2.1.3 Sifat benih
Buah Angsana masak dalam waktu 4 bulan, berbentuk cakram datar dengan tepi bersayap. Masing-masing buah terdiri atas 1-3 benih yang sulit
dihancurkan. Benih tersebut berkecambah dalam kulit buah. Sehingga setiap buah berfungsi seperti biji yang menghasilkan sampai tiga kecambah. Benih
Angsana ini memiliki panjang 6–8 mm, berbentuk seperti buncis dengan testa
berwarna coklat kertas. Benih Angsana merupakan benih ortodoks, dapat disimpan pada suhu dan kadar air rendah selama beberapa tahun Anonim
2002.
2.1.4 Penyebaran dan habitat
Penyebaran alami di Asia Tenggara–Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di
daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan
pantai berbatu. Pohon Angsana merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah
terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih
bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. Populasinya berkurang akibat eksploitasi berlebihan,
kadangkala penebangan liar menyebabkan hilangnya habitat. Di Vietnam, populasi jenis ini telah punah selama 300 tahun. Survei ekstensif di Sri Lanka
gagal menemukan jenis ini dan populasi di India, Indonesia dan Filipina menunjukkan bahwa jenis ini telah terancam. Eksploitasi atas tegakan di
Semenanjung Malaysia, mungkin menyebabkan punahnya jenis ini dan yang diyakini merupakan populasi terbesar yang tersisa yaitu di New Guinea ternyata
telah dieksploitasi.
2.1.5 Kegunaan
Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut Heyne 1987 bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki kelas
awet III, kelas kuat IIII dan BJ antara 0,4–0,9 sehingga dapat digunakan untuk
mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat kayu.
Soerianegara dan Lemmens 1994 mengatakan bahwa kayu pohon Angsana mengandung selulosa sebanyak 49 Gambar2, 24 lignin, 11 pentosan, dan
0,3 silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, tanaman Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen.
Gambar 2 Struktur Selulosa
Pohon Angsana ini direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem agroforestry, yang dapat digunakan sebagai
penaung kopi dan tanaman lain. Selain itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan obat bisul sedangan daun Angsana
dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit akibat jamur.
2.2 Kadar Air Benih