Konsep Willingness To Pay

26 Rahmawati, 2003. Kesulitan yang menantang dalam wisata adalah penilaian dari biaya dan manfaatnya. Seperti halnya dengan hasil hutan lainnya pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Ada beberapa hal yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya. Kesempatan rekreasi tidak bertahan lama, artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang tidak dapat lagi diambil pada waktu mendatang. Selain itu, rekreasi harus dijual di tempat artinya konsumen yang harus datang ke tempat rekreasi Fauzi, 2004.

3.1.3. Konsep Willingness To Pay

Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut dengan keinginan untuk membayar WTP seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa dikonversikan ke dalam nilai ekonomi. Pendekatan kesediaan membayar juga digunakan untuk menilai manfaat intangible dari sumberdaya hutan yang tidak dapat dinilai secara kuantitatif oleh mekanisme pasar. Pada pelaksanaanya, pendekatan ini sama saja dengan pendugaan kurva permintaan yang menggambarkan besarnya keinginan membayar dari sekelompok konsumen pada berbagai tingkat manfaat intangible yang dikonsumsinya Darusman, 1991. Dalam penilaian manfaat rekreasi dari sumberdaya hutan, pendekatan kesediaan membayar dilakukan dengan pendugaan kurva permintaan yang menggambarkan kesediaan dari para pengunjung untuk 27 C Rp Q B O D E A l Qm membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk dapat menikmati suatu kegiatan rekreasi. Gambar 4. Kurva Permintaan Kunjungan Rekreasi Kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit sumberdaya yang dikonsumsi. Dalam kurva di atas, Ol merupakan i unit kunjungan dan OB merupakan biaya yang dibayar oleh orang yang mengambil manfaat kunjungan OQm konsumen j, sedangkan OD merupakan biaya kunjungan pengambil manfaat yang datang dari tempat terjauh konsumen marjinal. Menurut Lipsey et al 1995, surplus konsumen adalah perbedaan antara nilai jumlah yang diberikan konsumen terhadap seluruh unit barang dan jasa yang dikonsumsi untuk setiap komoditi dan jumlah yang harus dibayarkan untuk membeli sejumlah komoditi tersebut. Surplus konsumen muncul dikarenakan konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva permintaan dan garis harga atau dalam kurva jika jumlah kunjungan sebanyak Ol pada tingkat F 28 harga F maka surplus konsumen ditunjukkan oleh daerah DEF. Bila kunjungan sebanyak OQm maka surplus konsumen sebesar BAD. Jadi, dapat dikatakan bahwa surplus konsumen j sama dengan biaya perjalanan konsumen marjinal dikurangi biaya perjalanan konsumen j.

3.1.4. Ekonomi sebagai