Permukiman Tipe Kolonial TINJAUAN PUSTAKA

pendekatan dalam tindakan pelestarian menurut beberapa ahli dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Pendekatan dalam Tindakan Pelestarian Pendekatan Definisi Preservasi - Harris dan Dinnes 1988 Mempertahankan tapak seperti apa adanya. Rehabilitasi - Harris dan Dinnes 1988 Meningkatkan standar yang modern dengan tetap mempertahankan karakter historisnya. - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Memperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu lanskap sejarah. Restorasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Pengembalian kondisi lanskap pada kondisi aslinya dengan mengembalikan penampilan sejarah. Rekonstruksi - Harris dan Dinnes 1988 Membuat kembali bagian yang dulu ada tetapi sudah tidak ditemui lagi saat ini . - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik keseluruhan atau sebagian dari tapak asli Konservasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Tindakan pasif untuk melindungi lanskap sejarah dari kehilangan, pelanggaran atau pengaruh yang tidak tepat. - Harris dan Dinnes 1988 Tindakan secara aktif membantu menghalangi dari kerusakan yang lebih jauh pada tapak atau elemen tapak Adaptive Use - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasikan berbagai penggunaan. Interpretasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001 Usaha pelestarian mendasar untuk mempertahankan lanskap asli secara terpadu dengan usaha-usaha yang juga menampung kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan baru serta kondisi yang akan dihadapi di masa ini dan masa yang akan datang.

2.4 Permukiman Tipe Kolonial

Kota Bogor sebagai kota yang dibangun pada masa kolonial, pada awalnya dibangun dengan konsep tata ruang Garden City Ebenezer Howard 1898 Sarilestari, 2009. Konsep tersebut terlihat dalam layout dan penataan ruang sesuai dengan fungsinya. Penataan permukiman di Buitenzorg pada abad 19, oleh pemerintah Hindia Belanda, diatur berdasarkan pengelompokan etnis Wijkenstelsel. Bangsa Eropa yang disamakan haknya diizinkan membangun pemukiman di sebelah barat Jalan Raya Pos. Mulai dari witte pall Pabaton sampai dengan sebelah selatan Kebun Raya dan Pakancilan. Sedangkan orang Tionghoa diberi hak tinggal di sepanjang Handlestraat sampai tanjakan Empang. Sisanya para pribumi tinggal di luar kota pemerintahan Kampoeng Bogor. Pada awal abad 20, pemisahan secara etnis pada daerah perumahan oleh Karsten dicoba untuk dieliminer. Sebagai penggantinya daerah perumahan dikelompokkan berdasarkan alasan ekonomi ketimbang masalah etnis Handinoto, 1998. Menurut Soepandi 2008, rumah-rumah Belanda bertipe besar dan luas untuk kaum elit banyak terdapat di tepi jalan-jalan utama, sedangkan rumah- rumah yang lebih kecil untuk tingkatan karyawan atau pengusaha biasa tersebar di jalan-jalan sekunder. Lebih lanjut Handinoto 1998 juga menjelaskan ciri permukiman untuk kelas jalan boulevard, straat, dan laan dengan kapling-kapling yang luas, diletakkan rumah bagi penghuni kelas ekonomi menengah keatas, sedangkan untuk jalan kecil dan gang, diletakkan rumah bagi penghuni kelas ekonomi menengah kebawah. Sedangkan, ciri permukiman dalam konsep Garden City yang mengambil contoh Welwyn Garden City adalah: terdapat ragam rumah dari yang kecil hingga yang besar, lebar jalan utama 6 m, Koefisien Dasar Bangunan 30, serta lanskap jalan yang dilengkapi dengan dengan tree lines street Sanjaya, 2008. Sebagai ciri permukiman bangsa Eropa yang berkembang pada awal abad 20 adalah adanya aturan sempadan bangunan serta tersedianya fasilitas umum, dan permukiman ini biasanya dibangun sebagai rumah dinas bagi pegawai pemerintahan Heryanto, 2000. Keberadaan permukiman bangsa Eropa ini juga meninggalkan suatu bentuk arsitektur yang dikenal sebagai arsitektur kolonial. Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air Murtomo, 2008. Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang baru datang dari negeri Belanda memunculkan pendekatan untuk rancangan arsitektur di Hindia Belanda. Gaya arsitektur Indo-Eropa, yang dipelopori oleh Henri Maclaine Pont dan Thomas Karsten, disebut sebagai arsitektur kolonial modern. Istilah Indo-Eropa ditujukan pada bangunan yang mempunyai bentuk atau kesan luarnya perpaduan antara arsitektur Nusantara dan arsitektur modern yang disesuaikan dengan iklim, bahan bangunan serta teknologi yang berkembang waktu itu Hadinoto, 1998. Bentuk arsitektur kolonial pada kawasan dapat dilihat pada bangunan pemerintahan dan rumah tinggal. Bangunan rumah tinggal memiliki ciri umum mempunyai atap dengan kemiringan lebih dari 35 o sebagai antisipasi terhadap curah hujan yang cukup tinggi dan panas yang cukup menyengat. Banyak terdapat bukaan dengan menghadirkan bukaan-bukaan jendela berjalusi berkisi-kisi serta lubang angin. Selain itu juga terdapat teras atau serambi depan Safeyah, 2006 . Ragam rumah tinggal Gambar 3 di kawasan Taman Kencana terdiri dari ukuran besar yang berada di sepanjang jalan Ciremai hingga ukuran yang kecil di jalan lainnya. Gambar 3. Ragam Rumah Tinggal di Kawasan Taman kencana Sumber: Pribadi 2011

III. METODOLOGI