VI. PERBEDAAN KEUNTUNGAN ALAT TANGKAP LEGAL DAN
ILLEGAL
Bab ini menampilkan informasi mengenai perbedaan keuntungan nelayan pemilik yang menggunakan ATL dan ATI. Pada bagian awal disajikan hasil
estimasi keuntungan dari ATL dan ATI. Perbedaan dua jenis keuntungan tersebut diklasifikasi juga oleh ukuran GT perahu yang digunakan nelayan, dan jenis pasar
yang diaksesnya. Pada bagian awal dapat diperoleh informasi mengenai besarnya perbedaan keuntungan ATL dan ATI serta analisis mengenai sebab perbedaannya.
Selanjutnya, pada bagian kedua disajikan hasil pengujian perbedaan keuntungan tersebut secara statistik. Pengujiannya diaplikasikan dengan mengikuti pembagian
kelompok yang digunakan pada bagian awal.
6.1. Hasil Estimasi Keuntungan Alat Tangkap Legal dan Illegal
Hasil estimasi keuntungan usaha penangkapan ikan pengguna ATL dan ATI pada bagian ini merupakan hasil aplikasi dari metode yang disajikan pada
Sub Bab 4.4.1. Hasil estimasinya disajikan melalui tabel yang dipisahkan berdasarkan kesepadanan GT perahu dan jenis pasar. Tabel 24 dan Tabel 25
digunakan untuk menjelaskan perbedaan keuntungan tanpa mempertimbangkan jenis pasar yang diakses nelayan. Informasi mengenai kontribusi pasar terhadap
keuntungan nelayan pemilik disajikan pada Tabel 26 dan 27. Baris setiap tabel ditampilkan variabel total penerimaan dan total biaya yang disertai dengan unsur
harga dan jumlah yang menentukan besar kecilnya dua variabel tersebut. Variabel keuntungan sendiri ditampilkan pada baris terakhir. Bentuk seperti itu digunakan
untuk menelusuri faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan keuntungan.
Pada Tabel 24 ditunjukkan perbandingan keuntungan yang diperoleh pengguna ATL dan ATI pada perahu berukuran di bawah 5 GT. Hasil
perbandingannya menunjukkan, pertama, pengguna ATL memperoleh kerugian sebesar 4 200 rupiah yang lebih rendah 113 560 rupiah dari keuntungan pengguna
ATI. Kerugian pengguna ATL terjadi karena curahan biaya per trip sebesar 416 200 rupiah lebih besar dari penerimaannya per trip sebesar sebesar 412 000,
sehingga mereka memperoleh kerugian sebesar 4 200 rupiah. Sementara itu, biaya per trip yang dicurahkan pengguna ATI sebesar 339 440, sedangkan
penerimaannya sebesar 448 800, sehingga pengguna ATI memperoleh keuntungan per trip sebesar 109 360 rupiah.
Tabel 24. Keuntungan Pengguna Alat Tangkap Legal dan Illegal dengan Ukuran Perahu di Bawah 5 GT
Per Trip No Keterangan
Satuan Jenis Alat Tangkap
Perbedaan Legal
Illegal [1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
A Total Penerimaan Rupiah
412 000 448 800 -36 800
Hasil Tangkapan Kilogram
22 24
Penjualan Ikan Kilogram
16 24
-8 Harga
RupiahKilogram 25 750
18 700 7 050
B Pengeluaran Bersih Rupiah 416 200 339 440
76 760 B.1 Pengeluaran BBM
Rupiah 99 000 100 000
-1 000 Harga BBM
RupiahLiter 4 500
5 000 -500
Jumlah BBM Liter
22 20
2 B.2 Pengeluaran Es
Rupiah 60 000
45 000 15 000
Harga Es RupiahBalok
15 000 15 000
Jumlah Es Balok
4 3
1 B.3 Bahan Makanan
Rupiah 148 000 100 000
48 000 B.4 Penyusutan
Rupiah 88 600
72 000 16 600
B.6 Retribusi Rupiah
20 600 22 440
-1 840 C Keuntungan Bersih Rupiah
-4 200 109 360 -113 560
Sumber : Hasil pengolahan data
Kemampuan ATL dan ATI pada ukuran perahu tersebut menampilkan perbedaan yang tidak bergitu besar. Argumentasi tersebut mengacu pada
perbandingan volume hasil tangkapan ikan. Bahkan harga yang diterima pengguna ATL lebih tinggi 7 ribu rupiah dari harga yang diterima ATI. Oleh
karena itu, dapat dikemukakan bahwa perbedaan keuntungan tersebut bukan karena kemampuan teknologi penangkapan ikan, melainkan timbul karena
perbedaan alokasi hasil tangkapan dan alokasi biaya penangkapan ikan. Sebagaimana ditampilkan pada Tabel 24, nelayan pengguna ATL mengalokasikan
6 kilogram hasil tangkapannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangganya, sehingga yang dijual sebanyak 16 kilogram. Oleh karena itu,
meskipun harga ikan yang diterima pengguna ATL lebih tinggi 7 ribu rupiah dari pengguna ATI, hasilnya penerimaan pengguna ATL menjadi lebih rendah dari
pengguna ATI. Kemudian, curahan biaya penangkapan ikan ATL lebih besar dari pengguna ATI. Pada Tabel 24, ditunjukkan bahwa untuk memperoleh 22 kilogram
ikan, pengguna ATL menggunakan es balok sebanyak 4 balok, dan bahan makanan untuk melaut sebesar 148 ribu rupiah, sementara itu, untuk memperoleh
24 kilogram ikan, pengguna ATI menggunakan 3 balok es, dan membeli perbekalan makanan senilai seratus ribu rupiah. Implikasi dari alokasi tersebut
adalah biaya rata-rata pengguna ATL untuk memperoleh 1 kilogram ikan menjadi sebesar 26 013 rupiah biaya total ATL dibagi volume penjualan yang lebih besar
dari harga per kilogram ikan. Berbeda dengan perbandingan keuntungan sebelumnya, pada ukuran
perahu 6 – 10 GT, keuntungan pengguna ATL lebih besar dari ATI. Pada Tabel 25, pengguna ATI memperoleh kerugian per trip sebesar 165 500 rupiah,
sebaliknya pengguna ATL memperoleh keuntungan per trip sebesar 32 400 rupiah. Biaya per trip yang dicurahkan pengguna ATI sebesar 1 035 500
rupiah, dan lebih besar dari penerimaannya sebesar 870 000, sehingga mereka memperoleh kerugian tersebut. Sementara itu, biaya per trip yang dicurahkan
pengguna ATL sebesar 759 600 rupiah, dan lebih rendah dari penerimaannya per trip sebesar 792 000 rupiah, sehingga mereka memperoleh keuntungan sebesar itu.
Tabel 25. Keuntungan Pengguna Alat Tangkap Legal dan Illegal dengan Ukuran Perahu 6 – 10 GT
Per Trip No Keterangan
Satuan Jenis Alat Tangkap
Perbedaan Legal
Illegal [1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
A Total Penerimaan Rupiah
792 000 870 000
-78 000 Hasil Tangkapan
Kilogram 24
30 Penjualan Ikan
Kilogram 24
30 -6
Harga RupiahKilogram
33 000 29 000
4 000 B
Pengeluaran Bersih Rupiah 759 600 1 035 500
-275 900 Pengeluaran Kotor Rupiah
574 600 709 500
-134 900 B.1 Pengeluaran BBM
Rupiah 225 000
283 500 -58 500
Harga BBM RupiahLiter
5 000 4 500
500 Jumlah BBM
Liter 45
63 -18
B.2 Pengeluaran Es Rupiah
60 000 60 000
Harga Es RupiahBalok
15 000 15 000
Jumlah Es Balok
4 4
B.3 Bahan Makanan Rupiah
250 000 322 500
-72 500 B.4 Penyusutan
Rupiah 185 000
326 000 -141 000
B.6 Retribusi Rupiah
39 600 43 500
-3 900 C
Keuntungan Kotor Rupiah
217 400 160 500
56 900 Keuntungan Bersih Rupiah
32 400 -165 500
197 900 Sumber : Hasil pengolahan data
Meskipun penerimaan pengguna ATI lebih besar 78 ribu dari ATL, namun pengeluaran ATL jauh lebih mahal 275 ribu rupiah dibanding ATI. Penerimaan
ATL yang lebih besar didorong oleh kemampuan penangkapan ikan ATI yang
lebih besar 6 kilogram dari pengguna ATL, namun harga per kilogram ikan yang diterimanya lebih rendah 4 ribu rupiah dari harga yang diterima pengguna ATL.
Dilihat dari alokasi biayanya, terdapat tiga jenis pengeluaran pengguna ATI yang lebih besar dari ATL. Pengeluaran BBM, bahan makanan, dan biaya penyusutan
yang dikeluarkan oleh pengguna ATI lebih besar dari pengguna ATL. Hasil akhirnya adalah pengguna ATI diperkirakan memerlukan biaya per trip sebesar
34 517 rupiah untuk memperoleh satu kilogram ikan, sedangkan harga per kilogramnya sebesar 29 ribu rupiah.
Analisis perbandingan keuntungan ini dapat memperjelas pertimbangan nelayan dalam menggunakan ATL dan ATI, sebagaimana dikemukakan pada Bab
5 Tabel 6. Pertama, ekspektasi bahwa hasil tangkapan yang diperoleh ATI lebih banyak dari ATL dapat dibenarkan, meskipun sepintas tampak bahwa hasil
tangkapan ATL dan ATI pada setiap ukuran GT tidak menampilkan perbedaan yang menonjol. Kedua, penilaian nelayan bahwa curahan biaya dari penggunaan
ATI lebih murah dari ATL, atau sebaliknya, dapat dibenarkan juga oleh temuan pada analisis perbandingan keuntungan. Pada Tabel 24 dan Tabel 25 telah
ditunjukkan bahwa curahan biaya per trip penggunaan ATL lebih mahal dari ATI pada perahu berukuran di bawah 5 GT, dan kondisi sebaliknya terjadi pada perahu
berukuran 6 -1 0 GT. Temuan ini menunjukkan bahwa anggapan superioritas ATI terhadap ATL dalam menghasilkan keuntungan tampak diragukan keberadaannya
di industri perikanan Kabupaten Indramayu. Belajar dari temuan empiris ini, dapat ditangkap bahwa keuntungan
nelayan diperoleh melalui kombinasi antara cara mengalokasikan biaya dan jenis pasar sebagai tempat terbentuknya harga ikan. Oleh karena itu, untuk menelusuri
kontribusi jenis pasar terhadap keuntungan usaha penangkapan ikan perlu diperdalam dengan melihat perbedaan jenis pasar yang diakses nelayan.
Analisisnya dibantu oleh hasil estimasi keuntungan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 26 dan Tabel 27. Kedua tabel tersebut digunakan untuk menganalisis
perbedaan keuntungan yang dibedakan menurut jenis pasar yang diakses nelayan, yaitu TPI dan di luar TPI, disamping tetap mempertahankan perbedaan ukuran GT
perahu yang digunakan nelayan. Pada Tabel 26 ditampilkan keuntungan per trip ATL dan ATI dengan
menggunakan perahu berukuran di bawah 5 GT di TPI dan luar TPI. Keduanya memperoleh keuntungan dari TPI, namun keuntungan per trip ATI lebih tinggi
dari ATL. Hal ini terjadi karena volume penjualan pengguna ATI lebih banyak dari pengguna ATL, meskipun harga ikan yang diterima pengguna ATI lebih
rendah dari pengguna ATL. Akan tetapi kombinasi harga dan jumlah demikian mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengguna ATI. Sementara
itu, di luar TPI, pengguna ATL memperoleh kerugian sebesar 53 ribu rupiah, sedangkan pengguna ATI memperoleh keuntungan per trip sebesar 60 ribu rupiah.
Pada kelompok nelayan yang mengakses TPI, volume penjualan ikan sangat menentukan perbedaan keuntungan. Pada kelompok tersebut tampak
bahwa kemampuan alat tangkap sangat menentukan. Seperti ditampilkan pada kolom [4] dan [5], harga ikan yang diterima pengguna ATL lebih tinggi 6 ribu
rupiah dari pengguna ATL, kemudian BBM dan es yang digunakannya lebih sedikit dari pengguna ATL, dan harga kedua inputnya sama. Selanjutnya, biaya
penyusutan dan pembayaran retribusi pengguna ATL lebih rendah dari pengguna ATI, kecuali pengeluaran bahan makanan yang lebih besar 48 ribu dari pengguna
ATI. Apabila jumlah hasil tangkapannya mendekati hasil tangkapan pengguna ATI, maka keuntungannya akan lebih tinggi dari pengguna ATI.
Tabel 26. Keuntungan Pengguna Alat Tangkap Legal dan Illegal dengan Ukuran Perahu di Bawah 5 GT Menurut Jenis Pasar
Per Trip
No Keterangan Satuan
TPI Di Luar TPI
ATL ATI
ATL ATI
[1] [2] [3]
[4] [5]
[6] [5]
A Total Penerimaan Rupiah 378 000 468 600 432 000 450 000
Hasil Tangkapan Kilogram
15 22
30 25
Penjualan Ikan Kilogram
14 22
18 25
Harga RupiahKilogram
27 000 21 300
24 000 18 000
B Total Biaya Rupiah
363 200 370 930 485 000 390 000 B.1 Pengeluaran BBM Rupiah
95 000 130 000 130 000 90 000
Harga BBM RupiahLiter
5 000 5 000
5 000 5 000
Jumlah BBM Liter
19 26
26 18
B.2 Pengeluaran Es Rupiah
45 000 60 000
75 000 45 000
Harga Es RupiahBalok
15 000 15 000
15 000 15 000
Jumlah Es Balok
3 4
5 3
B.3 Bahan Makanan Rupiah
148 500 100 000 148 000 100 000 B.4 Penyusutan
Rupiah 55 800
57 500 132 000 155 000 B.6 Retribusi
Rupiah 18 900
23 430 C Keuntungan
Rupiah 14 800
97 670 -53 000 60 000
Sumber : Hasil pengolahan data Sementara itu, pada kelompok nelayan yang mengakses pasar di luar TPI,
perbedaan keuntungan muncul dari perbedaan alokasi hasil tangkapan dan alokasi biaya. Sebagaimana ditampilkan pada kolom [6] dan [5], apabila hasil tangkapan
nelayan pengguna ATL dijual semua, maka keuntungannya akan lebih tinggi dari pengguna ATI. Dalam hal alokasi biaya, biaya rata-rata pengguna ATL, yaitu
sebesar 16 167 rupiah, nilainya lebih besar dari biaya rata-rata pengguna ATI, yaitu sebesar 15 600. Artinya curahan biaya pengguna ATL untuk memperoleh
1 kilogram ikan lebih mahal dari pengguna ATI. Indikasi ini tercemin melalui lebih besarnya penggunaan input BBM dan es oleh pengguna ATL.
Selanjutnya, pada Tabel 27 ditampilkan perbandingan keuntungan ATL dan ATI yang diperoleh dari TPI dan di luar TPI pada kelompok nelayan yang
menggunakan perahun berukuran 6 – 10 GT. Tampak bahwa pada kedua jenis pasar, pengguna ATL memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pengguna
ATI. Pada pasar TPI, keuntungan pengguna ATL sebesar 272 840 rupiah, sedangkan keuntungan pengguna ATI sebesar 25 100 rupiah. Sementara itu, di
luar TPI keuntungan pengguna ATL sebesar 42 000 rupiah, sedangkan pengguna ATI sebesar 38 750 rupiah. TPI terlihat memberikan kontribusi keuntungan yang
besar bagi pengguna ATL. Tabel 27. Keuntungan Pengguna Alat Tangkap Legal dan Illegal dengan Ukuran
Perahu 6 – 10 GT dari Tempat Pelelangan Ikan Per Trip
No Keterangan Satuan
TPI Di Luar TPI
Legal Illegal
Legal Illegal
[1] [2] [3]
[4] [5]
[4] [5]
A Total Penerimaan Rupiah
837 200 800 000 734 000 866 250 Hasil Tangkapan
Kilogram 26
20 20
33 Penjualan Ikan
Kilogram 26
20 20
33 Harga
RupiahKilogram 32 200
40 000 36 700
26 250 B Pengeluaran Bersih Rupiah
564 360 774 900 692 000 827 500 B.1 Pengeluaran BBM
Rupiah 220 000 270 000 225 000 283 500
Harga BBM RupiahLiter
5 000 4 500
4 500 4 500
Jumlah BBM Liter
44 60
50 63
B.2 Pengeluaran Es Rupiah
60 000 60 000
60 000 60 000
Harga Es RupiahBalok
15 000 15 000
15 000 15 000
Jumlah Es Balok
4 4
4 4
B.3 Bahan Makanan Rupiah
175 000 322 500 300 000 322 000 B.4 Penyusutan
Rupiah 67 500
82 400 107 000 162 000 B.6 Retribusi
Rupiah 41 860
40 000 C Keuntungan Bersih Rupiah
272 840 25 100
42 000 38 750
Sumber : Hasil pengolahan data
Pada kelompok nelayan yang mengakses TPI, perbedaan keuntungan muncul dari perbedaan jumlah hasil tangkapan dan alokasi biaya. Berbeda dengan
pengguna ATL yang menggunakan perahu berukuran di bawah 5 GT, disini hasil tangkapan pengguna ATL lebih besar 6 kilogram dari pengguna ATI. Lebih dari
itu, penerimaan mereka menjadi lebih besar karena harga yang mereka lebih tinggi dari pengguna ATI. Kemudian, dari sisi alokasi biaya, pengguna ATL
memiliki biaya rata-rata yang lebih rendah dari pengguna ATI. Untuk memperoleh 1 kilogram ikan, pengguna ATL memerlukan biaya sebesar 21 706
rupiah, sedangkan pengguna ATI sebesar 38 745. Pengeluaran pengguna ATI untuk BBM dan bahan makanan lebih besar dari pengguna ATL, sehingga biaya
rata-ratanya lebih tinggi juga. Sementara itu, pada kelompok nelayan yang mengakses pasar di luar TPI,
perbedaan keuntungan muncul dari perbedaan harga ikan dengan alokasi biaya. Meskipun volume penjualan ikan pengguna ATL lebih rendah 13 kilogram dari
pengguna ATI, namun harga ikan yang diterima pengguna ATL 10 ribu lebih tinggi dari pengguna ATI, sehingga rata-rata penerimaan pengguna ATL, yaitu
36 700 rupiah per kilogram ikan menjadi lebih besar dari pengguna ATI, yaitu sebesar 26 250 rupiah per kilogram. Dalam hal alokasi biaya, volume penggunaan
BBM oleh pengguna ATI 13 liter lebih banyak dari pengguna ATL, sehingga menambah besar biaya penangkapan ikan relatif terhadap pengguna ATL.
6.2. Signifikansi Perbedaan Keuntungan Alat Tangkap Legal dan Illegal