produksi dan kapal perikanan. Pada tabel tersebut tampak bahwa jumlah alat tangkap terbesar berada di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu dan Juntinyuat.
Alat tangkap di Kecamatan Sukra juga dapat dikatakan cukup banyak, namun bila dibandingkan dengan hasil produksi ikan dan kapal perikanannya, terdapat
indikasi adanya penggunaan alat tangkap yang kurang optimal secara relatif dengan tiga kecamatan penghasil produksi terbesar.
Tabel 11. Sebaran dan Perkembangan Jenis Alat Tangkap Perikanan di Kabupaten Indramayu Tahun 2007 - 2009
Kecamatan Jenis Alat Tangkap
Total PK
PP PS
GN JK
P S
L Karangampel
33 3
124 0 160
Juntinyuat 650
79 69
289 52 1 139
Balongan 214
214 0 428
Indramayu 2
106 3
1 044 43
20 111 1 329
Sindang 188
0 188 Cantigi
212 2
52 58
138 462 Pasekan
354 0 354
Losarang 237
79 0 316
Kandanghaur 242
529 101
360 289 72
0 1 593 Sukra
942 167
0 1 109 Patrol
15 105
45 165
Tahun 2009 2 098 1 163
178 2 976 334 115
78 301 7 243
Tahun 2008 2 098 1 162 178 2 976 534
115 78
276 7 417 Tahun 2007
1 080 1 163 178 3 027 334
115 78
138 6 113
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Keterangan : PKPukat Kantong, PPPukat Pantai, PSPurse Seine,
GN Gill Nett, JKJaring Klitik, PSPancing Sero, LJenis Lain.
5.3. Kelembagaan Pasar Ikan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nelayan di Kabupaten Indramayu biasa mengakses dua jenis pasar secara umum, yaitu Tempat Pelelangan Ikan
TPI dan di luar TPI. Seperti ditampilkan pada Tabel 12, pengguna ATL dan ATI, keduanya ada yang biasa menjual ikan hasil tangkapannya di TPI dan di luar
TPI. Pada kelompok pengguna ATL, 59 persennya biasa menjual ikan di TPI, dan
41 persen di luar TPI. Pada kelompok pengguna ATI, 24 persennya biasa menjual ikan di TPI, dan 76 persen di luar TPI. Klasifikasi ini menampilkan karakteristik
bahwa kelompok pengguna ATL cenderung memanfaatkan TPI sebagai sarana penjualan ikan, sebaliknya kelompok pengguna ATI cenderung menjualnya di
luar TPI. Terdapat tiga kelompok istilah yang menjelaskan pihak pembeli ikan di luar TPI, yaitu ”bos”, ”penadah”, ”tengkulak”, dan ”pemborong”.
Tabel 12. Klasifikasi Jumlah Pengguna Alat Tangkap Legal dan Illegal Menurut Jenis Pasar Ikan
Jenis Pasar Jenis Alat Tangkap
Jumlah Legal
Illegal Orang Persen Orang Persen
Orang TPI
27 59
11 24
38 Luar TPI
19 41
34 76
53 Jumlah
46 100
45 100
91 Sumber : Diolah dari hasil survey
Hasil wawancara dapat dikelompokkan tiga faktor yang membuat nelayan tidak bisa danatau tidak mau mengakses TPI. Seperti ditampilkan pada Tabel 13,
faktor tersebut adalah jarak yang jauh dengan TPI, memiliki hutang kepada pembeli dengan konsekuensi harus menjual pada pembeli tersebut, dan mereka
menilai bahwa harga ikan di TPI lebih murah dari pembelinya di luar TPI. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa faktor terbesar pertama adalah jarak yang jauh
untuk mengakses TPI. Dimana 59 persen nelayan tidak menggunakan fasilitas TPI karena jarak yang jauh. Jarak yang jauh membutuhkan biaya transportasi yang
cukup mahal, dan nelayan menghindari tambahan biaya tersebut. Lebih dari itu, kualitas ikan juga bisa menurun akibat perjalanan yang jauh sehingga di TPI
dikhawatirkan harganya akan lebih murah dari yang mereka harapkan. Jauhnya jarak dengan TPI menimbulkan tambahan resiko ganda bagi nelayan : biaya
transportasi dan penurunan kualitas ikan. Pengaruh terbesar kedua adalah mereka memiliki penilaian bahwa harga di TPI akan lebih murah dari pembeli yang
selama ini menjadi langganan mereka. Disini tampak bahwa tingkat harga ikan pada setiap jenis pasar menjadi pertimbangan bagi nelayan. Sementara itu, faktor
yang ketiga adalah nelayan pemilik memiliki hutang kepada pembeli. Hubungan demikian berujung pada adanya kontrak, paling tidak adalah balas jasa nelayan
pemilik terhadap pembeli yang memberikan pinjaman, untuk menjual ikan hasil tangkapannya kepada pembeli tersebut. Hubungan sosial demikian biasanya
memberikan kekuatan transaksi kepada pihak pembeli, sehingga mereka memiliki kekuatan untuk menetapkan harga.
Tabel 13. Faktor-Faktor yang Menghindari Pilihan Nelayan terhadap TPI No Faktor-Faktor
Orang Persen
1 Dampak jarak yang jauh dengan TPI :
Biaya transportasi tinggi Mengurangi kualitas kesegaran ikan
sehingga akan menurunkan harga ikan 31
59
2 Harga ikan di TPI murah
16 30
3 Memiliki hutang kepada pembeli
6 11
Jumlah 53
100 Sumber : Diolah dari hasil survey
Beberapa istilah tersebut ada yang disertai dengan nama tempat, misalnya ”bos Jakarta” dan ”bos Gebang”. Artinya, ada orang yang berasal dari Jakarta dan
Desa Ujung Gebang yang menjadi mitra bagi pemilik alat tangkap dalam kegiatan penangkapan ikan. Hubungannya mirip dengan fenomena yang digambarkan
Mulyadi 2005 di Teluk Lampung, Pasuruan dan Jepara. Dimana dalam satu komunitas nelayan tediri dari dua kelompok besar, yaitu kelompok produsen para
penangkap ikan dan kelompok pemasaran para pedagang yang membeli dan menjual kembali ikan hasil tangkapan nelayan. Dalam hal ini kelompok
pemasaran dapat dikatakan sebagai institusi yang menjembatani antara nelayan dengan pasar. Sementara itu, kelompok produsen dapat dibedakan menjadi
nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan juragan serta nelayan yang bekerja sebagai ABK. Diantara para pedagang ada seorang yang ditunjuk oleh
juragan untuk memimpin penangkapan di laut, yang disebut dengan juragan laut. Hubungan patron client pada masyarakat nelayan umumnya terjadi antara ABK
dengan pemilik di satu pihak atau antara juragan dengan pedagang di pihak lain. Dari hubungan mitra kerja tidak jarang berujung pada suatu ikatan
ekonomi yang kurang menguntungkan nelayan pemilik. Pada awalnya, pedagang mencari mitra kerja diantara nelayan pemilik perahu. Nelayan yang perahunya
sedang mengalami kerusakan atau membutuhkan modal untuk melaut ditawari bantuan oleh pedagang ini. Hubungan tersebut menimbulkan konsekuensi dimana
nelayan pemilik harus menjual hasil ikan tangkapannya kepada pedagang tersebut. Lebih dari itu, nelayan pemilik tidak memiliki posisi tawar seperti di TPI.
Biasanya jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang harus dijual kepada pedagang tersebut, seperti udang, teri nasi, tongkol, atau tenggiri.
Berbeda dengan jenis pasar yang dijelaskan sebelumnya, pada pihak lain TPI menggunakan mekanisme pasar lelang auction market. Penyelenggaraan
TPI di Kabupaten Indramayu diatur oleh Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2005 yang penyelenggaraannya diatur oleh Peraturan Gubernur Pergub
Nomor 13 Tahun 2006. Tujuan pelelangan ikan menurut Perda Nomor 5 Tahun 2005 pasal 2 adalah untuk :
1. Meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan nelayan.
2. Mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak bagi nelayan maupun
konsumen. 3.
Memberdayakan koperasi nelayan. 4.
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan nelayan. Secara teoritis, terdapat manfaat lain dari bentuk pasar lelang. Menurut
Wolfstetter 1994, pasar lelang digunakan untuk mempercepat penjualan, menangkap penilaian pembeli terhadap komoditi yang diperdagangkan, dan
mengantisipasi ketidakjujuran yang dapat terjadi antara penjual dan pembeli. Sementara itu, menurut Latiff 2002, alasan digunakannya pasar lelang ikan
adalah menciptakan metode yang dapat membentuk harga ikan secara tepat right price
yang memuaskan bagi nelayan. Pergub Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2006 berisi tentang
penyelenggaraan dan retribusi tempat pelelangan ikan. Substantsi peraturannya mencakup :
1. Tata cara pelaksanaan pelelangan ikan,
2. Lokasi pelelangan ikan,
3. Penyelenggaraan pelelangan,
4. Perizinan bagi penyelenggara pelelangan,
5. Administrasi pelelangan, dan
6. Tata cara pemungutan, penyetoran dan penggunaan dana retribusi dari
TPI. KUD Mina diberikan izin oleh Gubernur melalui Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Indramayu untuk menyelenggarakan pelelangan ikan.
Tata cara pelaksanaan atau mekanisme pelelangan ikan dikerangka pada Gambar 7. Pelelangan ikan diawali dengan proses pendaftaran. Nelayan dan
pembeli sebagai peserta lelang harus memiliki kartu peserta lelang. Dimana menurut peraturan, nelayan adalah orang atau mereka yang mata pencahariannya
menangkap ikan. Pembelinya bisa perorangan, bakul atau pengolah ikan.
Gambar 7. Mekanisme Pasar Lelang Komoditi Ikan di Kabupaten Indramayu Selanjutnya, ikan hasil tangkapan nelayan disortir menurut jenis, ukuran
dan mutunya. Tahap ini dilakukan untuk membedakan komoditi ikan yang bisa diekspor yang selanjutnya dilakukan penimbangan ikan oleh juru timbang. Juru
timbang mengidentifikasi jenis, jumlah atau berat ikan yang dimiliki oleh setiap nelayan, sehingga memudahkan juru tawar dalam melakukan pelelangan ikan.
Juru tawar melelang satu per satu kotak atau basket ikan dengan metode harga meningkat. Harga per kotak ikan yang ditawarkan juru tawar dimulai dari harga
terendah dan dinaikan secara bertahap. Pemenang lelang adalah mereka yang Nelayan
TPI Pembeli
Perorangan Bakul
Pengolah Ikan Sortir Ikan :
Jenis, Ukuran dan Mutu Daftar Peserta
Lelang Juru Timbang :
Penimbangan Pelabelan Juru Tawar
Lelang Ikan : Metode Harga Meningkat
Kasir : Tempat Penerimaan dari
Pembeli dan Pembayaran serta Pencatatan Tabungan
Nelayan
menerima harga tertinggi yang ditawarkan oleh juru tawar. Menurut Schotter 2009, prosedur lelang demikian dikenal dengan istilah English atau Ascending
Auction .
Tahap berikutnya pemenang lelang dan pemilik ikan nelayan menghubungi kasir. Di tempat ini, pembeli atau pemenang lelang melakukan
pembayaran kepada kasir dengan harga yang telah disepakati, dan kasir memberikan sejumlah uang kepada nelayan sebagai bentuk penerimaan. Kasir
juga mencatat dana-dana nelayan yang bersumber dari retribusi. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2005 pasal 17, retribusi
dari TPI ditetapkan sebesar 5 persen. Dari besaran tersebut, 3 persen retribusi berasal dari pembeli dan sisanya 2 persen dari nelayan. Retribusi tersebut
dialokasikan untuk penerimaan pemerintah daerah, biaya operasional dan pemeliharaan TPI, biaya penyelenggaraan dan administrasi TPI, dana-dana
nelayan dan bantuan keamanan. Dana-dana nelayan terdiri dari tabungan, asuransi, dana paceklik dan dana sosial. Tabungan nelayan tersebut bersumber
dari 0,35 persen retribusi. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu telah membangun
11 unit TPI sebagai fasilitas pasar yang dapat diakses nelayan. Sebarannya disajikan pada Gambar 8. Pada gambar tersebut, TPI bersatu dengan Pelabuhan
Pendaratan Ikan PPI, dan tampak bahwa TPI cukup berdekatan pada bagian Timur Kabupaten Indramayu. Keberadaan TPI tampak tidak merata, terutama
untuk memfasilitasi nelayan pada empat kecamatan di bagian barat Kabupaten Indramayu, yaitu Patrol, Sukra, Kandanghaur dan Losarang.
Sumber : www.googleearth.com Gambar 8. Sebaran TPI di Kabupaten Indramayu
5.4. Upaya Pengawasan dan Pengendalian Industri Perikanan