Buah Angsana umumnya terdiri 1-2 benih yang sulit dihancurkan. Benih tersebut berkecambah dalam kulit buah. Sehingga setiap buah
berfungsi seperti biji yang menghasilkan satu sampai dua kecambah Gambar 6.
Gambar 6 Kecambah benih Angsana a dan kecambah benih Angsana yang menggantung b
Gambar 6 menunjukkan bahwa dalam 1 buah terdapat 2 benih Angsana yang berkecambah dalam selang waktu berbeda ± 1-2 hari. Kedua
kecambah tersebut bertahan hidup ± 1-3 hari, pada hari ke 4 benih yang berkecambah kedua mati dan akhirnya yang bertahan menjadi kecambah
normal hanya 1 kecambah yaitu benih yang berkecambah awal. Hal ini disebabkan pertumbuhan radikula kecambah ke dua tidak secepat kecambah
yang pertama sehingga semakin jauh dari tanah dan radikula mengalami kelayuan, kering dan akhirnya mati, sedangkan kecambah yang pertama
pertumbuhannya semakin tinggi
4.1.3 Daya berkecambah benih Angsana
Daya berkecambah adalah jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Hasil pengamatan daya berkecambah benih Angsana selama 60 hari diperoleh data bahwa benih Angsana mulai
berkecambah pada hari ke-4 setelah ditanam di bak tabur dan mulai
a b
berkecambah lebih banyak lagi pada hari-hari berikutnya. Hasil daya berkecambah benih Angsana yang ditanam di bak tabur pada akhir
pengamatan Gambar 7.
20 .3
3 25.
33 38.
67 80.
33 100
100
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
B0 B1
B2 B3
B4 B5
Perlakuan pematahan dormansi Daya
berkecambah
Gambar 7 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap daya berkecambah benih Angsana
Gambar 7 menunjukkan bahwa pematahan dormansi benih Angsana pada perlakuan B2 perendaman dengan larutan H
2
S0
4
1 selama 10 menit dan B5 perendaman dengan larutan KNO
3
selama 24 jam menghasilkan daya berkecambah yang paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 100,
sedangkan daya berkecambah yang paling kecil diperoleh pada perlakuan B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit kemudian direndam
dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 20,33. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap
daya berkecambah benih Angsana, maka data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam uji F Tabel 2.
T
abel 2 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap daya berkecambah benih Angsana
Sumber Keragaman DF J K
KT F hitung
Sig Perlakuan B
5 20520,44
4104,09 173,01
0,00 Galat 12
284,67 23,72
Total 17
20805,11
Keterangan Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F
0,01
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih Angsana pada
selang kepercayaan 99. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap daya berkecambah benih Angsana
Perlakuan Daya berkecambah
Peningkatan daya berkecambah
B0 20.33
a
B1 25.33
a
24,59 B2 100
d
391,88 B3 38.67
b
90,21 B4 80.33
c
295,13 B5 100
d
391,88
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda sangat nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,01.
Tabel 3 menunjukkan bahwa respon daya berkecambah paling kecil pada perlakuan B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit
kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 20,33, sedangkan daya berkecambah tertinggi diperoleh pada perlakuan B2
perendaman dengan larutan H
2
SO
4
1 selama 10 menit dan B5 perendaman dengan larutan KNO
3
1 selama 24 jam yaitu masing-masing sebesar 100 atau meningkat 391,88 dibandingkan dengan B0 kontrol
Gambar 8. Hal ini berarti perlakuan B2 dan B5 mampu mengatasi faktor yang mempengaruhi perkecambahan sehingga benih Angsana tumbuh dan
berkembang menjadi kecambah normal.
Gambar 8 Pengaruh pematahan dormansi terhadap daya berkecambah pada perlakuan B0, B2 dan B5
4. 1. 4 Nilai perkecambahan benih Angsana
Nilai perkecambahan merupakan indeks yang menyatakan kecepatan perkecambahan benih. Makin tinggi nilai perkecambahan, berarti semakin
sempurna proses perkecambahan benih. Pengaruh perlakuan pematahan dormansi benih Angsana memberikan
respon nilai perkecambahan yang berbeda-beda Gambar 9.
1. 05 d
.93 c
0. 55 b
1. 13 d
0. 48
a b
0. 40
a
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20
B0 B1
B2 B3
B4 B5
Perlakuan pematahan dormansi
Nilai perkecambahan
hari
2
Gambar 9 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap nilai perkecambahan benih Angsana
Gambar 9 menunjukkan bahwa pematahan dormansi benih Angsana pada perlakuan B2 perendaman dengan larutan H
2
S0
4
1 selama 10 menit menghasilkan nilai perkecambahan benih Angsana yang paling tinggi yaitu
sebesar 1,13 hari
2
, sedangkan pengaruh yang paling kecil diperoleh pada perlakuan B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit
B0 B2
B5
kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 0,40 hari
2
. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap
nilai perkecambahan benih Angsana, maka data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam uji F Tabel 4.
Tabel 4 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap nilai perkecambahan benih Angsana.
Sumber Keragaman DF
JK KT
F hitung Sig
Perlakuan B 5
1,51 0,302
82,48 0,00
Galat 12 0,04
0,003 Total 17
1,55
Keterangan Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F
0,01
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap nilai perkecambahan benih Angsana.
Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Tabel 5
.
Tabel 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap nilai perkecambahan benih Angsana.
Perlakuan Nilai perkecambahan
hari
2
Peningkatan nilai perkecambahan
B0 0,40
a
B1 0,48
ab
20 B2 1,13
d
182,5 B3 0,55
b
37,5 B4 0,93
c
132,5 B5 1,05
d
162,5
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda sangat nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,01.
Tabel 5 menunjukkan respon nilai perkecambahan paling kecil diperoleh pada perlakuan B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit
kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 0,40 hari
2
, sedangkan respon nilai perkecambahan benih Angsana terbesar
diperoleh pada perlakuan B2 perendaman dengan larutan H
2
SO
4
1 selama 10 menit yaitu sebesar 1,13 hari
2
atau meningkat 182,5 dibandingkan dengan B0 kontrol. Hal ini berarti benih Angsana pada perlakuan B2
mampu berkecambah normal yang dapat tumbuh menjadi tanaman normal dilapangan.
4.1.5 Kecepatan tumbuh benih Angsana