Hasil Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Hasil Analisis

Berasarkan uraian sebelumnya, maka hasil analisis setiap aspek dapat dilihat pada maka rekomendasi perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Zona I: perubahan karakteristik kawasan ke arah semakin tidak teratur atau padat, dan berdasarkan rencana penggunaan lahan diperuntukan sebagai permukiman. Berdasarkan nilai signifikansi kesejarahan zona ini direkomendasikan untuk tingkat konservasi yang lebih rendah dari zona II dan III. Maka rekomendasi pelestariannya adalah dengan mempreservasi elemen yang masih kuat karakternya, terutama elemen bangunan BCB. Sehingga, area tersebut berpotensi dikembangkan sebagai zona inti. 2. Zona II: perubahan penggunaan lahan ke arah perdagangan dan jasa, sebagian masih memepertahankan bentuk bangunan, tetapi ada juga yang tidak. Berdasarkan nilai signifikansi kesejarahan zona ini direkomendasikan untuk tingkat konservasi I. 3. Zona III: perubahan penggunaan lahan ke arah perdagangan dan jasa, sebagian besar elemen, terutama bangunan sudah tidak sesuai dengan karakter kawasan. Berdasarkan nilai signifikansi kesejarahan zona ini direkomendasikan untuk tingkat konservasi I. Maka, elemen pembentuk lanskap dan bangunan yang masih kuat karakternya dipertahankan dan berpotensi sebagai zona inti, sedangkan elemen yang telah berkurang karakternya direkomendasikan sebagai zona penunjang.

V. PERENCANAAN LANSKAP

5.1 Konsep Lanskap untuk Pelestarian

Konsep lanskap kawasan secara keseluruhan bertujuan memperkuat karakteristik lanskap permukiman tipe kolonial dengan cara penataan elemen pembentuknya. Pelestarian lanskap permukiman tipe kolonial ini diharapkan agar dapat sejalan dengan pembangunan kota tanpa mengubah karakter kawasan. Konsep awal yang mendasari terbentuknya layout permukiman ini dapat dipertahankan atau dihadirkan kembali melalui konsep penataan ruang, sirkulasi, elemen tata hijau, aktivitas dan fasilitas, serta tata bangunan.

5.1.1 Tata Ruang

Konsep penataan ruang kawasan dibagi dalam bentuk zonasi. Dasar pembagian zonasi berdasarkan UU Cagar Budaya No 112010, dapat meliputi: zona inti, penyangga, pengembangan dan penunjang berdasarkan karakter dan tujuannya. Pelestarian kawasan berdasarkan hasil analisis dapat dibagi menjadi tiga zonasi Gambar 21, yaitu: 1. Zona Inti, seluas ±47 Ha 62, terdiri dari area yang masih memiliki elemen yang mewakili karakteristik kawasan dari zona I, II dan III, baik dari elemen lanskap maupun bangunan. Zona inti akan dikembangkan dengan konsep preservasi, maka elemen asli yang telah ada dipertahankan untuk mencegah hilangnya karakter kawasan. 2. Zona Penunjang, seluas ±17 Ha 22, kondisi eksisting merupakan area yang telah banyak berubah penggunaan lahannya seperti perdagangan dan jasa. Zona ini merupakan sub zona inti, dimana pada awalnya merupakan bagian dari permukiman. Pada zona ini terdiri dari bangunan lama dan baru yang tidak memiliki ciri kolonial dan sulit dikembalikan ke konsep kawasan. Maka, penataan fisik pada zona pengembangan diarahkan ada pengendalian terhadap bangunan baru. 3. Zona Penyangga, seluas ±13 Ha 16, zona ini merupakan batas fisik dan alami yang terdiri dari ruas jalan Gunung Gede, Jalak Harupat, lereng Ciremai, Sempur dan Sungai Ciliwung. Zona ini berfungsi mendukung