4.2 Analisis Nilai Signifikansi Kesejarahan
Nilai Signifikansi kesejarahan menunjukan makna kesejarahan berdasarkan tingkat kepentingan relatif yang dapat ditentukan dari penilaian
derajat kenunikan uniqueness dan tipikal typicality, berdasarkan tujuan perencanaannya dalam skala lokal, regional, nasional, bahkan dunia Harris dan
Dines, 1988. Penilaian keunikan menunjukkan hubungan kesejarahan lanskap dan elemen pembentuknya pada periode sejarah tertentu. Sedangkan, penilaian
tipikal lanskap sejarah menunjukkan elemen pembentuk lanskap memiliki ciri tertentu yang membentuk lanskap sehingga memliki kekhasan.
Hasil penilaian keunikan dan tipikal lanskap sejarah masing-masing ditunjukkan oleh Tabel 14 dan 15. Penilaian keaslian lanskap sejarah ditunjukkan
oleh Tabel 16. Hasil penilaian tersebut kemudian dioverlay ke dalam Tabel 17. Hasil overlay penilaian menunjukkan bahwa Zona III dan II memiliki derajat
signifikansi kesejarahan tertinggi sedangkan Zona I derajat signifikansi kesejarahan sedang.
Tabel 14. Penilaian Keunikan Lanskap Sejarah
Zona Kriteria Penilaian Skor
Total Skor
Total Skor
Zona 1 Nilai
Rata-rata Kategori
R-1 R-2 R-3 I
Asosiasi kesejarahan 4 1 2 7
16 5,3 Unik
Keragaman yang Berbeda dari Kebiasaan
2 2 1 5 Integritas
1 1 2 4 II
Asosiasi kesejarahan 4 3 4 11
32 10,7 Sangat
Unik Keragaman yang
Berbeda dari Kebiasaan 4 4 3 11
Integritas 4 3 3 10
III Asosiasi
kesejarahan 4 4 3 11 32 10,7
Sangat Unik
Keragaman yang Berbeda dari Kebiasaan
4 4 2 10 Integritas
4 4 3 11 Keterangan nilai 1-4 = kurang unik, 5-8 = unik, 9-12 = sangat unik
Hasil penilaian menunjukkan bahwa Zona I kategori unik dan sangat unik untuk Zona II dan III. Secara historis, baik Zona I, Zona II dan III adalah suatu
kesatuan permukiman bangsa Eropa yang merupakan bagian dari perencanaan
perluasan kebun raya sejak 1917an. Pada periode tersebut, Ir. Thomas Karsten dan asosiasinya juga melakukan perencanaan untuk beberapa kota lainnya di
Nusantara, diantarnya adalah Semarang 1916 dan Malang 1931. Pada tahun 1921, Thomas Karsten mempresentasikan makalah Indian Town Planning di
Kongres Desentralisasi. Karsten berpendapat bahwa perencanaan kota merupakan aktivitas yang saling terkait sosial, teknologi, ekonomi yang harus
dipertimbangkan bagi terciptanya keselasaran lingkungan perkotaan Roosmalen, 2009. Karsten menciptakan rencana tata kota secara terorganisir dengan konsep
yang mempertimbangkan dimensi sosial dan estetika. Perencanaan kawasan pada periode akhir penjajahan membuat kawasan permukiman di Taman Kencana ini
mewakili suatu keunikan yang berbeda dari tempat lainnya, yaitu konsep dan pemikiran yang dikembangkan oleh Karsten.
Tabel 15. Penilaian Tipikal Lanskap Sejarah
Zona Kriteria Penilaian Skor
Total Skor
Total Skor
Zona 1 Nilai
Rata- rata
Kategori R-1 R-2 R-3
I Tipe Struktur
2 1
3 6
30,0 7,5 Khas Fitur-fitur Ornamental
2 3
1 6
Kualitas Estetika 2
2 4
8 Hubungan Spasial
3 3
4 10
II Tipe Struktur
4 3
1 8
35,0 8,8 Khas Fitur-fitur Ornamental
3 3
2 8
Kualitas Estetika 3
3 3
9 Hubungan Spasial
3 4
3 10
III Tipe Struktur
4 4
2 10
43,0 10,8 Sangat
Khas Fitur-fitur Ornamental
4 4
2 10
Kualitas Estetika 4
4 4
12 Hubungan Spasial
4 4
3 11
Keterangan nilai 1-4 = kurang tipikal, 5-8 = tipikal, 9-12 = sangat tipikal
Berdasarkan penilaian, Zona I dan II memiliki kategori tipikal. Elemen pembentuk Zona I menunjukkan karakternya sebagai permukiman militer dan
permukiman pegawai di masa kolonial. Hal tersebut dapat dilihat dari tipe struktur, bangunan dan lokasi secara geografis berdekatan dengan zona militer
Bogor.
Sedangkan karakter permukiman bangsa Eropa yang khas dapat terlihat pada Zona II dan Zona III. Kawasan permukiman ini berada dekat dengan pusat
pemerintahan, sekolah dan fasilitas umum. Berdasarkan kriteria Garden City Howard 1898 dalam Sarilestari 2009 kawasan permukiman ini, dilihat dari tipe
struktur, fitur ornamental, kualitas estetika dan hubugan spasial, memiliki ciri: 1. Terdapat berbagai jalan masuk menuju ke perumahan mewah berbentuk
lingkaran, atau terletak di depan boulevard dengan jalan menuju satu titik yaitu pusat kota. Jalan yang menghubungkan permukiman ini dengan pusat
kota adalah Jalan Jalak Harupat Van Limburg Stirum weg dan Gunung Gede I Van Heut weg sekarang Jl. Pajajaran. Kedua jalan ini juga dihubungkan
oleh Jalan Salak. 2. Pepohonan atau jalur hijau yang selalu hadir di berbagai jalan perkotaan.
Jalur hijau terhubung membentuk koridor, ditanami rumput dan pohon-pohon bertajuk lebar sebagai penaung. Pemilihan jenis tanaman juga memperhatikan
estetika, karakter dan kemudahan perawatannya. Pada jalan-jalan utama tanaman yang banyak ditemukan adalah mahoni, flamboyan dan kenari.
3. Rumah mewah disertai arsitektur dan disain rumah atau sekelompok rumah yang beragam. Rumah mewah yang dimaksud adalah rumah villa besar bagi
petinggi atau pejabat pemerintahan yang berada di sepanjang Jl. Ciremai JP Coen weg dan beberapa di Jl. Papandayan dan Cikuray zona III dengan tipe
atap rumah gandeng. Sedangkan rumah pegawai bertipe atap tunggal yang lebih sederhana atau villa sedang atau kecil, sebagian besar berada pada zona
II. Pada zona I ragam rumah dapat dikategorikan sebagai rumah sederhana bagi pegawai militer.
4. Beberapa memiliki taman umum. Taman yang terdapat di Zona III adalah Taman Kencana Van Imhoff Plein seluas 5075 m
2
. Berbentuk geometri dengan axis yang menuju focal point, Van Imhoff Plein merupakan taman
yang konsep awalnya sebagai tempat rekreasi pasif, penyegar dan keindahan lingkungan Widjaja, 1991.
Tabel 16. Penilaian Keaslian Lanskap Sejarah
Zona Kriteria Penilaian Skor
Total Skor
Total Skor Zona 1
Nilai Rata-rata Kategori
R-1 R-2 R-3 I
Pola Distrik 2
1 4
7 19,0 6,3
Cukup Asli
Ruang Terbuka
2 2 4 8 Jalur Hijau
2 1
1 4
II Pola Distrik
3 2
1 6
22,0 7,3 Cukup
Asli Ruang
Terbuka 4 2 1 7
Jalur Hijau 4
3 2
9 III
Pola Distrik 3
3 3
9 31,0
10,3 Asli
Ruang Terbuka
4 4 4 12 Jalur Hijau
4 4
2 10
Keterangan nilai 1-4 = kurang asli, 5-8 = cukup asli, 9-12 = asli
Berdasarkan penilaian, zona I dan II termasuk kategori cukup asli dan kategori asli untuk Zona III. Ketiga Zona masih asli secara layout, memiliki karakter
sebagai permukiman tipe kolonial bagian dari konsep town planning ekspansi Buitenzorg ke arah timur. Kondisi fisik alami seperti kontur masih
mempertahankan konsep awal. Munculnya permukiman kumuh padat di sekitar sungai Ciliwung, yang seharusnya merupakan kawasan lindung sempadan sungai,
pada zona I merupakan perubahan yang jelas terlihat. Sedangkan, pada zona II dan III adalah perubahan penggunaan lahan ke arah perdagangan jasa. Perubahan
ini ada yang tetap mempertahankan karakter elemen lanskap maupun bangunan, tetapi ada juga yang berubah.
Konsep yang diterapkan dalam pola distrik permukiman ini adalah berdasarkan strata sosial masyarakatnya. Maka, dapat diidentifikasi bahwa zona I
adalah untuk strata yang lebih rendah, zona II dan III untuk strata yang lebih tinggi dari zona I.
Zona I dan III memiliki ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat rekreasi. Perubahan terutama terlihat pada jenis aktivitas, sekarang lebih banyak
digunakan untuk rekreasi aktif. Sedangkan sistem jalur hijau sebagian besar masih dipertahankan, yaitu adanya jalur hijau jalan sepanjang 2-3 meter di zona II dan
III. Sedangkan, pada zona I jalur hijau lebih kecil, juga tidak terdapat pohon- pohon peneduh yang berderet atau rimbun.
Tabel 17. Sintesis Nilai Signifikansi Kesejarahan
Zona Keunikan Kekhasan Keaslian Total
Skor Kategori
I 5,3 7,5 6,3
19,1 Sedang Unik Khas
Cukup Asli
II 10,7 8,8 7,3
26,8 Tinggi Sangat Unik
Khas Cukup Asli
III 10,7 10,8 10,3
31,8 Tinggi Sangat Unik
Sangat Khas Asli
Keterangan nilai 1-12 = Rendah, 13-24 = Sedang, 25-36 = Tinggi
Berdasarkan penilaian keunikan, tipikal dan keaslian pada Tabel 17, maka didapatkan hasil overlay yang dapat dilihat pada Gambar 19. Hasil sintesis
penilaian signifikansi kesejarahan menunjukan bahwa zona I nilai signifikansi kesejarahan sedang, zona II dan III nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Maka,
rekomendasi tindakan pelestarian masing-masing zona dapat berbeda atau memiliki tingkatan, sebagai berikut:
1. Zona I, dengan skor 19,1 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan sedang. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan
adalah konservasi untuk menjaga atau meningkatkan karakteristik lanskap dan elemen pembentuknya tidak berubah Konservasi Tingkat II.
2. Zona II, dengan skor 26,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan adalah
konservasi dan preservasi Konservasi Tingkat I.. 3. Zona III, dengan skor 31,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi
kesejarahan tinggi. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan adalah ke arah preservasi dan restorasi Konservasi Tingkat I.
46 Gambar 19. Hasil Analisis Nilai Signifikansi Kesejarahan
4.3 Aspek Legal dan Rencana Pembangunan