Viabilitas Benih Pengaruh Pematahan Dormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan Benih Angsana (Pterocarpus Indicus Will)

benih melalui metode dasar meliputi metode oven, metode destilasi, metode Karl Fisher dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air benih dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya metode langsung yaitu menguji kadar air dengan pengeringan oven. Dalam hal ini, perbedaan berat antara benih sebelum di oven dengan setelah di oven merupakan air yang hilang kadar air, sedangkan metode tidak langsung lebih menduga kadar air dengan daya penghantar listrik Sutopo 2004. Kadar air dari benih akan mempengaruhi viabilitas benih.

2.3 Viabilitas Benih

Sejak tahun 1901 telah dilaporkan banyak penelitian mengenai uji cepat viabilitas yang menggunakan prinsip bahwa benih hidup dan benih mati mengadakan reaksi yang berbeda bila dialiri arus listrik. Uji viabilitas mempunyai beberapa kegunaan penting antara lain penilaian terhadap pembekuan, fumigasi, kerusakan mekanik oleh penyakit dan insekta, penentuan potensi vigor kecambah dan untuk menolong membuat keputusan sehubungan dengan pencurahan, pencampuran benih dan sebagainya Byrd 1968. Menurut Sutopo 2004, pada uji viabilitas benih baik uji daya berkecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Umumnya sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase perkecambahan, ditunjukan dengan perkecambahan harus cepat, pertumbuhan kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan tumbuh yang dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan. Beberapa metode uji cepat viabilitas yang dikembangkan oleh Byrd 1968 antara lain: 1 Metode fisika kimia Semula tahanan listrik diukur pada benih itu sendiri, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya diukur pada air bekas benih itu direndam. Benih- benih permeabel daripada benih-benih hidup dan apabila benih tersebut direndam air, elektrolit dalam benih akan tercuci lebih cepat. Metode ini cukup teliti untuk menduga viabilitas benih, akan tetapi memerlukan keterampilan khusus. Selain itu, metode ini hanya dapat digunakan untuk mengukur reaksi sejumlah benih dan tidak dapat digunakan untuk mengukur setiap individu benih. 2 Pewarnaan vital Pewarnaan vital merupakan pewarnaan yang terbatas pada jaringan- jaringan yang terpilih. Hingga saat ini pewarnaan vital hanya dilakukan pada benih yang mati atau bagian benih yang telah mati. Pewarna yang digunakan adalah asam sulfat dan zat warna tarum merah tua. Asam sulfat mewarnai jaringan hidup dan jaringan mati secara berbeda, tetapi tidak cukup teliti apabila digunakan untuk keperluan pengujian benih. Zat warna merah tua lebih teliti dalam hal penentuan viabilitas benih. Apabila benih-benih yang dibelah atau embrio yang dilepaskan direndam dalam larutan tarum merah yang encer, maka zat warna segera memasuki jaringan mati tetapi tidak memasuki jaringan hidup. Kemudian setiap benih atau embrionya diuji dan digolongkan sebagai hidup atau mati berdasarkan pada proporsi embrio yang tetap tidak terwarnai. 3 Metode langsung Metode langsung adalah suatu cara pengujian yang benihnya betul- betul dikecambahkan. Kelebihan metode langsung ini dibandingkan metode sebelumnya, yaitu viabilitas benih tidak hanya berdasarkan pendugaan karena dilakukan pengukuran secara langsung. Metode langsung dilakukan dengan prinsip mempercepat perkecambahan biji. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mempercepat perkecambahan yaitu dengan meningkatkan temperatur di atas optimum. Metode lain untuk mempercepat perkecambahan adalah dengan jalan meningkatkan laju imbibisi air. Hal ini dikerjakan dengan merendam biji dalam air sebelum benih dikerjakan. 4 Metode yang berdasarkan aktivitas enzim Pengujian ini didasarkan pada anggapan bahwa bila enzim-enzim ini tidak terdapat dalam embrio, maka benih tersebut mati. Salah satu kekurangan metode ini yaitu enzim tersebut dapat saja ada tetapi karena sesuatu hal dalam sistem metabolisme enzim tersebut menjadi rusak sehingga menggambarkan benih tersebut tidak mampu untuk berkecambah. Pengujian mencakup pengukuran enzim dehidrogenase. Enzim dehidrogenase terlihat dalam aktivitas respirasi dari sistem biologi karena memiliki hubungan yang sangat erat dengan kehidupan di dalam benih. Beberapa zat warna telah digunakan untuk mengukur adanya enzim dehidrogenase dalam benih diantaranya zat warna metilen biru dan zat malasit hijau, garam-garam kimia selenium, telurium serta tetrazolium.

2.4 Dormansi Benih