Rencana Pengembangan Lanskap PERENCANAAN LANSKAP

sebagai hunian. Kegiatan rekreasi pasif, seperti berjalan dan duduk-duduk menikmati keindahan lingkungan merupakan konsep yang akan dikembangkan pada taman.

5.1.5 Tata Bangunan

Penataan bangunan terutama pada zona inti, yaitu permukiman dapat dikendalikan pemanfaatan lahannya dengan penetapan Koefisisen Dasar Bangunan. Kavling rumah yang masih asli terdiri dari 40 terbangun dan sisanya ruang terbuka dengan aturan sempadan bangunan, yaitu adanya halaman depan. Ketinggian bangunan rumah tinggal sesuai dengan karakter aslinya, tidak melebihi dari dua lantai dan mempertahankan struktur dan fasad asli bangunan.

5.2 Rencana Pengembangan Lanskap

Rencana lanskap untuk pelestarian permukiman tipe kolonial di kawasan Taman Kencana ini merupakan pengembangan dari konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Rencana ruang pelestarian dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona inti, zona pendukung dan zona penyangga. Rencana lanskap kawasan dapat dilihat pada Gambar 23 dan rencana detail pada Gambar 23. Zona inti seluas ±47 Ha dengan elemen pembentuknya masih kuat karakteristiknya. Pelestarian zona inti sesuai dengan tingkat konservasinya. Zona inti pada tingkat konservasi I direkomendasikan untuk pelestarian berbentuk preservasi sebagai perwakilan dari karakteristik asli kawasan permukiman tipe kolonial. Perubahan yang mengubah karakter pada zona inti tidak diperkenankan. Dari segi penggunaan lahan untuk rumah tinggal menerapkan aturan luas lahan terbangun dan sempadan bangunan. Elemen bangunan yang masih asli dipertahankan konsep arsitekturnya dengan cara mempertahankan fasad bangunan, sebaliknya apabila struktur mengalami kerusakan maka direkomendasikan untuk diperbaiki. Untuk mendukung pelestarian, maka rekomendasi pengelolaan adalah penggunaan adaptif dan insentif. Zona penunjang seluas ±17 Ha 22, kondisi eksisting merupakan area yang sulit dikembalikan lagi sesuai dengan konsep hitoris, terutama elemen bangunan. Maka, zona pendukung adalah area yang dibatasi untuk tidak semakin berubah ke arah zona inti. Zona penyangga seluas ±13 Ha 16, terdiri dari batas fisik dan batas alami, berfungsi menjaga karakteristik zona inti dan zona pendukung agar tidak semakin berubah atau dipengaruhi perubahan kawasan di sekitarnya. Zona penyangga ini berada di paling luar zonasi, karena, pada konsep awal pembentukannya merupakan batas fisik dari permukiman ini. Elemen bangunan sebagai ciri elemen utama pembentuk lanskap permukiman ditata sesuai konsep agar tetap bertahan ciri arsitekturnya. Perubahan terhadap unsur arsitektur dapat menyesuaikan dengan kebutuhan, tetapi tetap mempertahankan muka bangunan. Selain itu, juga diatur penataan penggunaan lahan agar tetap mempertahankan adanya halaman. Ilustrasi tata bangunan dapat yang mengambil contoh jalan Cikuray dilihat pada Gambar 24. Penataan elemen tanaman dengan mempertahankan elemen tanaman eksisting yang sesuai dengan konsep dan melakukan penanaman kembali jenis tanaman tersebut apabila telah cukup tua atau berbahaya. Elemen tanaman eksisting yang tidak sesuai konsep dan menganggu keharmonisan penataan kawasan, dapat dihilangkan dengan terlebih dahulu menyiapkan penggantinya. Konsep elemen tanaman ini diterapkan pada jalur hijau jalan pada ketiga zona. Selain jalur hijau, penataan ruang terbuka direkomendasikan untuk restorasi segi desain dan fungsi, yaitu Taman Kencana pada zona inti. Bentuk rekomendasi rencana dapat dilihat pada Tabel 20. Aktivitas utama yang dikembangkan pada ketiga zona adalah kegiatan sehari-hari dan rekreasi yang bersifat pasif. Pada zona penyangga, terutama pada jalan utama, fasilitas yang dikembangkan adalah pedestrian. Ilustrasi aktivitas dalam zona inti dapat dilihat pada Gambar 25, 26 dan 27. Tabel 20. Bentuk Rekomendasi Rencana Pelestarian Tingkat Konservasi Zona Rencana I II Inti Tata Bangunan • Struktur dan fasad bangunan tidak boleh berubah • KDB, sempadan bangunan asli tidak boleh berubah • Rehabilitasi bangunan yang rusak • Perubahan struktur dan fasad bangunan tidak mengubah karakternya • Perubahan KDB, sempadan bangunan terbatas dan tidak merusak karakter bangunan Tata Hijau • Mempertahankan tanaman asli yang sesuai konsep • Penanaman kembali tanaman yang sesuai dengan konsep • Restorasi fungsi taman Penunjang Tata Bangunan • Struktur dan fasad bangunan asli tidak boleh berubah • Modifikasi bersifat adaptif • KDB, sempadan bangunan asli tidak boleh berubah • Perubahan struktur dan fasad bangunan bersifat adaptif dan tidak mengubah karakternya • Perubahan KDB, sempadan bangunan terbatas dan tidak merusak karakter bangunan Tata Hijau • Mempertahankan tanaman asli yang sesuai konsep • Penanaman kembali tanaman yang sesuai dengan konsep Penyangga Tata Bangunan • Perubahan struktur dan fasad bangunan asli bersifat adaptif dan tidak mengubah karakternya • Perubahan KDB, sempadan bangunan terbatas • Perubahan struktur dan fasad bangunan asli bersifat adaptif, sesuai kebutuhan, dan tidak mengubah karakternya • Perubahan KDB, sempadan bangunan tidak merusak karakter bangunan Tata Hijau • Mempertahankan tanaman asli yang sesuai konsep • Penanaman kembali tanaman yang sesuai dengan konsep 58 Gambar 23. Rencana Lanskap Gambar 24. Ilustrasi Tata Bangunan Gambar 25. Ilustrasi Aktivitas di Permukiman pada Zona Inti Gambar 26. Ilustrasi Aktivitas di Taman pada Zona Inti Gambar 27 Ilustrasi Pada Zona Penyangga

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kawasan Taman Kencana merupakan kawasan yang direncanakan pada akhir masa penjajahan, yaitu pada tahun 1917an oleh Thomas Karsten. Kawasan ini dibangun sebagai bagian dari konsep perluasan Kebun Raya dengan peruntukan lahan sebagai permukiman bagi bangsa Eropa yang dibagi berdasarkan strata sosial. Identifikasi karakteristik: 1 penggunaan lahan: Zona I merupakan kawasan permukiman yang diperuntukan bagi militer dan kelas pegawai. Sedangkan Zona II dan III adalah untuk strata sosial yang lebih tinggi, peneliti, petinggi atau penguasa. Penggunaan lahan dalam permukiman selain hunian, juga terdapat kantor pemerintahan dan taman ketetanggaan. 2 Bangunan: Baik rumah tinggal maupun bangunan kantor pemerintahnnya memiliki arsitektur khas Indo-Eropa. 3 Sirkulasi: terdapat sirkulasi utama dan jalan-jalan lokal. 4 Tata hijau yaitu adanya jalur hijau jalan yang lebar dan dilengkapi dengan pohon-pohon penaung dan taman pada titik ketetanggaan yang strategis. Perubahan karakteristik kawasan pada zona II dan III meliputi perubahan penggunaan lahan dari hunian menjadi komersial yang menyebabkan perubahan arsitektur bangunan. Sedangkan pada zona I, perubahan ke arah penggunaan lahan yang semakin padat. b. Analisis nilai signifikansi historis dilakukan dengan pembagian zona. Hasil menunjukkan bahwa Zona I, dengan skor 19,1 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan sedang. Zona II dan III, masing-masing dengan skor 26,8 dengan skor 31,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Maka, rekomendasi pelestariannya dibagi berdasarkan tingkat konservasi, yaitu zona II dan III tingkat konservasi I, maka pelestarian ke arah preservasi atau lebih tinggi. Sedangkan zona I dengan tingkat konservasi II. c. Kawasan permukiman tipe kolonial di Taman Kencana telah memenuhi kriteria UU Cagar Budaya No 102011 sebagai kawasan Cagar Budaya. Perda Kota Bogor telah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan strategis kota