0.01 Analysis of landslide hazard and risk in the upstream of Ciliwung Watershed and its relationship with spatial planning

73 berupa ladangtegalan belum berubah dari sebelumnya, dan peruntukkan lahan kawasan tanaman tahunan masih banyak yang berupa sawah belum berubah dari sebelumnya. Inkonsistensi ini diduga bisa disebabkan oleh ketidak-patuhan masyarakat terhadap pola ruang yang telah ditetapkan, seperti kawasan hutan menjadi kebun, atau belum berubahnya kondisi semula sebelum Perda ditetapkan terhadap keadaan aktual, seperti kawasan perkebunan yang saat ini masih berupa semak belukar, kawasan permukiman masih berupa ladangtegalan, atau tanaman tahunan masih berupa sawah. Untuk alasan yang kedua ini, maka perbedaan penggunaan lahan terhadap pola ruang tidak dianggap inkonsisten, karena belum mengalami perubahan dan RTRW berlaku hingga tahun 2025. Adapun kemungkinan adanya kesalahan pemerintah dalam memberikan ijin penggunaan lahan tidak terliput dalam penelitian ini. Tabel 30 menyajikan secara rinci konsisten dan inkonsistensi penggunaan lahan terhadap peruntukkan lahan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025, sedangkan Gambar 38 menyajikan persebaran spasialnya. Gambar 38 Peta konsistensi penggunaan lahan terhadap peruntukan lahan RTRW DAS Ciliwung Hulu Dari hasil overlay peta inkonsistensi terhadap peta administrasi, terlihat bahwa desa yang memiliki konsistensi tertinggi adalah Desa Sukamanah dengan persentase sekitar 99.89 terhadap luas total desa tersebut, diikuti oleh Desa Bojongmurni dengan persentase sekitar 98.89, dan kemudian Desa Pandansari dengan persentase sekitar 94.61 Gambar 38. Tingginya konsistensi penggunaan lahan terhadap peruntukkan lahan RTRW Kabupaten Bogor 2005- 2025 pada Desa Sukamanah dan Desa Pandansari, lebih disebabkan oleh penggunaan lahan di desa tersebut banyak berupa permukiman yang sesuai 74 dengan peruntukkan lahannya, yaitu sebagian besar untuk kawasan permukiman, sedangkan pada Desa Bojongmurni disebabkan oleh penggunaan lahan dominan berupa hutan yang sesuai dengan peruntukkannya, yaitu sebagian besar untuk kawasan hutan konservasi. Sebaliknya, desa yang memiliki ikonsistensi tertinggi adalah Desa Leuwimalang dengan persentase sekitar 58.85 terhadap luas total desa tersebut, diikuti oleh Desa Gadog dengan persentase sekitar 55.77, dan kemudian Desa Sukamaju dengan persentase sekitar 53.26 Gambar 39. Tingginya inkonsistensi penggunaan lahan terhadap peruntukkan lahan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 pada Desa Leuwimalang, Desa Gadog, dan Desa Sukamaju, disebabkan oleh peruntukkan lahan untuk permukiman perkotaan di desa tersebut masih berupa kebun, ladang tegalan, sawah, dan semak belukar. Gambar 39 Persentase inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTRW DAS Ciliwung Hulu inkonsisten, konsisten Untuk menanggulangi tingginya inkonsistensi ini, maka secara struktural tampaknya sangat diperlukan upaya-upaya atau tindakan untuk menegakkan kembali peraturan daerah yang telah dibuat pemerintah, seperti peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, serta sanksi.