Produksi Ikan dan Teknologi Penangkapan Ikan

untuk memilih ATI didasarkan pada harapan memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak dari ATL, biaya penggunaannya murah, dan mengikuti nelayan lain. Pertimbangan ketiga serupa dengan istilah highliner illusion yang dijelaskan Fauzi 2005. Highliner illusion adalah ilusi untuk menjadi nelayan sukses. Perilaku highliner illusion tampak cukup besar. Apabila digabungkan, terdapat 21 persen nelayan memilih alat tangkap karena mereka mengikuti teknologi yang digunakan nelayan lain. Perilaku demikian menunjukkan bahwa pertimbangan ekonomi nelayan tidak hanya melihat aspek ekonomi saja, melainkan dipengaruhi oleh keadaan sosial di lingkungannya. Tabel 6. Pertimbangan Menggunakan Alat Tangkap Legal dan Illegal No Alasan Jenis Alat Tangkap Legal Illegal Unit Persen Unit Persen 1 Hasil tangkapannya banyak 7 15 11 24 2 Biayanya murah 12 26 10 22 3 Mengikuti nelayan lain 11 24 8 18 4 Kebiasaan 6 13 3 7 5 Hasil tangkapannya banyak dan mengikuti nelayan lain 2 4 5 11 6 Hasil tangkapannya banyak dan biayanya murah 2 4 4 9 7 Mengikuti nelayan lain dan biayanya murah 1 2 3 7 8 Tanpa alasan 5 11 1 2 Jumlah 46 100 45 100 Sumber : Diolah dari hasil survey

5.2. Produksi Ikan dan Teknologi Penangkapan Ikan

Kabupaten Indramayu secara administrasi pemerintahan memiliki 31 kecamatan, dan 11 kecamatan diantaranya merupakan kecamatan pesisir, yaitu kecamatan yang terletak di Pantai Utara Jawa PANTURA. Seperti ditunjukkan pada Gambar 5, kegiatan penangkapan ikan tersebar pada garis pantai sepanjang 115 kilometer dari Kecamatan Patrol hingga Krangkeng. Kecamatan yang diberikan tanda bintang pada gambar tersebut, yaitu Kandanghaur, Indramayu dan Juntinyuat, adalah kecamatan yang menonjol dalam produksi ikan secara relatif dibandingkan 8 kecamatan lainnya. Sumber : Diakses dan diolah dari www.googleearth.com tanggal 11 Februari 2010 Gambar 5. Kecamatan yang Memiliki Pantai di Kabupaten Indramayu Menurut Sunari 2006, sebagian besar pantai di Kabupaten Indramayu adalah landai dan memiliki arus pantai yang tidak kuat, sebuah kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya terumbu karang. Namun disisi lain, pesisir Kabupaten Indramayu memiliki banyak muara sungai. Muatan sedimen yang dibawa oleh setiap sungai membuat pantai semakin keruh, sehingga mengurangi kondisi untuk perkembangan terumbu karang. Kabupaten Indramayu kehilangan manfaat terumbu karang sebagai pemecah gelombang sehingga ancaman yang ada hampir di seluruh pesisir pantai Kabupaten Indramayu adalah abarasi yang dapat Utara Selatan Barat Timur menimbulkan hilangnya lahan penduduk. Pantai di Kabupaten Indramayu tidak memiliki ekosistem padang lamun, meskipun menurut Sunari 2006 dahulunya diduga tumbuh. Dugaannya diambil dari keterangan Ketua Kelompok Nelayan di Desa Tegus yang mengatakan bahwa dahulu para nelayan sering melihat duyung atau ikan dugong-dugong yang habitanya adalah padang lamun. Tidak tumbuhnya padang lamun diduga karena tingginya sedimentasi dan masuknya zat-zat pencemar yang berasal dari limbah rumahtangga dan industri, dan tidak adanya terumbu karang. Terumbu karang dapat menciptakan arus ombak yang tenang yang diperlukan bagi pertumbuhan padang lamun. Kondisi demikian tidak berarti membernarkan tindakan penggunaan ATI. Penggunaan ATI tidak hanya merusak ekosistem laut, tapi secara sosial dapat mengurangi hasil tangkapan nelayan lain. Sebaran nelayan di Kabupaten Indramayu ditampilkan pada Tabel 7. Nelayan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 37 372 orang, dimana 13 persennya termasuk kategori nelayan pemilik, dan 87 persennya adalah buruh perikanan atau nelayan yang bekerja pada nelayan pemilik. Secara keseluruhan, jumlah nelayan pada tahun tersebut mengalami peningkatan sebesar 6 persen dari tahun 2008, dimana kenaikan dari jumlah nelayan pemilik sebesar 13 persen, dan kenaikan dari buruh perikanan sebesar 5 persen. Perkembangan demikian menunjukkan adanya daya tarik pada industri perikanan tangkap bagi masyarakat. Tabel 7. Sebaran Nelayan di Kabupaten Indramayu Tahun 2007 – 2009 Orang Kecamatan Status Nelayan Jumlah Nelayan Pemilik Buruh Perikanan Karangampel 72 722 794 Juntinyuat 861 10 819 11 680 Balongan 122 706 828 Indramayu 1 043 6 587 7 630 Sindang 166 962 1 128 Lanjutan Tabel 7. Kecamatan Status Nelayan Jumlah Nelayan Pemilik Buruh Perikanan Cantigi 420 1 515 1 935 Pasekan 210 845 1 055 Losarang 204 965 1 169 Kandanghaur 1 432 8 421 9 853 Sukra 143 501 644 Patrol 161 495 656 Tahun 2009 4 834 32 538 37 372 Tahun 2008 4 283 31 124 35 407 Tahun 2007 4 283 31 124 35 407 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Tahun 2010 Nelayan pemilik menggunakan buruh perikanan sebagai anak buah kapal ABK kegiatan penangkapan ikan. Hasil survey menunjukkan bahwa hubungan ekonomi mereka gunakan sistem bagi hasil. Obyek bagi hasilnya adalah dari keuntungan, yaitu selisih antara penerimaan dengan pengeluaran dalam kegiatan penangkapan ikan. Dari hasil penjualan, nelayan pemilik mengambil terlebih dahulu sejumlah uang yang diklaim sebagai pengeluarannya untuk penangkapan ikan. Hasil survey menemukan empat macam proporsi bagi hasil sebagaimana ditampilkan pada Tabel 8. Mayoritas nelayan menggunakan proporsi bagi hasil nomor 2, yaitu nelayan pemilik dan ABK mendapat bagian 50 persen masing- masing dari keuntungan penangkapan ikan. Tabel 8. Proporsi Bagi Hasil Nelayan Pemilik dengan ABK Hasil Survey di Kabupaten Indramayu Nomor Persentase Bagi Hasil Jumlah Persentase Pemilik ABK 1 30 70 15 17 2 50 50 61 67 3 60 40 8 8 4 70 30 8 8 Sumber : Diolah dari hasil survey Hasil produksi atau penangkapan ikan terkumpul di tujuh kecamatan. Sebaran jumlah produksi dan nilainya disajikan pada Tabel 9. Pada tahun 2009, jumlah dan nilai produksinya secara berurutan tercatat sebesar 90 801 ton dan 1.2 milyar rupiah. Dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah produksinya meningkat sebesar 13 persen, dan nilai produksinya meningkat 23 persen. Produksi ikan laut terbesar secara berurutan dihasilkan oleh nelayan di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu dan Juntinyuat dengan share masing-masing sebesar 25 persen, 20 persen dan 18 persen. Begitupun halnya dengan nilai produksi ikan. Sebaran demikian proporsional dengan sebaran kapal perikanan dan alat tangkap yang disajikan pada Tabel 10 dan 11. Tabel 9. Sebaran Jumlah dan Nilai Produksi Ikan Laut di Kabupaten Indramayu Tahun 2007 – 2009 Kecamatan Jumlah Produksi Ton Nilai Produksi Juta Rupiah Karangampel 8 022 99 Juntinyuat 16 375 198 Balongan 7 375 149 Indramayu 20 034 190 Kandanghaur 22 752 390 Sukra 8 124 94 Patrol 8 119 85 Tahun 2009 90 801 1 206 Tahun 2008 80 685 982 Tahun 2007 80 685 974 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Tahun 2010 Perkembangan jumlah dan nilai produksi dari bulan ke bulan ditampilkan pada Gambar 6. Pada gambar tersebut, jumlah produksi dilihat dari garis tegak sebelah kiri, sebaliknya nilai produksi dilihat dari garis tegak sebelah kanan. Produksi ikan dari bulan Januari hingga Desember Tahun 2009 menampilkan fluktuasi. Produksi tertinggi terjadi pada bulan Februari, sedangkan nilai produksi tertinggi tidak terjadi pada bulan tersebut, melainkan terjadi pada bulan Juli. Pada bulan – bulan tertentu perkembangan jumlah dan nilai produksi secara keseluruhan menampilkan hubungan yang terbalik, yaitu pada saat produksi meningkat, nilai produksi mengalami penurunan, begitupun sebaliknya. Pola demikian terjadi pada bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Oktober dan November. Pola perkembangan demikian memberikan indikasi dimana ketika produksi naik pada saat yang sama harga mengalami penurunan, begitupun sebaliknya. Sementara itu perkembangan pada bulan lainnya menunjukkan bahwa perubahan jumlah produksi searah dengan perubahan nilainya, sehingga memberikan indikasi bahwa kenaikan pendapatan nelayan diungkit oleh kenaikan hasil tangkapan ikan dan harganya. Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Gambar 6. Perkembangan Jumlah dan Nilai Produksi di Kabupaten Indramayu Tahun 2009 Nelayan pengguna perahu motor tempel mendominasi industri perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu. Pada Tabel 10 ditampilkan sebaran jenis mesin yang menggerakan perahu. Pada tahun 2009, terdapat 93 persen nelayan 8 132 8 243 8 022 6 678 6 589 6 768 7 336 7 296 7 375 8 121 8 124 8 119 99 024 98 774 99 274 63 284 63 348 63 220 148 567 147 657 149 477 94 141 94 052 85 379 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 Nilai Produksi Juta Rupiah Produksi ton Jumlah Produksi Ton Nilai Produksi Juta Rupiah menggunakan perahu motor tempel, dan sisanya sebesar 7 persen menggunakan kapal motor. Pengguna motor tempel terbanyak secara berurutan berada di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu dan Juntinyuat, serupa dengan sebaran jumlah dan nilai produksi ikan yang dijelaskan pada Tabel 9 sebelumnya. Tabel 10. Sebaran Kapal Perikanan di Kabupaten Indramayu Tahun 2009 Unit Kecamatan Motor Tempel Kapal Motor Total Karangampel 152 152 Juntinyuat 1 036 90 1 126 Balongan 214 104 318 Indramayu 1 234 104 1 338 Sindang 183 183 Cantigi 504 2 506 Pasekan 340 2 342 Losarang 316 316 Kandanghaur 1 309 106 1 415 Sukra 167 167 Patrol 165 165 Tahun 2009 5 620 408 6 028 Tahun 2008 5 798 303 6 101 Tahun 2007 5 725 303 6 028 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Nelayan menggunakan beragam jenis alat tangkap. Seperti ditampilkan pada Tabel 11, sekurang-kurangnya data statistik mencatat tujuh jenis alat tangkap yang digunakan oleh setiap kecamatan pesisir. Pada tahun 2009 jumlahnya sebanyak 7 243 unit, yang menurun sebesar 2.4 persen dibandingkan tahun 2008. Sementara itu, dari tahun 2007 ke 2008 jumlahnya meningkat sebesar 18 persen. Nelayan di Kabupaten Indramayu lebih banyak menggunakan alat tangkap jenis Pukat Kantong, Pukat Pantai dan Jaring Insang Gill Nett. Informasinya dapat dilihat pada Tabel 11. Pada Tahun 2009, pengguna ketiga jenis alat tangkap tersebut secara berurutan sebanyak 29 persen, 16 persen dan 41 persen. Sebaran jumlah alat tangkap menurut kecamatan, proporsional dengan sebaran jumlah produksi dan kapal perikanan. Pada tabel tersebut tampak bahwa jumlah alat tangkap terbesar berada di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu dan Juntinyuat. Alat tangkap di Kecamatan Sukra juga dapat dikatakan cukup banyak, namun bila dibandingkan dengan hasil produksi ikan dan kapal perikanannya, terdapat indikasi adanya penggunaan alat tangkap yang kurang optimal secara relatif dengan tiga kecamatan penghasil produksi terbesar. Tabel 11. Sebaran dan Perkembangan Jenis Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Indramayu Tahun 2007 - 2009 Kecamatan Jenis Alat Tangkap Total PK PP PS GN JK P S L Karangampel 33 3 124 0 160 Juntinyuat 650 79 69 289 52 1 139 Balongan 214 214 0 428 Indramayu 2 106 3 1 044 43 20 111 1 329 Sindang 188 0 188 Cantigi 212 2 52 58 138 462 Pasekan 354 0 354 Losarang 237 79 0 316 Kandanghaur 242 529 101 360 289 72 0 1 593 Sukra 942 167 0 1 109 Patrol 15 105 45 165 Tahun 2009 2 098 1 163 178 2 976 334 115 78 301 7 243 Tahun 2008 2 098 1 162 178 2 976 534 115 78 276 7 417 Tahun 2007 1 080 1 163 178 3 027 334 115 78 138 6 113 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Keterangan : PKPukat Kantong, PPPukat Pantai, PSPurse Seine, GN Gill Nett, JKJaring Klitik, PSPancing Sero, LJenis Lain.

5.3. Kelembagaan Pasar Ikan