jenis reptile seperti ular dan kadal, jenis ikan seperti belut, gabus, mujair, sepat, beloso, belanak dan sebagainya.
Kondisi derajat keasaman pH perairan mangrove Desa Mayangan bersifat homogen dan bersifat basa. Komposisi elemen di dalam sedimen hampir
menyerupai air laut pada umumnya, karena lingkungan mangrove pada umumnya memiliki interaksi yang sangat intensif dengan perairan pantai. Kandungan
natrium yang terkandung pada daerah tengah petak mangrove berbeda dengan daerah lainnya yaitu sekitar 5 kali lipatnya. Hal ini disebabkan karena pada bagian
tengah petak mangrove dikelilingi tambak yang tidak digunakan dan relatif tertutup. Akibat dari penguapan yang terjadi terus-menerus tetapi interaksi dengan
perairan terbuka sangat minimal dan tidak ada proses pergantian massa air yang menyebabkan jumlah garam dalam perairan menjadi tinggi. Kandungan salinitas
pada bagian tengah petak mangrove, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tepi sungai dan area pertambakan.
Pada bagian tepi sungai dan area pertambakan lebih terbuka dengan perairan luar karena air dapat masuk melalui parit-parit dan kegiatan pertambakan
menyebabkan selalu adanya pergantian air di sekitar perairan mangrove. Pada bagian tepi sungai memiliki nilai salinitas lebih rendah karena memiliki interaksi
yang intensif dengan perairan terbuka dalam hal ini sungai.
4.5 Desain dan Konstruksi Perangkap Lipat
4.5.1 Penentuan celah pelolosan
Ukuran celah pelolosan ditentukan berdasarkan percobaan tinggi celah pelolosan saat dilewati oleh kepiting. Kepiting berukuran kecil akan dengan
mudah melewati celah pelolosan, sebaliknya kepiting berukuran besar akan sulit melewati melewati celah pelolosan. Ukuran celah pelolosan yang diperoleh dari
hasil pengamatan adalah ukuran 4 cm x 6 cm dan 5 cm x 7 cm. Ukuran celah pelolosan ini berfungsi untuk meloloskan kepiting tidak layak tangkap dan spesies
non target tangkapan. Celah pelolosan dalam alat tangkap perangkap lipat yang didesain, ditempatkan pada bagian bawah sisi samping perangkap lipat, hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jirapunpipat 2008 yang menyatakan bahwa posisi yang paling efisien adalah pada bagian bawah perangkap.
Penggunaan celah pelolosan pada setiap perangkap berjumlah dua buah dengan ukuran yang sama, ditempatkan pada bagian bawah masing-masing sisi samping
perangkap. Penggunaan dua celah pelolosan ini untuk memaksimalkan performa perangkap dalam meloloskan hasil tangkapan undersized dan non target spesies,
karena menurut Brown dan Caputi 1986 yang diacu dalam Jirapunpipat 2008 bahwa celah pelolosan bekerja hanya jika kepiting menemukan celah tersebut
untuk keluar, karena itu penggunaan lebih dari satu celah pelolosan direkomendasikan oleh mereka.
4.6.2 Penentuan sudut kemiringan dan bahan lintasan pintu masuk
Penentuan sudut kemiringan dan bahan lintasan pintu masuk dilakukan dengan melakukan ujicoba berdasarkan besar sudut kemiringan lintasan pintu
masuk, mesh size dan bahan serta kecepatan waktu kepiting saat melintasi lintasan pintu masuk perangkap. Berdasarkan hasil uji coba, kepiting dapat melintasi
dinding pintu masuk dengan cepat pada lintasan yang terbuat dari bahan waring dengan ukuran mesh size 0,5 cm pada sudut kemiringan 30° dan 40° dengan lebih
cepat dan mudah, jika dibandingkan dengan dua bahan jaring lainnya dengan ukuran mata jaring yang lebih besar, karena ketika kepiting melewati jaring, kaki-
kaki jalannya terperosok masuk ke dalam mata jaring, sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan pergerakan sampai pada bagian atas,
sedangkan pada bahan waring, pergerakannya mudah karena kaki jalan kepiting dapat bertumpu dengan baik pada jaring tanpa kakinya masuk atau terperosok ke
dalam jaring, ini ditambah dengan fungsi kaki renang yang membantu pergerakannya.
Uji coba laboratorium terhadap sudut kemiringan lintasan pintu masuk mulai dari 0° - 45°, ditemukan bahwa kepiting ukuran sedang mampu memanjat
dinding lintasan hingga sudut 45°, namun pada sudut 45° kepiting yang besar mampu memanjat namun lebih lambat dan bahkan terpental atau jatuh. Untuk
dapat dilalui oleh semua kepiting, pemilihan sudut kemiringan lintasan pintu masuk ditentukan dengan interval 10°, yakni mulai dari 30° dan 40°.
Sudut kemiringan lintasan pintu masuk yang terdapat pada alat tangkap kepiting milik nelayan pada umumnya adalah 20°, namun sudut ini sangat landai
sehingga masih memungkinkan kepiting untuk menjangkau pintu masuk dan
meloloskan diri melalui pintu masuk. Sebagaimana penelitian Kim dan Ko 1987 diacu dalam Archadale et al 2007 yang meneliti tingkah laku C. Japonica di
dalam perangkap yang diletakkan di dalam tanki, menemukan bahwa tingkat meloloskan diri meningkat ketika pintu masuk berada dekat dengan dasar
perangkap atau ketika jumlah pintu masuk ditambah dari 2 menjadi 4 buah. Oleh karena itu penelitian dilaboratorium dilakukan dengan merubah ukuran dengan
interval 10°. Sehingga sudut kemiringan lintasan pintu masuk 30° dan 40° yang dipilih untuk dalam mendesain alat tangkap.
Sudut kemiringan lintasan pintu masuk ini dimaksudkan untuk dapat menghalangi kepiting yang ada di dalam perangkap dalam upaya menjangkau
pintu keluar secara langsung. Karena jarak antara dasar dan celah pintu masuk semakin tinggi. Sehingga tidak mudah dijangkau oleh kepiting untuk meloloskan
diri melalui pintu masuk. Karena menurut Thomas 1956; High 1976; Miller 1979a, 1980, 1990 diacu dalam Archdale et al 2007 bahwa, cara efektif yang
digunakan untuk membatasi lolosnya kepiting dari dalam bubu adalah menaikkan pintu masuk, memasang ruang terpisah, atau parlors untuk meningkatkan retensi
atau menempatkan trigger pengejut, shutter atau alat non return device lainnya pada pintu masuk untuk mencegah escapement.
Selain itu kemudahan dalam menkonstruksi celah pintu masuk juga menjadi pertimbangan pemilihan sudut kemiringan lintasan, dinding lintasan yang terlalu
terjal dapat menyulitkan kepiting untuk bermanuver masuk melalui celah pintu masuk ke dalam perangkap, apalagi pintu masuk yang digunakan berbentuk celah,
yang mana lebih sulit untuk dilewati oleh kepiting. Sebagaimana dikemukanan oleh Archdale et al. 2007 bahwa, tipe pintu masuk memberikan pengaruh
terhadap masuk dan lolosnya target spesies. Mulut bubu berbentuk corong open funnels memudahkan untuk masuk sementara mulut bubu berbentuk celah sulit
untuk dilewati dan membutuhkan usaha lebih untuk masuk ke dalam bubu. Untuk itu pemilihan sudut 30° dan 40° adalah lebih moderat dari segi kemudahan
dilewati dan kemudahan konstruksi pintu masuk. Disamping itu juga, pemilihan sudut kemiringan ini juga untuk
mempermudah konstruksi celah pelolosan dalam perangkap, karena penempatan celah pelolosan berada pada posisi yang proporsional sesuai dengan bentuk dan
ukuran perangkap, sehingga tetap menunjang performa lipatan perangkap ketika dibuka atau ditutup ketika dioperasikan.
4.6.3 Desain dan konstruksi