ketersediaan informasi sejarah pada periode yang otentik untuk upaya restorasi.
2.3 Perencanaan Lanskap Kawasan Budaya dan Sejarah
Perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik mencapai
keadaan tersebut Simonds dan Starke, 1983. Perencanaan kawasan harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya: mempelajari hubungan antara kawasan
tersebut dengan lingkungan sekitar, memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan yang akan direncanakan, dan merencanakan kawasan
tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu kawasan yang dapat menampilkan masa lalunya Nurisyah dan Pramukanto, 2001.
Menurut Harris dan Dines 1988 beberapa tujuan dari perencanaan lanskap sejarah adalah:
1. Mempreservasi karakter keindahan dari bangunan atau area: a. menekankan pada keberlanjutan masa dahulu dan saat ini,
b. melengkapi suatu struktur sejarah, c. menahan penurunan karakter pada lingkungan,
d. menginterpretasikan kehidupan sejarah sesorang, kejadian, maupun tempat.
2. Mengkonservasi sumberdaya: a. melindungi pepohonan, semak, dan berbagai macam material tanaman,
b. memperpanjang kehidupan pada elemen tapak, c. memperbaiki dan merehabilitasi elemen yang sudah tidak berfungsi lagi,
d. mengurangi pemeliharaan. 3. Memfasilitasi pendidikan lingkungan:
a. mengilustrasikan selera, proses, teknologi pada masa lalu, b. mengevaluasi penerapan penggunaan teknologi pada masa lalu dan saat
ini. 4. Mengakomodasi kebutuhan akibat perubahan pada kawasan permukiman baik
di perkotaan, suburban atau perdesaan.
Selanjutnya, Harris dan Dines 1988 menjelaskan langkah-langkah umum dalam proses perencanaan pengumpulan data, analisis, options, evaluasi rencana
alternatif, dan pemilihan rencana yang paling sesuai dapat digunakan dalam perencanaan lanskap kawasan bersejarah, dengan mempertimbangkan faktor yang
paling mempengaruhi, yaitu fitur atau elemen sejarah serta karakteristik tapak. Salah satu tools dalam perencanaan preservasi lanskap bersejarah adalah site
master plan, berupa bentuk pendekatan dan implementasi yang sesuai dalam tapak. Proses perencanaan lanskap menurut Haris dan Dines 1988 dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Proses Perencanaan Preservasi Lanskap Sejarah
Birnbaum 1994 menjelaskan beberapa langkah dalam perencanaan Preservasi kawasan bersejarah meliputi penelitian kesejarahan, analisis tapak, dan
perencanaan pengembangan. Sedangkan Keller dan Keller 1989, designed historic landscapes dapat dievaluasi meliputi enam langkah, lebih lanjut
dijelaskan dalam Tabel 1.
Establishing Historical Significance, Philospophy and Site Protection
Site Assessment Expertise as Required
Research Planning
Design Expertise as Required
Maintenance Interpretive Program
Implementation
Tabel 1. Langkah-langkah Perencanaan Preservasi designed historic landscapes
Birnbaum 1994 Keller dan Keller 1989
Deskripsi 1. Penelitian
kesejarahan, inventarisasi dan
dokumentasi kondisi eksiting,
1. Penelusuran Informasi, Penjelasan deskriptif dan spasial
penggunaan baik eksisting atau historis. 2. Identifikasi tipe lanskap
dan konteks pengembangan,
- Mengidentifikasi material yang mengandung nilai kesejarahan
- Menentukan konteks geografi yang paling mempengaruhi level lokal,
regional, nasional 3. Analisis Karakter Elemen,
Menentukan elemen yang mewakili karakteristik historis.
2. Analisis tapak, evaluasi integritas
dan signifikansi, 4. Evaluasi Signifikansi
Kesejarahan, 5. Evaluasi Integritas,
Setiap elemen atau fitur lanskap memenuhi beberapa kriteria:
- Berasosiasi dengan suatu kejadian sejarah yang berpengaruh terhadap
pola lanskap. - Berhubungan dengan seorang yang
penting pada masa lampau. - Memiliki karakter yang unik, berbeda.
- Menyimpan informasi penting masa lampau.
Derajat nilai signifikansi kesejarahan menurut Harris dan Dines 1988 dapat
ditentukan melalui kriteria uniqueness dan typicality lanskap sejarah.
- Tingkat karakter kesejarahan. - Tingkat keaslian
- Perubahan yang terjadi. 3. Perencanaan
pengembangan, dan pendekatan tindakan
preservasi dalam pengelolaan, dan
persiapan terhadap tindakan dan
rekomendasi penelitian di masa
yang akan datang. 6. Penentuan Tindakan.
Menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan
Lebih lanjut Birnbaum 1994 menjelaskan tindakan pelestarian sebagai kegiatan yang mengarah pada tujuan preservasi. Hal-hal yang mempengaruhi
pemilihan tindakan meliputi nilai value kesejarahan dari elemen-elemen pada tapak, signifikansi historis dan integritas, dokumentasi kesejarahan, kondisi
eksisting, penggunaan dahulu dan yang direncanakan seperti pendidikan, interpretasi, pasif, aktif, institusi, privat, tujuan jangka pendek dan jangka
panjang dan kebutuhan tertentu aksesibilitas, keamanan, pemadam kebakaran dan biaya antisipasi perubahan, kepegawaian, dan pemeliharaan. Beberapa
pendekatan dalam tindakan pelestarian menurut beberapa ahli dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pendekatan dalam Tindakan Pelestarian Pendekatan Definisi
Preservasi - Harris dan Dinnes 1988
Mempertahankan tapak seperti apa adanya.
Rehabilitasi - Harris dan Dinnes 1988
Meningkatkan standar yang modern dengan tetap mempertahankan karakter historisnya.
- Nurisyah dan Pramukanto 2001 Memperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu lanskap sejarah.
Restorasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001
Pengembalian kondisi lanskap pada kondisi aslinya dengan mengembalikan penampilan sejarah.
Rekonstruksi - Harris dan Dinnes 1988
Membuat kembali bagian yang dulu ada tetapi sudah tidak ditemui lagi saat ini . - Nurisyah dan Pramukanto 2001
Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik keseluruhan atau sebagian dari tapak asli
Konservasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001
Tindakan pasif untuk melindungi lanskap sejarah dari kehilangan, pelanggaran atau pengaruh yang tidak tepat.
- Harris dan Dinnes 1988 Tindakan secara aktif membantu menghalangi dari kerusakan yang lebih jauh
pada tapak atau elemen tapak
Adaptive Use - Nurisyah dan Pramukanto 2001
Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasikan berbagai penggunaan.
Interpretasi - Nurisyah dan Pramukanto 2001
Usaha pelestarian mendasar untuk mempertahankan lanskap asli secara terpadu dengan usaha-usaha yang juga menampung kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan baru serta kondisi yang akan dihadapi di masa ini dan masa yang akan datang.
2.4 Permukiman Tipe Kolonial