Sirkulasi Tata Hijau Karakteristik Kawasan

4.1.2.3 Sirkulasi

Sirkulasi dalam kawasan dihubungkan oleh jaringan jalan weg yang menghubungkan kawasan permukiman Eropa ini dengan pusat-pusat aktivitas di sekitarnya. Proyek perluasan Buitenzorg yang direncanakan ke arah timur menyebrangi Sungai Ciliwung, termasuk di dalamnya adalah perluasan Kebun Raya. Maka, terbangun jalan lingkar Kebun Raya yang menyebrangi Ciliwung tersebut di dua titik, yaitu jalan jembatan Ciliwung yang berada di jalan Jalak Harupat dan jalan Otto Iskandardinata. Jalan-jalan tersebut menjadi sirkulasi utama yang menghubungkan kawasan dengan pusat kota. Sedangkan, permukiman di Sempur dihubungkan oleh jembatan gantung pada jalan Sempur. Jaringan jalan eksisting dalam kawasan terdiri dari jalan lokal, jalan kolektor dan jalan arteri Bappeda, 2007. Jalan Jalak Harupat dan Pajajaran merupakan jalan arteri sekunder, jalan Ciremai, Salak dan Pangrango merupakan jalan kolektor sekunder, dan jalan lainnya merupakan jalan lokal. Kondisi jalan ekisting dapat dilihat pada Gambar 17. Jalan lokal, yang dahulu diberi nama-nama kerajaan Belanda, seperti Beatrix weg jalan Cikuray, Jan Pieterzoon Coen weg jalan Pangrango. Jalan lokal memiliki lebar 6-7 meter cukup lebar sebagai jalan permukiman, dilengkapi dengan jalur hijau jalan dengan lebar 1,5-2 meter dan pohon-pohon penaung. Secara singkat Jaringan jalan eksisting dideskripsikan pada Tabel 11. Gambar 17. Kondisi Jalan Eksisting Jl. Pajajaran b Jl. Ciremai c Jl. Papandayan a b c Tabel 11. Deskripsi Karakteristik Jalan Eksisting Nama Jalan Fungsi Jalan Karakteristik Lebar Jalan Pedestrian Jalur Hijau Pajajaran Gunung Gede I Jalan Arteri 40 m 3 m 3 m Jalak Harupat 13 m 1,3 m 1,3 m Salak, Ciremai, Pangrango Jalan Kolektor 14 m 1,5 m 1,5 m Jalan lokal Jalan Lokal 7 m - 2 m Sumber: Bapeda dan Pengamatan Lapang

4.1.2.4 Tata Hijau

Elemen tata hijau dalam kawasan dapat dilihat pada: • Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau yang bersifat pribadi adalah ruang tidak terbangun atau halaman pada setiap kavling rumah, sedangkan yang yang bersifat publik berupa taman. Pada zona I terdapat lapangan Sempur yang pada awalnya merupakan lahan kosong, saat ini dimanfaatkan sebagai saran rekreasi atau olahraga oleh masyarakat Bogor. Pada zona II hanya terdapat taman-taman yang berfungsi sebagai traffic island. Pada zona III, terdapat ruang terbuka yang berada di titik strategis yang menjadi focal point pertemuan antara beberapa ruas jalan. Ruang terbuka hijau tersebut adalah Taman Kencana yang dahulu bernama Baron van Imhoff Plein Sobara, 2008 dan Widjaja, 1991. Taman Kencana Gambar 18 merupakan taman yang dibangun pada 1927 dengan konsep Rennaissance berbentuk geometri dengan pusat berupa air mancur di tengah taman. Fungsi utama taman tersebut adalah sebagai penyedia keindahan lingkungan dengan aktivitas rekreasi pasif. Pada masa tersebut, taman ini dipeliharan oleh pihak Balai Penelitian Perkebunan dan diperutukan bagi bangsa Eropa yang tinggal di sekitarnya serta pegawai-pegawai Balai Penelitian Perkebunan Widjaja, 1991. Gambar 18. Taman Kencana Baron Van Imhoff Plein Sumber: Tropenmuseum • Jalur Hijau Jalan. Jalur hijau jalan ditanami rumput dan pohon-pohon besar yang berjajar. Pada zona I, jalur hijau tidak selebar di zona II atau III, juga tidak terdapat pohon- pohon besar yang berjajar dengan jenis yang sama. Sedangkan zona II dan III, jalur hijau selebar 2-3 meter ditanami rumput pohon yang berjajar. Penggunaan pohon-pohon tersebut berfungsi sebagai penaung, pemberi estetika, dan keberadaannya mempengaruhi iklim mikro yang menciptakan kesejukan dalam kawasan. Pemilihan jenis tanaman pada jalur hijau jalan yang mengambil contoh Kota Malang, sebagai salah satu kota yang direncanakan oleh Karsten, diantaranya adalah pohon Trembesi Samanea saman, Beringin Ficus benyamina, Palem Raja Oreodoxa regia, Mahoni Switenia mahagoni, Asam Londo Tamarindus indica dan Kenari Canarium amboninse Baskara, 2012. Penggunaan jenis tanaman tersebut diantaranya adalah untuk mengadaptasi iklim tropis, yang memiliki ciri: tinggi, bertajuk lebar, serta mudah perawatannya. Tabel 12 menunjukkan jenis tanaman tersebut yang dapat ditemukan pada ruas jalan dalam kawasan. a. 2011 b 1930 Tabel 12. Jenis Tanaman dan Lokasinya Jenis Tanaman Lokasi Jalan Trembesi Samanea saman Jl. Jalak Harupat, Jl. Salak Beringin Ficus benyamina Jl. Jalak Harupat, Jl. Pajajaran, Jl. Papandayan Mahoni Switenia mahagoni Jl. Jalak Harupat, Jl. Pajajaran, Jl. Pangrango, Jl. Sempur, Jl. Pajajaran, Jl. Salak, Jl. Papandayan, Jl. Cikuray, Jl. Mandalawangi, Jl. Mega Mendung Kenari Canarium amboninse Jl. Jalak Harupat, Jl. Ciremai, Jl. Pajajaran Palem Raja Oreodoxa regia Jl. Sempur Flamboyan Delonix regia Jl. Jalak Harupat, Jl. Ciremai, Jl. Pajajaran, Jl. Salak Sumber: Hasil Pengamatan Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa jenis tanaman tersebut dapat ditemukan terutama di jalan-jalan utama. Sedangkan, pada daerah Sempur masih banyak terdapat pohon Sempur. Berdasarkan pengamatan kondisi eksisting, selain tanaman-tanaman tersebut, terdapat beberapa jenis lainnya yang banyak ditemukan pada jalan-jalan lokal, yaitu kerai payung dan tanjung. Berdasarkan uraian di atas, maka, karakteristik kawasan permukiman tipe kolonial di Taman Kencana dapat dideskripsikan secara singkat pada Tabel 13. Tabel 13. Deskripsi Karakteristik Kawasan Taman Kencana Zona I Zona II Zona III Penggunaan Lahan • Permukiman militer dan kelas pegawai • Kantor pemerintahan • Ruang terbuka lapangan Sempur • Permukiman elit bagi pegawai, peneliti atau penguasa • Permukiman elit bagi pegawai, peneliti atau penguasa • Kantor pemerintahan • Ruang terbuka Taman Kencana Bangunan • Arsitektur khas Indis yang berkembang 1920-1940an, yaitu penyesuaian terhadap iklim tropis dari bentuk dan material • Rumah tinggal tipe sederhana • Bangunan kantor pemerintahan diletakkan pada titik yang strategis • Rumah tinggal tipe villa sedang hingga kecil • Rumah tinggal tipe villa besar, sedang hingga kecil • Bangunan kantor pemerintahan diletakkan pada titik yang strategis Sirkulasi • Sirkulasi utama Jl. Sempur dan Jl. Jalak Harupat • Sirkuasi utama: Jalan arteri sekunder Jl. Pajajaran, kolektor sekunder Jl. Ciremai, Salak • Jalan lokal untuk jalan lainnya • Sirkuasi utama: Jalan arteri sekunder Jl. Pajajaran dan Jalak Harupat, kolektor sekunder Jl. Ciremai, Salak, Pangrango, • Jalan lokal untuk jalan lainnya Tata Hijau • RTH yang pada awalnya lahan kosong saat ini dimanfaatkan sebagai lapangan publik • Jalur hijau jalan eksisting ±1 meter, terdapat bagian yang tidak kontinyu, ditanami rumput dan pohon yang tidak berderet atau tidak memberi kesan rimbun • Pohon sempur terdapat di sisi-sisi lapangan sempur, palem raja dan mahoni pada Jl. Sempur • RTH halaman pada permukiman • RTH berupa halaman pribadi dan taman ketetanggan publik. Taman dengan konsep geometri Renaissance, terletak di titik yang strategis dan aktivitas pasif • Jalur hijau jalan selebar ±2-3 meter, ditanami rumput dan pohon-pohon dengan ciri: tinggi, besar, tajuk lebar untuk menaungi dan mudah perawatannya mahoni, flamboyan, kenari, beringin, ki hujan. • Pohon-pohon pada jalan-jalan utama berderet sejenis. Pada jalan lokal jenis pohon lebih beragam, juga pada halaman rumah tinggal.

4.2 Analisis Nilai Signifikansi Kesejarahan