06.00 WIB. Waktu makan yang dominan pada selang waktu 18.00 – 24.00 WIB, yang  diindikasikan  dengan  presentase  berat  pakan  yang  dikonsumsi  pada  selang
waktu tersebut.
2.1.7 Ketergantungan kepiting bakau pada ekosistem mangrove
Banyak  penelitian  menunjukkan  bahwa  komunitas  mangrove  memainkan peranan  penting bagi  berbagai  jenis  biota  yang  hidup  pada,  atau  disekitar
ekosistem tersebut. Nontji 1987, mengatakan bahwa beberapa produk perikanan yang bernilai ekonomi penting, mempunyai hubungan yang erat dengan ekosistem
mangrove  seperti  udang  Paneus,  kepiting  bakau  Scylla  dan  Tiram Crassostrea.
Kepiting bakau  menjalani  sebagian  besar  hidupnya  di  ekosistem  mangrove dan  memanfaatkan  ekosistem  mangrove  sebagai  habitat  alami  utamanya,  yakni
sebagai  tempat  berlindung,  mencari  makan,  dan  pembesaran.  Kepiting  bakau melangsungkan  perkawinan  di  perairan  hutan  mangrove,  dan  secara  berangsur-
angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting bakau betina akan beruaya dari perairan hutan mangrove ke perairan laut untuk memijah, sedangkan kepiting
bakau  jantan  akan  tetap  berada  di  hutan  mangrove  untuk  melanjutkan  aktifitas hidupnya.  Setelah  memijah,  kepiting  bakau  betina  akan  kembali  ke  hutan
mangrove.  Demikian  pula  dengan  juvenil  kepiting  bakau  yang  akan  migrasi  ke hulu  estuari,  untuk  kemudian  berangsur-angsur  memasuki  hutan  mangrove
Siahainenia, 2008. Ekosistem  mangrove,  merupakan  tempat  ideal  bagi  kepiting  bakau  untuk
berlindung. Kepiting muda pascalarva  yang berasal dari laut, banyak dijumpai di sekitar estuari dan hutan mangrove, karena terbawa arus dan air pasang dan akan
menempel  pada  akar-akar mangrove  untuk  berlindung  Hutching    Saenger 1987.  Sedangkan  kepiting  bakau  dewasa  merupakan  penghuni  tetap  hutan
mangrove,  dan  sering  dijumpai  membenamkan  diri  dalam  substrat  lumpur,  atau menggali lubang pada substrat lunak sebagai tempat persembunyian Queensland
Departement  of  Indutries  1989
a
.  Lebih  lanjut  Pagcatipunan  1972,  menyatakan bahwa  setelah  berganti  kulit  moulting,  kepiting bakau  akan  melindungi  dirinya
dengan  cara  membenamkan  diri,  atau  bersembunyi  dalam  lubang  sampai
karapasnya mengeras. Hutching dan Saenger 1987, menyatakan bahwa kepiting bakau  hidup  disekitar  hutan  mangrove,  dan  memakan  akar-akarnya
pneumatophore.  Sementara  Hill  1982,  menyatakan  bahwa  perairan  di  sekitar hutan  mangrove  sangat  cocok  untuk  kehidupan  kepiting  bakau,  karena  sumber
makanannya  seperti  bentos  dan  serasah  cukup  tersedia. Serasah  dikenal  sebagai makanan alami kepiting bakau.
Substrat  di  hutan  mangrove  sangat  mendukung  kehidupan  kepiting  bakau, terutama untuk melangsungkan perkawinan. Menurut Snedaker dan Getter 1985,
habitat  kepiting  bakau  adalah  pada  perairan  intertidal  dekat  hutan  mangrove yang  bersubstrat  lumpur.  Substrat  di  dalam  dan  disekitar  hutan  mangrove  yang
didominasi  oleh  kandungan  lumpur,  mengandung  banyak bahan  organik  yang berasal  dari  serasah  mangrove,  yang  terurai  membentuk  partikel  detritus  yang
kemudian  akan  mengendap  pada  substrat  Robertson  1988. Substrat  halus lumpur  dan  liat  yang  mengandung  banyak  serasah  bahan  organik,  juga
mendukung kehidupan berbagai organisme, terutama organisme pemakan detritus dari  kelompok  gastropoda  Ellobiidae  dan  Potamididae.  Gastropoda  diketahui
merupakan  salah  satu  makanan  alami  kepiting  bakau.  Berdasarkan  penelitian Opnai  1986,  yang  menyatakan  bahwa  89  isi  lambung  kepiting  bakau  adalah
bivalva,  gastropoda  dan  moluska  lainnya.  Dengan  demikian  dalam  kaitannya dengan  kehidupan  dan  distribusi  kepiting  bakau,  kandungan  substrat  dasar
perairan  hutan  mangrove  merupakan  faktor  pendukung  penting,  karena mempengaruhi kehidupan dan distribusi moluska yang merupakan makanan alami
kepiting bakau.
2.2 Alat Tangkap Kepiting Bakau