Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Tahura Djuanda Penerimaan Tahura Djuanda

87 individu. Hal tersebut dapat terjadi karena rekreasi merupakan kebutuhan setiap orang tanpa harus memperhatikan tingkat pendidikan yang telah ditempuh. Variabel lama individu mengetahui keberadaan Tahura Djuanda juga mempunyai koefisien yang positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan Tahura maka akan semakin meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan. Namun berdasarkan analisis hasil regresi variabel ini tidak berpengaruh nyata. Hal tersebut dapat disebabkan Tahura sering dikunjungi oleh individu baik yang telah mengenal lama maupun orang yang baru mengetahui keberadaan Tahura.

7.5. Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Tahura Djuanda

Pendekatan biaya perjalanan merupakan dasar untuk menduga besarnya surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai keinginan membayar WTP terhadap lokasi rekreasi yang dikunjungi. Menurut Fauzi 2004, surplus konsumen bisa didapatkan dengan cara jumlah kunjungan kuadrat dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Mengacu pada konsep WTP yang dibangun, maka nilai WTP pengunjung adalah sebesar nilai surplus konsumen. Dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan, dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda didapatkan surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung dengan pendekatan biaya perjalanan sebesar Rp 24.926,00 per individu per kunjungan. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Nilai ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Dengan demikian, nilai ekonomi dari Tahura Djuanda berdasarkan metode biaya perjalanan individual didapatkan dengan mengalikan WTP dengan jumlah 88 kunjungan selama periode Mei 2008-April 2009 sebesar 128.120 Lampiran 6 sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi Tahura Djuanda sebesar Rp 3.193.579.412,00.

7.6. Penerimaan Tahura Djuanda

Nilai ekonomi yang didapatkan sebelumnya merupakan harga dari sumberdaya alam di Tahura Djuanda yang dianalisis berdasarkan pendekatan fungsi permintaan. Dalam analisis ekonomi Tahura Djuanda juga melihat nilai penerimaan yang diperoleh terkait dengan berlangsungnya kegiatan pariwisata di kawasan tersebut. Analisis penerimaan yang dilakukan berdasarkan nilai penerimaan aktual dan potensial yang mungkin didapatkan. Nilai aktual dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keinginan membayar riil wisatawan yang berkunjung ke Tahura Djuanda. Dalam penelitian ini, perhitungan penerimaan secara aktual diperoleh dengan menggunakan harga tiket masuk. Dengan menggunakan periode yang sama dengan perhitungan nilai ekonomi lokasi yaitu Mei 2008-April 2009 pada tahun 2008 harga tiket Rp 3.000,00 dan tahun 2009 Rp 8.000,00 maka nilai aktual Tahura Djuanda adalah sebesar Rp 561.405.000,00. Penelitian yang dilakukan juga menduga penerimaan secara aktual yang diperoleh dengan menggunakan harga tiket masuk baru yaitu sebesar Rp 8.000,00 pada tahun 2009 yang merupakan tahun awal penetapan tiket masuk tersebut. Besaran biaya masuk kemudian dikalikan dengan perkiraan jumlah pengunjung selama satu tahun. Jumlah tersebut diperoleh dengan mengalikan jumlah hari kunjungan efektif dengan jumlah pengunjung pada hari kunjungan efektif ditambah dengan jumlah pengunjung pada hari biasa bukan hari efektif. 89 Perhitungan hari kunjungan efektif dan biasa serta jumlah pengunjung pada masing-masing hari disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Perkiraan Jumlah Hari Kunjungan Efektif dan Biasa serta jumlah Pengunjung Tahura Djuanda dalam Satu Tahun 2009 Uraian Hari Efektif Hari Biasa Jumlah hari 103 262 Jumlah pengunjung rata-rata 500 100 Total Pengunjung 51.500 26.200 Sumber : Data primer diolah 2009 Hari kunjungan efektif di Tahura Djuanda adalah pada setiap akhir pekan yaitu sabtu dan minggu, sehingga jumlah kunjungan efektif dalam satu tahun adalah 103 hari. Jumlah pengunjung rata-rata pada hari efektif tersebut adalah 500 orang sehingga jumlah pengunjung selama satu tahun adalah 51.500 orang. Adapun jumlah pengunjung yang mendatangi Tahura Djuanda pada hari biasa selama satu tahun adalah sebanyak 26.200 orang. Dengan demikian jumlah pengunjung yang mendatangi Tahura Djuanda selama satu tahun atau pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 77.700 orang. Dengan harga tiket masuk per orang sebesar Rp 8.000,00 maka dihasilkan penerimaan atau nilai aktual sebesar Rp 621.600.000,00. Nilai potensial pada penelitian ini didefinisikan sebagai penerimaan optimal yang dapat diperoleh dari harga tiket masuk apabila kawasan tersebut didatangi oleh pengunjung dalam jumlah yang sama setiap harinya. Jika diasumsikan jumlah pengunjung setiap harinya adalah sebanyak 500 orang dengan harga tiket masuk sebesar Rp 8.000,00 per orang maka dapat diperoleh penerimaan optimal dari Tahura Djuanda adalah sebesar Rp 1.460.000.000,00 dalam satu tahun 365 hari. 90 Ringkasan perhitungan nilai ekonomi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Ringkasan Perhitungan Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Lokasi Kriteria Nilai Surplus Konsumen per kunjungan Nilai Ekonomi Manfaat Rekreasi Mei 2008-April 2009 Nilai Penerimaan Aktual Mei 2008-April 2009 Nilai Penerimaan Aktual 2009 Nilai Penerimaan Potensial 2009 Rp 24.926,00 Rp 3.193.579.412,00 Rp 561.405.000,00 Rp 621.600.000,00 Rp 1.460.000.000,00 Sumber : Data primer diolah 2009 Selain sebagai nilai yang seharusnya diperoleh lokasi wisata, nilai ekonomi dari manfaat rekreasi menunjukkan bahwa Tahura Djuanda memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi lokasi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang disesuaikan dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal tersebut sudah dilakukan oleh pengelola dengan berdasarkan keputusan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2008. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan dan interpretasi dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung Tahura Djuanda yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia kurang dari 24 tahun, berasal dari dalam wilayah Bandung, berstatus belum menikah, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, selain itu kebanyakan dari pengunjung merupakan pelajar atau mahasiswa, total pendapatan Rp 1.200.001,00-Rp 2.400.000,00, mencapai lokasi Tahura menggunakan kendaraan pribadi, membawa rombongan 1-5 orang, dan sebagian besar adalah laki-laki. Dari hasil wawancara, pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dari teman atau keluarganya, sebagian besar pengunjung tertarik akan pemandangan alam yang tersaji di lokasi dan bermotivasi untuk piknik atau kumpul keluarga, mereka berpendapat bahwa perlu adanya tambahan fasilitas berupa papan informasi. Tahura Djuanda sebagai rekreasi alam dinyatakan aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, terdapat sedikit masalah kebersihan, dan tidak terdapat masalah pencemaran udara. Sebagian besar mengunjung menganggap mahal kenaikan tiket masuk Tahura dan mempunyai rata-rata kesediaan membayar tiket sebesar Rp 8.155,00. 2. Dari hasil penelitian, terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan,