Tujuan Kadar Air Benih

perbenihan, pembibitan dan pertumbuhan benih hasil pembiakan generatif benih. Hasil perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh mutu benih fisik, fisiologis, dan genetik. Mutu fisik dan fisiologis benih sangat ditentukan oleh proses teknologi benih yang disiapkan mulai dari pengunduhan, ekstraksi, seleksi, pengemasan, dan penyimpanan. Masalah utama perkecambahan benih Angsana adalah dormansi kulit benih, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang teknik pematahan dormansi benih Angsana.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap kemampuan perkecambahan benih Angsana Pterocarpus indicus Will. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Angsana Pterocarpus indicus Will. 2.1.1 Taksonomi Angsana. Angsana Pterocarpus indicus Will memiliki nama lain yaitu Pterocarpus wallichii Wight Arn; P zollingeri Miq.; P papuanus F. V. Mueller, P Vidalinus Rolfe. termasuk kedalam famili Fabaceae Papilionoideae. Beberapa nama lain untuk tanaman Cendana Merah, Sonokembang, Angsana Jawa Tengah, Malaysia, Singapura, Pradoo Thailand., Narra Filipina, Asan Aceh, Sena Batak Karo, Hasona Batak Toba, Sena Gayo, Sana Lampung, Sanakembang Sunda, Sana Madura, Ingi Seram, Lala Ambon, Lana Bum, Lina Halmahera, Ligua Ternate, Sana Sasak, Nara Bima, Ai Kenawa Sumba, Kenaha Solor, Kalai Alor, Tonala Gorontalo, Yonoba Buol, Patene Makasar, dan Candana Bugis. Berdasarkan taksonominya, Angsana digolongkan sebagai berikut : Kingdom : Plantaetumbuhan Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Resales Famili : Fabaceae Genus : Pterocarpus Species : Pterocarpus indicus Will Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan 2002

2.1.2 Sifat botanis

Gambar 1 Bagian organ tanaman Angsana Keterangan :1. Bentuk pohon; 2. Ranting berbunga; 3. Buah. Biasanya Angsana merupakan pohon meranggas, tinggi pohon Angsana dapat mencapai 30–40 m, diameter batang 2 m, biasanya bentuk pohon jelek, pendek, terpuntir, beralur dalam, dan berbanir. Kayu pohon Angsana mengeluarkan eksudat merah gelap yang disebut ”kino” atau darah naga. Daun majemuk dengan 5–11 anak daun, berbulu, duduk bergantian. Bunga malai, panjang 6–13 cm diujung atau ketiak daun. Bunga pohon Angsana berkelamin ganda, berwarna kuning cerah dan harum. Polong tidak merekah terbungkus sayap besar samara. Berbentuk bulat, coklat muda, diameter 4–6 cm, dengan sayap besar berukuran 1–2,5 cm yang mengelilingi tempat biji berdiameter 2–3 cm dan tebal 5–8 mm. Permukaan tempat biji bervariasi dari yang halus pada forma indicus sampai yang tertutup oleh bulu lebat pada forma echinatus. Pohon berbunga dan berbuah umumnya setiap tahun, namun ada beberapa pohon dalam suatu populasi yang tidak berbunga atau berbunga sangat sedikit. Bunga muncul sebelum tumbuh daun baru, namun akan terus bermunculan setelah daun-daun baru berlimpah. Bunga hanya akan mekar penuh selama satu hari. Mekarnya bunga dipicu dengan adanya air, dan setiap bunga biasanya mekar sehari setelah hujan lebat. Penyerbukan dilakukan lebah dan serangga lain. Biasanya hanya 1–3 bunga dari setiap malai yang menjadi buah. Perkembangan buah membutuhkan 3–4 bulan. Lebar buah sekitar 5 cm. Di dalam buah Angsana yang menonjol terdapat bijinya. Tidak seperti kebanyakan Famili Leguminosae, buah Angsana tidak terbelah dan dapat diterbangkan oleh angin bahkan bisa mengambang dan dapat disebarkan melalui air. Meski masa pembungaan dapat berlangsung lama, di daerah tropis, kemasakan buah terjadi bersinambungan. Pengumpulan buah bukan masalah karena buah tidak langsung rontok dari pohon setelah masak. Hanya angin kencang yang dapat melepaskan dan menerbangkan buah Angsana yang telah masak. Buah dapat dikumpulkan dari atas permukaan tanah setelah rontok, atau dengan menggoyang dan memotong dahan yang berbuah. Pengumpulan dari pohon yang tinggi dilakukan dengan pemanjatan, buah dapat dilepas dari dahan dengan menggoncang dahannya.

2.1.3 Sifat benih

Buah Angsana masak dalam waktu 4 bulan, berbentuk cakram datar dengan tepi bersayap. Masing-masing buah terdiri atas 1-3 benih yang sulit dihancurkan. Benih tersebut berkecambah dalam kulit buah. Sehingga setiap buah berfungsi seperti biji yang menghasilkan sampai tiga kecambah. Benih Angsana ini memiliki panjang 6–8 mm, berbentuk seperti buncis dengan testa berwarna coklat kertas. Benih Angsana merupakan benih ortodoks, dapat disimpan pada suhu dan kadar air rendah selama beberapa tahun Anonim 2002.

2.1.4 Penyebaran dan habitat

Penyebaran alami di Asia Tenggara–Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik, dibudidayakan luas di daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang sungai pasang surut dan pantai berbatu. Pohon Angsana merupakan pohon jenis pionir yang tumbuh baik di daerah terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya ditemukan sampai ketinggian 600 m dpl, namun masih bertahan hidup sampai 1.300 m dpl. Angsana sering menjadi tanaman hias di taman dan sepanjang jalan. Populasinya berkurang akibat eksploitasi berlebihan, kadangkala penebangan liar menyebabkan hilangnya habitat. Di Vietnam, populasi jenis ini telah punah selama 300 tahun. Survei ekstensif di Sri Lanka gagal menemukan jenis ini dan populasi di India, Indonesia dan Filipina menunjukkan bahwa jenis ini telah terancam. Eksploitasi atas tegakan di Semenanjung Malaysia, mungkin menyebabkan punahnya jenis ini dan yang diyakini merupakan populasi terbesar yang tersisa yaitu di New Guinea ternyata telah dieksploitasi.

2.1.5 Kegunaan

Semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi. Menurut Heyne 1987 bahwa kayu Angsana termasuk kayu agak keras yang memiliki kelas awet III, kelas kuat IIII dan BJ antara 0,4–0,9 sehingga dapat digunakan untuk mebel halus, ukiran, kayu lapis, meja, badan kapal, lantai, lemari dan alat musik. Selain itu getah Angsana dapat digunakan sebagai cat ayaman dan cat kayu. Soerianegara dan Lemmens 1994 mengatakan bahwa kayu pohon Angsana mengandung selulosa sebanyak 49 Gambar2, 24 lignin, 11 pentosan, dan 0,3 silika sehingga kayu Angsana dapat digunakan sebagai bahan baku pulp, tanaman Angsana merupakan jenis pengikat nitrogen. Gambar 2 Struktur Selulosa Pohon Angsana ini direkomendasikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem agroforestry, yang dapat digunakan sebagai penaung kopi dan tanaman lain. Selain itu kulit batang Angsana ini berkhasiat sebagai obat sariawan, obat mencret dan obat bisul sedangan daun Angsana dapat digunakan sebagai obat infeksi kulit akibat jamur.

2.2 Kadar Air Benih

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan. Menurut Sutopo 2004, kadar air adalah kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Kadar air yang terkandung di dalam benih akan sangat mempengaruhi kualitas fisiologis benih. Untuk kondisi tertentu, dapat berpengaruh terhadap kualitas fisik benih. Selanjutnya dijelaskan bahwa kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah 6- 8 jenis ortodoks, sedangkan kadar air untuk jenis rekalsitran 12. Kadar air yang terlalu tinggi pada benih ortodoks dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Apabila kadar air benih lebih tinggi dari 45–60, maka perkecambahan akan berlangsung. Tetapi pada kisaran kadar air tersebut ke bawah sampai 18- 20 respirasi terjadi dalam kadar yang lebih tinggi, baik respirasi benih maupun respirasi mikroorganisme. Menurut Byrd 1968, besarnya kadar air benih mempengaruhi beberapa proses antara lain: - kadar air benih 45-60 : perkecambahan berlangsung - kadar air benih 18-20 : pemanasan dapat terjadi - kadar air benih 12-14 : Jamur tumbuh pada permukaan dan dalam benih - kadar air benih 8 - 9 : sedikit atau tidak ada aktivitas insekta - kadar air benih 4 - 8 : penyimpangan tertutup dapat aman Menurut Byrd 1968, kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban nisbi udara sekitarnya. Kelembaban nisbi merupakan suatu pernyataan mengenai jumlah uap air sesungguhnya yang ada di udara yang dihubungkan dengan jumlah seluruh uap air yang dapat dipegang oleh udara. Apabila temperatur meningkat, udara dapat memegang lebih banyak uap air, sehingga apabila udara panas tanpa mengubah kadar airnya maka persentase kelembaban nisbi akan menurun. Kadar air suatu benih tertentu bergantung pada kelembaban nisbi, sedangkan suhu memberikan pengaruh yang kecil. Apabila kelembaban nisbi udara sekeliling benih meningkat, maka kadar air benih akan meningkat. Pada prinsipnya, metode yang digunakan untuk mengukur kadar air benih ada 2 macam yaitu Sutopo 2004: 1 Metode praktis : metode ini mudah dilaksanakan tetapi hasilnya kurang teliti, sehingga perlu dikalibrasikan terlebih dahulu. Metode praktis ini terdiri dari metode Calcium carbide, metode Electric moisture meter dan lain-lain. Dengan metode ini akan diperoleh data langsung dari alat yang digunakan. 2 Metode dasar; kadar air ditentukan dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringanpemanasan pada kondisi tertentu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Penentuan kadar air benih melalui metode dasar meliputi metode oven, metode destilasi, metode Karl Fisher dan lain-lain. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air benih dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya metode langsung yaitu menguji kadar air dengan pengeringan oven. Dalam hal ini, perbedaan berat antara benih sebelum di oven dengan setelah di oven merupakan air yang hilang kadar air, sedangkan metode tidak langsung lebih menduga kadar air dengan daya penghantar listrik Sutopo 2004. Kadar air dari benih akan mempengaruhi viabilitas benih.

2.3 Viabilitas Benih