b. Diameter bibit sapihan
Diameter semai merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman ke arah radial. Pengukuran diameter bibit sapihan dilakukan pada
akhir pengamatan. Pengaruh perlakuan pematahan dormansi memberikan respon diameter bibit sapihan Angsana yang berbeda-beda Gambar 15.
1. 10
b 1.
07 b
0. 65
a 1.
06 b
0. 48
a 0.
51 a
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20
B0 B1
B2 B3
B4 B5
Perlakuan pematahan dormansi
Diameter bibit sapihan
Angsana mm
Gambar 15 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap diameter bibit sapihan Angsana
Gambar 15 menunjukkan bahwa pematahan dormansi benih Angsana pada perlakuan B5 perendaman dengan larutan KNO
3
1 selama 24 jam menghasilkan diameter bibit sapihan Angsana paling tinggi yaitu sebesar
1,10 mm, sedangkan pengaruh yang paling kecil diperoleh pada perlakuan B1 perendaman dengan air hasil fermentasi rebung bambu Apus selama 12
jam yaitu sebesar 0,48 mm. Hal ini berarti perlakuan B5 mempengaruhi pertumbuhan diameter semai.
Untuk mengetahui pengaruh pematahan dormansi terhadap diameter bibit sapihan Angsana, maka data hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam uji F Tabel 13.
Tabel 13 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap diameter bibit sapihan Angsana
Sumber Keragaman DF
JK KT
Fhit Sig
Perlakuan B 5
1,35 0,27
8,71 0,001
Galat 12 0,37
0,03 Total 17
1,72
Keterangan Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F
0,01
Tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap terhadap dameter bibit sapihan Angsana.
Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Tabel 14.
Tabel 14 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap diameter bibit sapihan Angsana
Perlakuan Diameter bibit sapihan
mm Peningkatan diameter bibit
sapihan B0 0,51
a
B1 0,48
a
-5,88 B2 1,06
b
107,84 B3 0,65
a
27,45 B4 1,07
b
109,80 B5 1,10
b
115,69
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda sangat nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,01.
Tabel 14 menunjukkan respon diameter bibit sapihan paling kecil diperoleh pada perlakuan B1 perendaman dengan air hasil fermentasi
rebung bambu Apus selama 12 jam yaitu sebesar 0,48 mm, sedangkan respon diameter bibit sapihan terbesar diperoleh pada perlakuan B5
perendaman dengan larutan KNO
3
1 selama 24 jam yaitu sebesar 1,10 mm atau meningkat 115,69 dibandingkan dengan B0 kontrol. Hal ini
berarti perlakuan B5 mempengaruhi dengan sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit sapihan Angsana.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Kadar air benih Angsana