Pengembangan Model Dasar Ekonomi Illegal Fishing

persamaan tersebut, insentif nelayan untuk menggunakan input illegal dipengaruhi oleh peubah harga, upaya penegakan, biaya pengadaan input illegal dan biaya penghindaran sebagai konsekuensinya. Tingginya harga ikan dari hasil penggunaan input illegal diprediksi dapat mendorong nelayan untuk menggunakan input illegal. Kemudian, semakin tinggi upaya penegakan dan tingginya biaya input illegal serta biaya penghindaran, dapat mengurangi insentif nelayan untuk menggunakan input illegal. Variabel upaya penegakan secara konseptual masih tampak sangat abstrak. Para peneliti sebelumnya memandang bahwa upaya penegakan tersebut merupakan bagian dari aspek legitimasi. Secara empiris Kuperan dan Sutinen 1998 serta Eggert dan Lokina 2008 memproksinya dengan beberapa peubah dummy yang digali dari informasi nelayan, yaitu penilaian nelayan terhadap efektivitas tindakan pemerintah dalam menegakan regulasi perikanan, penilaian terhadap konsistensi pemerintah dalam menegakan regulasi tersebut, dan persentase nelayan lainnya yang dipandang nelayan tidak dapat terdeteksi oleh pemerintah.

3.2. Pengembangan Model Dasar Ekonomi Illegal Fishing

Mengacu pada Becker 1968, Kuperan dan Sutinen 1998, dan Charles at al.1999, Sumaila dan Keith 2006 secara eksplisit menganggap bahwa pertimbangan nelayan untuk melakukan kegiatan legal atau illegal tergantung pada pertimbangan sebagai berikut : 1. Manfaat dari kegiatan illegal, 2. Peluang tindakan illegal akan diketahui, 3. Denda yang yang harus dikeluarkan nelayan bila tertangkap, 4. Biaya atas tindakan penghindaran, dan 5. Derajat moral dan tekanan sosial nelayan; Argumentasi logis mengenai efek pertimbangan pertama hingga keempat telah dijelaskan secara konseptual dalam model dasar yang dikembangkan oleh Charles et al.1999. Untuk mengabstraksi perilaku nelayan dalam merespon regulasi perikanan, diasumsikan bahwa keputusan untuk terlibat atau tidak dalam kegiatan perikanan illegal tergantung pada potensi manfaat bersih net benefit, NB dari kegiatan tersebut yang dimoderasi oleh pertimbangan moral dan pendirian sosial. Fungsi NB disajikan pada persamaan 3.9 : NB = f[hA, x i , x, θx i , A, R, F, mx i , sx i ] ...................................... 3.9 dimana : h = hasil tangkapan dari perikanan illegal oleh nelayan tertentu; x i = input perikanan illegal; x = biomassa ikan yang tersedia; A = tingkat kegiatan penghindaran yang ditentukan nelayan; R = aturan perikanan; θ = peluang tertangkap; F = denda yang dihadapi pelanggar ketika tertangkap; m = pendirian moral individu yang diasumsikan berhubungan terbalik terhadap input perikanan illegal; dan s = pendirian sosial dalam masyarakat. Selanjutnya diasumsikan bahwa NB h 0, NB θ 0, NB F 0, NB m 0, dan NB s 0. Variabel pada persamaan tersebut tergantung juga secara terbalik pada derajat perikanan illegal yang dilakukan oleh nelayan. Supaya lebih spesifik, persamaan 3.9 dapat ditulis kembali seperti disajikan pada persamaan 3.10 : NB = [phA, x i , x – Tx i , A] – θx i , A, RF – mx i – sx i p = Harga ikan per unit yang ditangkap .............. 3.10 dimana : Kemudian diasumsikan bahwa h x 0, h xi 0; h A 0. Term pertama dan kedua pada sisi kanan persamaan secara berurutan menunjukkan penerimaan total dan biaya total perikanan illegal. Simbol T x i , A menunjukkan biaya total perikanan illegal. Pada term ketiga sisi kanan diasumsikan bahwa θ xi 0; θ A 0; θ R 0, dan peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum bila ditemukan melakukan penangkapan ikan secara illegal berada pada besaran 0 ≤ θ ≤ 1. Simbol F menunjukkan denda yang bisa dikenakan kepada pelanggar, dan untuk mencapai harapan denda total yang harus dibayar oleh pelanggar, maka peluang tertangkap harus dikalikan dengan denda. Selanjutnya diasumsikan bahwa tujuan nelayan adalah memaksimisasi manfaat bersih potensial dari tindakan illegal yang dimoderasi oleh pertimbangan moral dan sosial. Jika nelayan memilih untuk tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara illegal, maka NB dalam persamaan 3.10 sama dengan nol. Hal inilah yang diharapkan oleh setiap pengelola perikanan. Akan tapi, jika nelayan memilih untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal, dalam situasi dimana tidak ada peraturan, maka peluang nelayan untuk tertangkap sama dengan nol. Dalam situasi ini akan ada sedikit tindakan kegiatan penghindaran, dan karenanya T x i , A direduksi menjadi T x i , dan hA, x i , x direduksi menjadi h x i , X. Kondisi turunan pertama ketika tidak ada penegakan aturan disajikan pada persamaan 3.11 : ph xi = T xi + m xi + s xi Persamaan 3.13 menampilkan sebuah solusi optimum yang menjelaskan bahwa nelayan yang melakukan penangkapan secara illegal akan memilih tingkat kegiatan illegal dalam keadaan dimana penerimaan marjinal dari kegiatan illegal ............................................................................ 3.11 sama dengan biaya marjinal dari kegiatan illegal itu. Persamaan 3.11 menjelaskan bahwa bagi nelayan yang patuh non-violators, m xi dan s xi akan cukup tinggi bagi mereka untuk mengimbangi penerimaan marjinal dari penangkapan ikan secara illegal. Jika nelayan melakukan penangkapan secara illegal, dan pada pihak lain terdapat upaya penegakkan regulasi, yang ditunjukkan oleh θ 0, F 0, dan dengan implikasi A 0, maka kondisi optimalitas dapat dikaji dari persamaan 3.12 : ph xi = θ xi F + T xi m xi + s xi .................................................................. 3.12a - θ A F = T A - ph A ................................................................................. 3.12b Persamaan 3.12a menyatakan bahwa dalam kondisi optimum, nelayan akan memilih tingkat penangkapan illegal ketika penerimaan marjinal sama dengan jumlah biaya marjinal akibat penangkapan illegal ditambah dengan potensi denda marjinal bila tertangkap. Persamaan 3.12b menyatakan bahwa manfaat marjinal bagi nelayan ketika melakukan tindakan penghindaran harus sama dengan biaya marjinal dari tindakan penghindaran tersebut, T A , yang ditambah dengan kerugian marjinal akibat kegiatan penghindaran tersebut, ph A . Dengan perkataan lain, nelayan akan menimbang resiko tertangkap dan didenda, θ xi F , resiko kehilangan moral, m xi , dan social, s xi Pengembangan model dasar telah menjelaskan bahwa faktor moral dan pendirian sosial memiliki potensi untuk mendorong dan meredam tindakan legal dan illegal nelayan. Kuperan dan Sutinen 1998 serta Eggert dan Lokina 2008 memproksi faktor sosial dan moral dengan beberapa peubah dummy, seperti , ketika memutuskan untuk melakukan penangkapan ikan secara illegal. keterlibatan nelayan dalam pembuatan regulasi perikanan, penilaian nelayan terhadap sisi keadilan regulasi, persentase nelayan yang terlihat melanggar regulasi, dan sikap sesama nelayan terhadap pelanggaran regulasi perikanan.

3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Alat Tangkap Legal dan Illegal :