Spesifikasi Model Ekonometrika Metode Analisis 1. Metode Pendugaan Keuntungan Usaha Perikanan

Kruskal dan Wallis 1952 kemudian menyajikan formulasi yang menginduksi pada pengertian statistik chi-kuadrat, seperti disajikan pada persamaan 4.5’. H = ...................................................................... 4.5’ dimana : = nilai tengah urutan n i dalam sampel ke-i Menurut Kruskal dan Wallis 1952, apabila faktor N – 1N diabaikan, dan ½N + 1 adalah nilai tengah, serta 112N 2

4.4.2. Spesifikasi Model Ekonometrika

– 1 adalah varian, maka persamaan 4.16’ menampilkan jumlah kuadrat standar deviasi variabel acak dari nilai tengah populasinya. Nilai statistik H serupa dengan chi-kuadrat. Informasi mengenai peluang nelayan pengguna ATI secara tetap dan bergantian serta pengguna ATL secara tetap dikaji dengan membangun model ekonometrika. Sebagaimana telah dijelaskan pada sampel penelitian, ketiga jenis peluang tersebut menampilkan jenis data peringkat rangking, dimana nilai yang dipilih tidak bersifat kuantitatif, melainkan sebuah ordering. Model ekonometrika yang menjelaskan sifat variabel demikian disebut Green 2003 dengan istilah model respon kualitatif qualitative response, QR. Kemudian, parameter model ekonometrika demikian lebih cocok diestimasi dengan metode maximum likelihood ML. Penjelasan lebih teknis mengenai model yang menjelaskan peluang nelayan tersebut disajikan terpisah pada Sub Bab 4.4.3. Dari hasil estimasi model secara berulang, diperoleh lima variabel yang menjelaskan ketiga kategori peluang penggunaan alat tangkap di Kabupaten Indramayu. Hubungannya diilustrasikan pada Gambar 4. Gambar tersebut menunjukkan bahwa peluang pengguna tetap ATI, pengguna ATI bergantian dan pengguna tetap ATL dijelaskan keuntungan ATL, jenis pasar yang akses, pendapatan off-fishing, tingkat pendidikan, dan tingkat penegakan peraturan perikanan. Pada gambar tersebut ditampilkan juga arah hubungannya yang ditemukan dari hasil estimasi model. Keterangan :  = peubah penjelas;  = peubah terikat Gambar 4. Faktor yang Mempengaruhi Peluang Pengguna ATI Tetap dan Bergantian serta Pengguna ATL Tetap di Kabupaten Indramayu Hubungan pada Gambar 4 diekspresikan pada persamaan 4.6. Namun tanda parameter pada persamaan tersebut tidak menampilkan penjelasan mengenai arah hubungannya. Penjelasan arah hubungannya disajikan terpisah pada Sub Bab 4.4.3. LEVIOL m = a + a 1 PROFIT m + a 2 TPI m + a 3 REOFFISH m + a 4 EDUCATE m + a 5 LEI m + ε m .............................. 4.6 dimana : LEVIOL m = kategori peluang penggunaan alat tangkap nelayanke-m, untuk LEVIOL = 1, 2, dan 3 1 = pengguna tetap ATI 2 = pengguna ATI bergantian 3 = pengguna tetap ATL PROFIT m = keuntungan ATI ratusan ribu rupiah TPI m = dummy jenis pasar yang diakses nelayan ke-m, untuk TPI = 1 dan luar TPI = 0 REOFFISH = pendapatan off-fishing nelayan ke-m ratusan ribu rupiah EDUCATE = lamanya tingkat pendidikan formal nelayan ke-m tahun LEI = tingkat penegakan aturan alat tangkap indeks 1 = tidak tegas 2 = kurang tegas 3 = tegas 4 = sangat tegas a = konstanta a n LEI adalah tingkat penegakan peraturan perikanan yang dilakukan untuk mengawasi industri perikanan dari penggunaan ATI. Namun menurut Mill 1859, pengendalian terhadap suatu tindakan dapat meningkatkan nilai dari tindakan = parameter model, untuk n = 1 hingga 5 Terdapat tiga variabel yang dapat meningkatkan LEVIOL = 1 dan LEVIOL = 2, yaitu PROFIT, REOFFISH, dan LEI. PROFIT adalah variabel keuntungan ATI, sehingga membesarnya keuntungan ATI diduga dapat menjadi daya tarik bagi nelayan, dan akhirnya memperbesar peluang pengguna ATI baik secara tetap maupun bergantian. REOFFISH merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan off-fishing, dan menjadi komplementer bagi nelayan pemilik. REOFFISH menampilkan sebuah portfolio pendapatan bagi nelayan pemilik yang dapat digunakan untuk menunjang modal kerja usaha penangkapan ikan, dan pemenuhan kebutuhan rumahtangganya. Dengan demikian, kenaikan REOFFISH diduga dapat meningkatkan peluang pengguna ATI baik secara tetap maupun bergantian. tersebut. Oleh karena itu, diduga bahwa semakin tinggi LEI, peluang nelayan untuk menjadi pengguna ATL akan semakin menurun, atau sebaliknya meningkatkan peluang pengguna ATI secara tetap dan bergantian. Memahami konsep ringkas penegakan hukum yang diturunkan oleh Reiff 2005 yang dijelaskan pada Sub Bab 2.1, dapat diambil pemahaman bahwa untuk menggali penilaian nelayan terhadap penegakan terhadap peraturan perikanan sekurang-kurangnya perlu membidik informasi empiris sebagai berikut : 1. Tingkat ketegasan pemerintah dalam menegakkan peraturan perikanan. 2. Tingkat hukuman pidana atau sanksi terhadap pelanggaran peraturan perikanan. 3. Frekuensi dilakukannya patroli sebagai bentuk pengawasan terhadap kegiatan perikanan. 4. Frekuensi laporan Kelompok Pengawas Masyarakat POKWASMAS terhadap tindakan pelanggaran peraturan perikanan. Kelima poin pertama diturunkan untuk merekam penilaian nelayan terhadap kinerja pengendalian peraturan yang dilakukan oleh pemerintah vertikal, dan poin sisanya untuk merekam pengendalian sosial horisontal. Oleh karena dipahami bahwa penegakan hukum sebagai suatu sistem, maka variabel penegakan hukum ditampilkan sebagai komposisi dari tujuh poin penilaian nelayan tersebut. Dalam penelitian ini, LEI merupakan indeks yang dikomposisi dari beberapa data kualitatif mengenai tanggapan atau penilaian nelayan pemilik terhadap hal-hal sebagai berikut : 1. Tingkat ketegasan pelaksanaan aturan perikanan; 2. Manfaat peraturan perikanan; 3. Tingkat kelayakan hukuman pidana penjara dan denda; dan 4. Frekuensi laporan Kelompok Pengawas Masyarakat POKWASMAS terhadap pelanggaran yang dilakukan nelayan. Cara pengukuran tingkat ketegasan penegakan aturan perikanan tersebut dilakukan setelah mempertimbangkan rekomendasi Kuperan dan Sutinen 1998. Mereka menemukan bahwa variabel tersebut dapat meningkatkan peluang nelayan untuk melakukan tindakan illegal. Rekomendasi Kuperan dan Sutinen 1998 adalah diperlukannya modifikasi terhadap variabel tingkat penegakan peraturan perikanan. Selanjutnya, variabel TPI dan EDUCATE diduga dapat mengurangi LEVIOL = 1 dan LEVIOL = 2, dan sebaliknya meningkatkan LEVIOL= 3. TPI merupakan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Daerah yang memiliki beberapa fungsi, yaitu tempat pelelangan ikan, pengelolaan dana sosial bagi nelayan bersumber dari retribusi, dan sekaligus memiliki fungsi pengawasan terhadap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Oleh karena itu, pengguna ATI akan menghindari kegiatan pengawasan yang melekat pada fasilitas TPI. Para pengguna ATI dapat mengakses fasilitas TPI, setelah mereka menggunakan ATL, sehingga akses terhadap TPI dapat meningkatkan peluang pengguna ATL secara tetap, dan sebaliknya mengurangi peluang pengguna ATI, baik secara tetap maupun bergantian. EDUCATE merupakan proksi dari pertimbangan moral dan sosial nelayan. Pertimbangan moral yang tinggi dapat mengurangi LEVIOL=1 dan LEVIOL=2, karena mereka lebih mementingkan kelestarian sumber daya laut dan menghindari konflik sosial antar nelayan. Persamaan 4.17 tidak dapat diestimasi secara langsung, karena peubah terikatnyanya, LEVIOL, bersifat kualitatif atau merupakan peubah laten, dan termasuk kategori peubah pilihan multinomial yang berurut atau ordered data. Karena itu, model ordered probit dan ordered logit menjadi alternatif untuk mengestimasi persamaan 4.6 Greene, 2003. Model ordered probit dan logit merupakan pengembangan dari model probit dan logit. Sedikit perbedaannya adalah, dalam model probit dan logit peubah terikatnya memiliki sifat dikotomi atau biner, misalnya keputusan “ya” atau “tidak”, sedangkan dalam ordered probit dan logit, peubah terikatnya menampilkan pilihan multinomial yang berurut ordered seperti telah dispesifikasi pada persamaan 4.6. Perbedaan antara probit dan logit terlihat dari perlakuannya terhadap distribusi error term. Dalam model probit error termnya diasumsikan berdistribusi normal, sedangkan dalam model logit error term didistribusikan secara logistik untuk mempertahankan agar peluang yang diestimasi berada pada interval 0 dan 1. Oleh karena itu, menurut Thomas 1997, model logit dipandang lebih realistik dibanding probit, dan Green 2009 merekomendasikan untuk menggunakan model ordered logit. Penjelasan ringkas mengenai prosedur estimasi model ordered logit disajikan pada sub bab prosedur estimasi model ekonometrika.

4.4.3. Prosedur Estimasi Model Ekonometrika