dan dapat dijangkau oleh nelayan. 2 Alat tangkap dipasang atau dioperasikan dengan sistem tunggal dengan menggunakan pelampung sebagai penanda keberadaan alat tangkap di perairan. Setiap alat tangkap dioperasikan secara terpisah satu sama lain berdasarkan kode yang telah ditentukan. Setiap kode teridiri atas 5 alat tangkap, adapun bentuk kodenya adalah : A3 : Perangkap tanpa celah dan ruang pelolosan, sudut kemiringan dinding pintu masuk 30° A4 : Perangkap tanpa celah dan ruang pelolosan, sudut kemiringan dinding pintu masuk 40° B3 : Perangkap dengan celah dan ruang pelolosan, sudut kemiringan dinding pintu masuk 30° B4 : Perangkap dengan celah dan ruang pelolosan, sudut kemiringan dinding pintu masuk 40° BN : Perangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan setempat 3 Pengoperasian dimulai dari tahap persiapan di darat yaitu persiapan umpan dan persiapan alat tangkap, bahan bakar dan persiapan lainnya, selanjutnya menuju daerah penangkapan yang dituju, kemudian dilakukan pemasangan alat tangkap setting ke dalam perairan, alat tangkap perangkap ini sebelum diturunkan terlebih dahulu diberidipasangi umpan. Setelah semua perangkap dipasang dalam perairan, berarti operasi setting selesai dan kapal kembali ke darat. Perangkap dibiarkan terendam selama kurang lebih 12 jam ini sesuai kebiasaan nelayan setempat, kemudian operasi dilakukan untuk pengangkatan hauling alat tangkap tersebut. Hauling dilakukan satu per satu terhadap alat tangkap, sampai semua alat tangkap terangkat dari perairan ke atas kapal. 2 Metode pencatatan data Data yang diperoleh dicatat pada log book yang telah tersedia, meliputi: 1 HariTanggal, waktu setting, waktu hauling, posisi koordinat lokasi berdasarkan data GPS dan informasi ekologi pengamatan visual ; untuk data kualitas air, diambil sampel air di lokasi penelitian untuk selanjutnya dianalisa salinitasnya. 2 Kode perangkap, jumlah dan jenis hasil tangkapan ; 3 Ukuran kepiting : Panjang, Lebar, Tinggi karapas dan bobot tubuh ; 4 Jenis kelamin : Jantan atau Betina ; 5 Tingkat Kedewasaan : Muda atau Dewasa ; dan 6 Jumlah Kepiting yang berada di dalam perangkap baik di luar ataupun di dalam ruang pelolosan Prosedur yang dilakukan dalam pencatatan hasil tangkapan yang diperoleh yaitu, dihitung langsung jumlahnya dan dimasukkan dalam kantong plastik yang diberi kode sesuai dengan perangkapnya, untuk perangkap yang dilengkapi dengan ruang pelolosan setiap hasil tangkapan yang diperoleh dimasukkan dalam kantong plastik dengan membedakan antara yang berada dalam ruang pelolosan dan yang tidak. Kemudian hasil tangkapan yang diperoleh diidentifikasi jenisnya, dihitung jumlahnya, dan ditimbang beratnya, untuk hasil tangkapan kepiting bakau dan kepiting lainnya, diukur panjang karapas, lebar karapas dan tinggi tubuh serta bobot tubuh untuk keperluan analisis data. Adapun metode kerja pengukuran dan pengamatan aspek biologinya adalah: 1 Identifikasi jenis kepiting Identifikasi jenis kepiting dilakukan berdasarkan pengamatan langsung, dibedakan berdasarkan kepiting yang tertangkap, yaitu kepiting bakau, kepiting batu dan kepiting bolem, rajungan dan lain-lain. 2 Panjang, lebar dan tinggi karapas dan bobot tubuh Pengukuran panjang, lebar dan tinggi karapas dilakukan sampai skala terkecil 1 mm. Cara mengukur panjang karapas yaitu jarak antara duri bagian tengah diantara ruas mata sampai pada bagian belakang karapas, lebar karapas yaitu jarak horisontal antara ujung-ujung dari anterolateral kesembilan, sedangkan tinggi karapas adalah jarak vertikal antara bagian atas karapas sampai bagian bawah abdomen. Sedangkan bobot tubuh diukur sampai skala terkecil 1 gram. Pengukuran ini dilakukan di darat, setelah semua hasil tangkapan didaratkan. 3 Karakter jenis kelamin Jenis kelamin jantan dan betina dibedakan melalui ciri kelamin. Kriteria klasifikasi jenis kelamin kepiting bakau didasari pada Siahainenia, 2008 : 1 Perbedaan proporsi cheliped terhadap panjang karapas. 2 Bentuk tutup abdomen. 3 Kehadiran pasangan bukaan kelamin oviduct openings pada tulang rongga dada thoraric stenum . 4 Jumlah dan bentuk pleopod. 4 Karakter dewasa kelamin Ukuran dewasa kelamin adalah ukuran lebar karapas kepiting bakau ketika memasuki masa dewasa kelamin yang ditandai oleh perubahan morfologis tubuh kepiting bakau. Karakter kepiting bakau jantan dewasa kelamin dapat ditentukan melalui pengamatan dan perbandingan terhadap morfologi maupun tanda-tanda khusus pada tubuh kepiting bakau jantan dewasa kelamin dan pradewasa kelamin Siahainenia, 2008 yaitu sebagai berikut : 1 Kerapatan tutup abdomen abdominal flap pada tulang rongga dada thorachic sternum. 2 Pigmentasi pada ujung atas thorachic sternum. 3 Ukuran chela. 4 Tanda-tanda luka scaring pada permukaan tubuh terutama pada cheliped. 5 Adanya goresan atau pengikisan permukaan kulit integument erosion. Karakter kepiting bakau betina dewasa kelamin dapat digambarkan melalui pengamatan dan perbandingan terhadap morfologi maupun tanda-tanda khusus pada tubuh kepiting bakau betina dewasa kelamin dan pradewasa kelamin sebagai berikut : 1 Ukuran dan bentuk tutup abdomen abdominal flap. 2 Pigmentasi pada tutup abdomen. 3 Kerapatan tutup abdomen pada tulang rongga dada thorachic sternum. 4 Bentuk bukaan kelamin oviduct opennings. 5 Bentuk tutup abdomen dan pleopod. 6 Pigmentasi pada ujung atas thorachic sternum. 7 Bentuk rambut pada ruas-ruas kaki jalan dan kaki renang endopod.

3.4 Metode Analisa Data