53 11. Prasasti Thailand.
Merupakan batu bertulis berbahasa Thailland yang terdapat di Situs Curug Dago. Prasasti tersebut memberikan keterangan mengenai kedatangan Raja
Chulalongkorn II Rama V beserta rombongan pada tahun 1896 M ke Bandung.
5.3. Tanah dan Topografi
Tanah di wilayah ini berkembang dari batuan vulkanik yang berkembang dari zaman kwarter tua, jenis tanah didominasi oleh Andosol yang merupakan
tanah yang sangat dominan di wilayah ini, memiliki kesuburan tinggi, walaupun di wilayah Tahura Djuanda tanah ini memiliki jeluk tanah yang tipis, karena
sebagaian besar wilayah lahannya terrain-nya berbatu. Di wilayah yang agak landai pada lereng bawah Selatan, tanah didominasi oleh jenis Grumusol.
Sebagian besar kawasan Tahura Djuanda merupakan ekosistem pinggir sungai riparian ecosystem yang berlereng terjal dengan tonjolan-tonjolan batu
cadas, yang mempunyai ketinggian antara 770 sampai 1.330 mdpl. Bentang lahannya berbentuk cekungan basin, pada dasar cekungan mengalir Sungai
Cikapundung yang diapit oleh lereng terjal. Lereng Timur dan Barat ditumbuhi oleh hutan Pinus Pinus merkusii, pada lereng yang terjal, berbatu dan berjeluk
tanah tipis kehijauan bentang lahan tetap dipertahankan oleh tanaman jenis Kaliandra Caliandra callotysus. Kedua lereng terjal setinggi 100 – 150 m dari
permukaan Sungai Cikapundung ini telah menciptakan bentang lahan khusus berupa lembah yang sangat indah.
54
5.4. Iklim dan Curah Hujan
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson lokasi ini beriklim B 9 bulan merupakan Bulan Basah dan 3 bulan merupakan Bulan Kering dan C 8 bulan
merupakan Bulan Basah dan 4 bulan merupakan Bulan Kering. Bulan Basah menurut definisi dari Schmidt and Ferguson adalah bulan dengan curah hujan
bulanan 100 mm, sedangkan Bulan Kering adalah bulan dengan curah hujan bulanan kurang dari 50 mm Balai Pengelolaan Tahura Ir. H. Djuanda, 2009.
Wilayah ini memiliki curah hujan yang semakin tinggi dengan semakin naiknya ketinggian dari permukaan laut fenomena hujan Tipe Orografis, dari
Pakar menuju Maribaya, curah hujan cenderung meningkat secara nyata. Sehingga sekitar separuh dari kawasan Tahura Djuanda, yaitu wilayah di bagian
utara bertipe iklim B dan wilayah di bagian selatan memiliki tipe iklim C. Curah hujan tahunan di wilayah Tahura Djuanda bagian selatan berkisar dari 2.500 –
3.000 mm, sedangkan di bagian utara berkisar dari 3000 - 4.500 mm. Kelembaban nisbi udara di dalam kawasan Tahura Djuanda dan sekitarnya
selalu tinggi, kelembaban mutlak memperlihatkan kisaran yang cukup rendah yaitu berkisar antara 70 siang hari – 95 malam dan pagi hari. Suhu di
bagian lembah berkisar antara 22 – 24 ºC dan di bagian puncak antara 18 – 24 ºC.
5.5. Aksesibilitas