menyebut alat ini dengan sebutan bubu rakkang. Alat ini umumnya memakai rangka dari bambu atau besi sebagai rangkanya. Jaring yang digunakan umumnya
potongan jaring bekas yang sudah tidak dipakai lagi. Dalam pengoperasian perangkap kepiting, umpan digunakan sebagai alat
pemikat agar kepiting bakau tertarik masuk ke dalam perangkap. Pemilihan umpan untuk perangkap lebih didasari pada harga yang murah dan mudah
mendapatkannya. Umpan yang digunakan dalam penangkapan kepiting bakau di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan antara lain ikan rucah, ikan buntal dan
potongan daging ikan hiu. Penangkapan kepiting bakau di daerah Jawa Tengah menggunakan daging ular, karena baunya mudah tercium oleh kepiting Soim,
1999. Adapun Soelistiyono et al 1994 mengemukakan bahwa umpan yang digunakan untuk menangkap kepiting bakau di perairan Segara Anakan, Cilacap
umumnya adalah ikan.
2.2.1 Pinturrakkang
Martasuganda, 2008 Alat tangkap pintur adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap kepiting dan udang di sekitar perairan pantai. Di
Sulawesi alat ini dikenal dengan sebutan bubu rakkang. Alat tangkap ini umumnya memakai rangka dari bambu dan bisa menggunakan besi sebagai
rangkanya. Bahan jaring yang digunakan umumnya memakai potongan jaring bekas atau potongan dari jaring yang sudah tidak dipakai lagi, oleh karena itu
tidak ada spesifikasi khusus untuk membuatnya. Potongan jaring yang biasanya dipakai adalah potongan bekas pembuatan jaring insang.
Konstruksi pintur terdiri dari rangka dan badan jaring, rangka terbuat dari bambu atau besi behel dengan diameter antara 4-10 mm, nomor jaring memakai
nomor 210D6-12 dengan mesh size berkisar antara 2,5-6,76 cm. Ikan umpan biasanya memakai potongan ikan, atau ikan apa saja yang bisa
dijadikan umpan. Untuk memasang ikan umpan supaya menetap, ikan umpan diletakan ditengah-tengah pintur dengan cara diikatkan pada salah satu mata
jaringnya. Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk pengoperasian pintur adalah perairan pantai yang dangkal yang banyak dihuni
udang dan kepiting pada kedalaman 1-5 m.
Pengoperasian pintur dapat dioperasikan secara tunggal atau dioperasikan secara beruntai di daerah penangkapan yang diperkirakan ada dan akan dilewati
oleh udang atau kepiting. Untuk memasang pintur di daerah penangkapan, ada yang memakai tiang bambu dan ada juga yang memakai pelampung tanda.
Panjang tiang pancang dan tali pelampung tanda berkisar antara 1-3 m. Tali pelampung memakai rope yang berdiameter 0,3 mm, sedangkan pelampungnya
ada yang memakai karet bekas sandal, bekas botol aqua atau benda lainnya yang dapat dijadikan sebagai pelampung. Pengoprerasian pintur semuanya dilakukan
secara manual baik tanpa perahu, dengan sampan atau memakai perahu motot tempel.
Waktu pemasangan biasanya dipasang di pagi hari, siang hari atau sore hari tergantung nelayan yang mengoperasikannya. Lama perendaman bervariasi mulai
dari 2-3 jam sampai 12 jam. Setelah mengangkat hasil tangkapan, dan ikan umpan masih utuh, biasanya langsung dipasang kembali, tetapi kalau ikan umpannya
habis, ikan umpan diganti dengan yang baru. Konstruksi Pinturrakkang disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Konstruksi pinturrakkang
2.2.2 Perangkap