Klasifikasi jenis kelamin kepiting bakau dapat dilakukan secara eksternal. Menurut Moosa et al. 1985, ruas-ruas pada tutup abdomen kepiting bakau jantan
umumnya sempit dan berbentuk segitiga, sedangkan ruas-ruas pada tutup abdomen kepiting bakau betina berukuran lebar dan sedikit membulat Gambar 4.
Gambar 4 Kepiting jantan atas, betina bawah Purwati et al., 2009
Kepiting bakau aktif mencari makan pada malam hari dan berisitirahat dengan membenamkan diri dalam lumpur pada siang hari Hill, 1974.
Makanannya, menurut Kasry 1984, berupa organisme yang bergerak lambat atau jenis makro zoobenthos, seperti kerang, siput, krustacea dan cacing. Bangkai
juga termasuk makanannya, karena kepiting tergolong hewan omnivorus scavengers. Kemampuan makan kepiting, menurut Hill 1974, menjadi berkurang
pada masa molting, karena kepiting tidak beraktivitas.
2.1.3 Penyebaran kepiting bakau
Kepiting bakau memiliki sebaran geografis yang sagat luas. Menurut Sulistiono et al 1994, kepiting ditemukan di daerah air payau dan tertangkap di
sebagian besar wilayah pesisir Indonesia, yaitu di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Kepiting bakau mendiami daerah intertidal dengan suhu air antara 13-40
o
C dalam setahun. Jenis Scylla olivacea ditemukan pada dasar perairan yang
berlumpur dengan kisaraan pH antara 7,9 - 8,3 Sulistiono et. al., 1994. Pada tingkat juvenile, kepiting jarang terlihat di daerah bakau, karena cenderung
membenamkan diri di dalam lumpur.
2.1.4 Ukuran kedewasaan
Kedewasaan kepiting bakau ditandai dengan terbentuknya organ reproduksi dan tanda-tanda perkawinan. Kepiting bakau jantan yang telah melakukan
perkawinan akan memiliki ‘memar’ di sisi bawah tubuhnya, terutama bagian atas dekat dengan mata dan kaki jalan pertama. Memar ini akan bertahan sampai
kepiting bakau tersebut ganti kulit moulting. Sedangkan untuk kepiting bakau betina, kedewasaan ditandai dengan adanya telur di dalam karapas, moulting dan
abdominal flap semakin bertambah lebar, serta telur yang sudah dibuahi berada di dalam abdominal flap Purwati, 2009.
Ukuran terkecil kepiting bakau yang mulai dewasa bervariasi sesuai dengan lokasi dan spesiesnya, bahkan dapat bervariasi antar individu di dalam populasi
yang sama. Informasi tentang ukuran awal kedewasaan kepiting dari keempat jenis Scylla spp. di Indonesia masih belum diketahui secara luas. Scylla serrata
terkecil di Afrika Selatan yang memiliki gonad kelenjar kelamin, menunjukan lebar karapas 104 mm. Namun rata-rata kepiting baru memiliki gonad setelah
karapasnya mencapai 123 mm Robertson Kruger 1994. Scylla serrata di Teluk Moreton, Queensland mencapai dewasa saat lebar karapasnya 140-160 mm
Hyland Lee 1984. Di perairan muara sungai Ramisi, Kenya, Scylla serrata berukuran 77 mm sudah memiliki ovarium, tetapi kepiting betina terkecil yang
membawa telur yang sudah dibuahi ovigerous female berukuran 139 mm Onyango, 2002. Sedangkan di perairan Delta Mekong , Vietnam, ukuran rata-
rata Scylla paramamosain yang matang gonad berukuran 102 mm. Ukuran tersebut diperkirakan berumur sekitar 160 hari setelah settlement Walton et al.,
2002. Dalam perairan estuari Labu, Papua New Guinea, Scylla paramamosain mulai matang gonad pada ukuran 101 mm dan Scylla olivacea pada 83 mm
Overton Macintosh, 2002. Jirapunpipat et al 2008, dalam penelitiannya di
rawa bakau Klong Ngao, Provinsi Ranong, Thailand, menemukan bahwa ukuran kepiting dewasa lebar karapasnya lebih dari 8 cm, kepiting jantan lebih berat dari
kepiting betina. Hasil tangkapan dominan adalah kepiting berukuran kecil baik jantan maupun betina, sedangkan kepiting dewasa dalam jumlah yang sedikit.
Dari hasil estimasi model logistik, ditemukan bahwa 50 kepiting betina yang pertama kali matang gonad, lebar karapasnya adalah 9,55 cm, dengan ukuran
minimum ketika matang gonad yaitu 8,3 cm. Hal yang sama juga dikemukan oleh Aldrianto 1994, bahwa menyatakan bahwa di Indonesia kepiting bakau yang
telah mencapai dewasa kelamin berukuran panjang karapas 4,27 cm dan lebar karapas 8,0 cm. Le vay 2001, menyatakan bahwa di perairan utara Jawa,
kepiting bakau S. Paramamosain betina mencapai tingkat dewasa kelamin pada ukuran lebar karapas 8,0-9,0 cm. Sementara itu menurut Siahainenia 2008,
dalam penelitiannya di Ekosistem Mangrove Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, menyatakan bahwa karakter perkembangan dewasa kelamin kepiting bakau
teramati melalui perubahan struktur morfologis dan adanya tanda-tanda khusus pada tubuh. Ukuran minimum kepiting bakau ketika mencapai dewasa kelamin
adalah 10,0 cm untuk jantan dan 9,0 cm untuk betina. Perkembangan gonad teramati melalui perubahan pada struktur morfologis tubuh kepiting bakau, warna
gonad serta jaringan gonad.
2.1.5 Daur hidup dan habitat kepiting bakau