Hasil Simulasi Model PELUANG NELAYAN PENGGUNA ALAT TANGKAP ILLEGAL

sebagai tindak pidana, mereka hanya diberikan pengarahan saja oleh pengawas SDKP. Mengacu pada logika Tyler 1990, 3

7.3. Hasil Simulasi Model

perlakuan demikian dapat mengurangi orang untuk mematuhi peraturan karena mengurangi unsur keadilan ketika pengguna pukat garok tidak diberikan sanksi sebagaimana diatur dalam Perda 142006. Kebanyakan nelayan sampel juga menilai bahwa tingkat penegakannya tidak dan kurang tegas. Oleh karena itu pula Saw dan Sutinen 2006 berpendapat bahwa pengelola perikanan dapat meningkatkan kepatuhan nelayan dengan cara mengembangkan rasa keadilan, efisiensi dan efektivitas rencana pengelolaan dan manfaat akhir suatu peraturan. Hasil estimasi model ekonometrika ordered logit yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat digunakan untuk mengkaji prospek kelestarian sumber daya perikanan. Antisipasi pemanfaatan sumber daya perikanan dari penggunaan ATI merupakan salah satu pendekatan untuk menunjang kelestariannya. Harapan tersebut dapat dicapai dengan cara meminimisasi peluang nelayan untuk menjadi pengguna ATI secara tetap dan bergantian secara gradual. Informasi yang menonjol dari hasil analisis perbandingan peluang dan efek marjinal menunjukkan bahwa peluang penggunaan ATI dan ATL secara kuat dipengaruhi oleh keuntungan ATI yang mengakses dan tidak mengakses fasilitas TPI. Informasi tersebut dipertimbangan sebagai prospek yang rasional untuk mengantisipasi membesarnya peluang penggunaan ATI secara tetap dan bergantian. Dari beragam hasil simulasi, variabel tersebut telah dipertimbangkan 3 Tyler 1990 mengemukakan dua alasan mengapa orang mematuhi suatu peraturan. Orang akan mematuhi peraturan karena mereka memandang peraturannya adil, dan membenarkan otoritas penegakan peraturan untuk mengatur perilaku mereka sebagai pendekatan ekonomi yang cukup realistis untuk dirumuskan menjadi rekomendasi kebijakan. Terdapat dua skenario simulasi yang dialkukan. Skenario simulasi pertama adalah mengestimasi dampak perubahan keuntungan ATI terhadap peluang penggunaan ATI secara tetap dan bergantian serta peluang penggunaan ATL secara tetap ketika nelayan mengakses fasilitas TPI, sedangkan skenario simulasi kedua mengestimasi dampak tersebut ketika nelayan tidak mengakses fasilitas TPI. 4 Hasil simulasi ditampilkan pada Gambar 9. Pada gambar tersebut, hasil skenario simulasi pertama ditunjukkan oleh garis solid, sedangkan yang kedua oleh garis putus-putus, dan keduanya menampilkan perbedaan peluang penggunaan alat tangkap pada TPI dan luar TPI. Tingkat keuntungan ATI yang disimulasi berada pada interval -5 juta rupiah hingga 5 juta rupiah. Angka pada garis mendatar menampilkan keragaman tingkat kerugian dan keuntungan dari penggunaan per trip ATI. Tingkat kerugian ATI ditampilkan sebelah kiri dari angka -50 hingga 0, sedangkan tingkat keuntungan ditampilkan dari titik 0 hingga angka 50. Kemudian, garis vertikal di tengah gambar menampilkan urutan besar peluang setiap kategori penggunaan alat tangkap. 4 Hasil simulasi diperoleh langsung setelah mengestimasi odds ratio dan efek marjinal. Perangkat lunak STATA 10.0 langsung menampilkan hasil perintah simulasi dalam bentuk tabel yang berisi besarnya peluang setiap kategori pengguna alat tangkap, sehingga dapat langsung diedit dalam bentuk gambar. Gambar 9. Dampak Perubahan Keuntungan ATI pada TPI dan Luar TPI terhadap Peluang Pengguna Alat Tangkap Illegal Tetap dan Bergantian serta Pengguna Alat Tangkap Legal Tetap 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 -50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P e luan g Keuntungan Alat Tangkap Illegal 100 Ribu Rupiah Pengguna ATI Tetap TPI Pengguna ATI Tetap Luar TPI Pengguna ATI Bergantian TPI Pengguna ATI Bergantian Luar TPI Pengguna ATL Tetap TPI Pengguna ATL Tetap Luar TPI Pengguna ATI Tetap TPI Pengguna ATI Tetap luar TPI Pengguna ATI Bergantian TPI Pengguna ATI Bergantian Luar TPI Pengguna ATL Tetap TPI Pengguna ATL Tetap Luar TPI Pada Gambar 10, ditampilkan perbedaan perilaku tiga nelayan pemilik dalam merespon perubahan kerugian dan keuntungan ATI. Nelayan pemilik yang menggunakan ATI secara tetap dengan yang menggunakan ATL secara tetap menampilkan arah perubahan yang berlawanan. Sementara itu, nelayan pemilik yang menggunakan ATI secara bergantian tampil dengan bentuk seperti parabola terbalik. Gambaran umum demikian menunjukkan bahwa seiring dengan menurunnya keuntungan per trip ATI hingga meningkatnya kerugian, maka peluang penggunaan ATI secara tetap dan bergantian akan menurun hingga pada kerugian maksimal akan mengalami colapse, dan sebaliknya seiring dengan perubahan tersebut peluang penguna ATL secara tetap akan bertambah dan pada tingkat kerugian maksimal semua nelayan berpeluang untuk meninggalkan ATI atau sebaliknya akan menggunakan ATL. Perbedaan akses pasar nelayan pemilik membedakan besarnya peluang mereka untuk menggunakan ATI. Sebagai contoh, ketika kerugian dari penggunaan ATI sebesar 2.9 juta rupiah, peluang untuk menggunakan ATI secara tetap menjadi tertutup sama sekali bila nelayan menggunakan fasilitas TPI, namun apabila mereka mengakses pasar di luar TPI pada tingkat kerugian tersebut masih terdapat peluang nelayan pengguna ATI secara tetap, meskipun kecil peluangnya yaitu sebesar 0.0001. Peluang pengguna ATI secara tetap yang mengakses pasar di luar TPI akan tertutup apabila tingkat kerugiannya sebesar 3.4 juta rupiah. Namun pada tingkat kerugian tersebut, peluang nelayan pengguna ATI secara bergantian masih terbuka, meski kecil yaitu 0.0001 untuk mereka yang mengakses fasilitas TPI, dan 0.0002 bagi yang mengakses pasar di luar TPI. Peluang bagi pengguna ATI secara tetap dan bergantian, akan tertutup sama sekali apabila penggunaan ATI tersebut menimbulkan kerugian minimal sebesar 4.5 juta rupiah. Sebaliknya, peluang semua nelayan pemilik untuk menggunakan ATI diperkirakan akan terjadi ketika keuntungan dari penggunaan per trip alat tersebut menghasilkan keuntungan sebesar 5 juta rupiah. Mengacu pada Perda 142006 pasal 39, sanksi bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap illegal adalah dikenakan hukuman penjara selama 3 bulan atau denda sebesar-besarnya 50 juta rupiah. Oleh karena itu, dikaitkan dengan hasil simulasi tadi, besaran denda maksimal tersebut sudah memadai untuk memagari peluang penggunaan alat tangkap illegal di Kabupaten Indramayu. Hanya saja pembebanannya sangat tergantung pada efektivitas pengawas perikanan untuk mengidentifikasi dan menangkap pengguna ATI. Kemudian, kata sebesar-besarnya pada pasal tersebut membuka pengertian bahwa besaran denda bagi pengguna ATI bisa kurang dari 50 juta. Hasil simulasi model memberikan kontribusi bahwa sekurang-kurangnya, denda minimal tersebut adalah di atas 5 juta rupiah. Terdapat satu hal yang menarik terkait peluang pengguna ATI secara bergantian. Pada Gambar 10 bentuknya tampil seperti parabola terbalik. Ekspresi demikian menunjukkan bahwa terdapat titik keuntungan tertentu dimana mereka akan mengalami penurunan dalam menggunakan ATI atau sebaliknya mengalami kenaikan dalam menggunakan ATT. Terdapat dua titik balik yang dibedakan menurut jenis pasar yang diakses nelayan pengguna ATI. Titik balik bagi nelayan pemilik yang mengakses fasilitas TPI terletak pada tingkat keuntungan sebesar 800 ribu rupiah, sedangkan bagi yang mengakses pasar di luar TPI sebesar 300 ribu rupiah. Ternyata titik baliknya tidak terjadi ketika keuntungan ATI sama dengan nol. Bagi nelayan pengguna ATI secara bergantian yang memanfaatkan fasilitas TPI, ketika keuntungan ATI secara perlahan meningkat hingga menuju 800 ribu rupiah, secara gradual juga peluang pengguna ATI bergantian akan meningkat. Peningkatan peluang tersebut merupakan peralihan dari pengguna ATL secara tetap, sehingga pada Gambar 10 ditunjukkan terdapat arah perubahan yang berlawaran pada peluang pengguna ATI secara bergantian dengan pengguna ATL secara tetap, yang dilihat dari arah kerugian sebesar 5 juta rupiah. Kemudian, setelah mencapai tingkat keuntungan tersebut, kurva peluang pengguna ATI secara bergantian mengalami penurunan. Gambaran demikian menunjukkan bahwa peningkatan keuntungan ATI yang lebih besar dari 800 ribu rupiah, secara gradual berpotensi untuk mengubah pilihan bergantian menggunakan ATI dan ATL menjadi pengguna ATI secara tetap. Pada Gambar 10 ditunjukkan bahwa setelah melebihi keuntungan sebesar 800 ribu terdapat arah perubahan yang bertolak belakang antara peluang pengguna ATI secara bergantian dengan pengguna ATI secara tetap. Selanjutnya, hingga mencapai tingkat keuntungan ATI per trip sebesar 5 juta rupiah, semuanya akan beralih menggunakan ATI. Analisis ini serupa untuk kasus ketika nelayan mengakses pasar di luar TPI, hanya saja titik baliknya terjadi pada tingkat keuntungan per trip penggunaan ATI sebesar 300 ribu rupiah.

7.4. Kebijakan untuk Meredam Penggunaan Alat Tangkap Illegal