Tinggi dan diameter bibit sapihan Angsana a. Tinggi bibit sapihan

Pengaruh perlakuan pematahan dormansi memberikan respon batas 80 benih Angsana yang berbeda-beda Gambar 12. 20 40 60 80 100 120 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 Hari ke- Batas 80 berkecambah hari B0 B1 B2 B3 B4 B5 ● Batas 80 Gambar 12 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap batas 80 berkecambah benih Angsana Gambar 12 menunjukkan bahwa pematahan dormansi benih Angsana pada perlakuan B2 perendaman dengan larutan H 2 S0 4 1 selama 10 menit dan B5 perendaman dengan larutan KNO 3 1 selama 24 jam lebih cepat mencapai batas 80 berkecambah yaitu masing- masing selama 25 hari dibandingkan dengan B3 perendaman dengan larutan H 2 SO 4 1 selama 15 menit yaitu selama 36 hari. Hal ini menunjukkan bahwa benih yang lama untuk mencapai batas 80 berkecambah umumnya benih mengalami permasalahan embrio kurang masak fisiologis, adanya hambatan terapan air, dan struktur kulit yang keras.

4.1.8 Tinggi dan diameter bibit sapihan Angsana a. Tinggi bibit sapihan

Pengukuran pertumbuhan semai Angsana dilakukan pada akhir pengamatan. Pengaruh perlakuan pematahan dormansi memberikan respon tinggi bibit sapihan yang berbeda-beda Gambar 13. 1. 53 d 1. 52 d 1. 46 c 1. 53 d 1 .39 b 1. 33 a 1.20 1.25 1.30 1.35 1.40 1.45 1.50 1.55 B0 B1 B2 B3 B4 B5 Perlakuan pematahan dormansi Tinggi bibit sapihan Angsana cm Gambar 13 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap tinggi bibit sapihan Angsana Gambar 13 menunjukkan bahwa pematahan dormansi benih Angsana pada perlakuan B2 perendaman dengan larutan H 2 S0 4 1 selama 10 menit dan B5 perendaman dengan larutan KNO 3 1 selama 24 jam menghasilkan tinggi bibit sapihan yang paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 1,53 cm, sedangkan pengaruh yang paling kecil yaitu pada B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 1,33 cm. Untuk mengetahui pengaruh pematahan dormansi terhadap tinggi bibit sapihan Angsana, maka data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam uji F Tabel 11. Tabel 11 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap tinggi bibit sapihan Angsana Sumber Keragaman DF JK KT F hit sig Perlakuan B 5 0,11 0,02 50,22 0,00 Galat 12 0,005 0,0005 Total 17 0,115 Keterangan perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01 Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan pematahan dormansi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit sapihan Angsana Gambar 14. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan Tabel 12. Tabel 12 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap tinggi bibit sapihan Angsana Lama perendaman Tinggi bibit sapihan cm Peningkatan tinggi bibit sapihan B0 1,33 a B1 1,39 b 4,51 B2 1,53 d 15,04 B3 1,46 c 9,77 B4 1,52 d 14,29 B5 1,53 d 15,04 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menyatakan tidak berbeda sangat nyata pada uji lanjut Duncan taraf 0,01. Tabel 12 menunjukkan respon tinggi bibit sapihan paling kecil diperoleh pada perlakuan B0 perendaman dengan air panas selama 30 menit kemudian direndam dengan air dingin selama 12 jam yaitu sebesar 1,33 cm, sedangkan respon tinggi bibit sapihan terbesar diperoleh pada perlakuan B2 perendaman dengan H 2 SO 4 1 selama 10 menit dan B5 perendaman dengan larutan KNO 3 1 selama 24 jam yaitu masing- masing sebesar 1,53 cm atau meningkat 15,04 dibandingkan dengan B0 kontrol. Hal ini berarti perlakuan B2 dan B5 mempengaruhi dengan sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit sapihan Angsana. Gambar 14 Pengaruh perlakuan pematahan dormansi terhadap tinggi rata- rata bibit sapihan Angsana pada perlakuan B0, B1, B2, B3, B4, dan B5. B2 B5 B4 B3 B1 B0

b. Diameter bibit sapihan