0.27 Analysis of landslide hazard and risk in the upstream of Ciliwung Watershed and its relationship with spatial planning

63 Kedalaman Tanah Berdasarkan peta tanah dari Bappeda Kabupaten Bogor, dan hasil observasi lapangan, didapatkan bahwa kedalaman tanah di DAS Ciliwung Hulu rata-rata memiliki kedalaman tanah berkisar antara 60cm – 90cm dan lebih dari 90cm. Luasan kelas bahaya longsor berdasarkan kedalaman tanah disajikan pada Tabel 22 Tabel 22 Luas wilayah bahaya longsor berdasarkan kedalaman tanah Kedalaman Tanah Kelas Bahaya Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Luas ha Luas ha Luas ha Luas ha 90 cm 770.17 57.90 4 730.91 65.30 2 074.02

45.19 34.99

100.00 60 - 90 cm 560.04 42.10 2 514.51 34.70 2 516.03 54.81 Seperti terlihat pada Tabel 22 di atas, kelas bahaya longsor sangat tinggi di DAS Ciliwung Hulu hanya terjadi pada daerah yang memiliki kedalaman tanah lebih dari 90 cm dan hampir di tiap kelas bahaya longsor, sehingga luasan terbesar banyak terdapat pada kedalaman tanah lebih dari 90 cm. Jenis Batuan Permukaan Berdasarkan peta geologi, peta tanah, dan hasil observasi lapangan, jenis batuan permukaan di DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh material piroklastik. Luasan kelas bahaya longsor berdasarkan jenis batuan permukaan disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Luas wilayah bahaya longsor berdasarkan jenis batuan permukaan Jenis Batuan Permukaan Kelas Bahaya Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Luas ha Luas ha Luas ha Luas ha Piroklastik 1 287.76

96.81 7 145.25 98.62 4 590.05

100 34.99 100.00 Lava 42.45 3.19 100.17 1.38 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luasan terbesar untuk kelas bahaya longsor banyak terjadi pada jenis batuan permukaan piroklastik sesuai dengan dominasi material tersebut, sedangkan untuk kelas bahaya longsor sangat tinggi juga terjadi pada daerah yang memiliki jenis batuan permukaan piroklastik. Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu dalam penelitian ini dipilahkan menjadi hutan, kebun kebun teh, kebun campuran, ladangtegalan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tubuh air. Luasan kelas bahaya longsor berdasarkan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 24. Dari Tabel 24, terlihat bahwa kelas bahaya longsor sangat tinggi terjadi pada wilayah yang memiliki penggunaan lahan ladangtegalan 82.64 dan semak 64 belukar 17.36, sedangkan kelas bahaya longsor tinggi dengan luasan terbesar terjadi pada wilayah yang memiliki jenis penggunaan lahan hutan 75.13. Untuk kelas bahaya longsor sedang dengan luasan terbesar terjadi pada wilayah yang memiliki jenis penggunaan lahan kebun 32.01, adapun kelas bahaya longsor rendah dengan luasan terbesar terjadi pada wilayah yang memiliki jenis penggunaan lahan permukiman 63.44. Tabel 24 Luas wilayah bahaya longsor berdasarkan penggunaan lahan Penggunaan Lahan Kelas Bahaya Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Luas ha Luas ha Luas ha Luas ha Hutan 29.42 2.21 1 777.27 24.53 3 448.63 75.13 Kebun 227.84

17.13 2 319.29 32.01

239.78 5.22 LadangTegalan 169.59 12.75 1 858.52 25.65 635.91 13.85

28.92 82.64

Permukiman 843.82

63.44 636.08

8.78 Sawah 42.81 3.22 592.09 8.17 116.09 2.53 SemakBelukar 62.18 0.86 149.65 3.26 6.08 17.36 Tubuh Air 16.73 1.26 Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa untuk penggunaan lahan ladangtegalan dan semak belukar serta hutan, perlu mendapat perhatian utama untuk kewaspadaan longsor, meskipun tidak melupakan penggunaan lahan yang lain seperti di daerah permukiman. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor BPBD 2012, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan hasil survei lapangan yang dilakukan dalam penelitian, menunjukkan bahwa jumlah kejadian longsor di DAS Ciliwung Hulu tertinggi terjadi pada penggunaan lahan permukiman, kemudian disusul pada penggunaan lahan ladangtegalan, dan yang terakhir pada penggunaan lahan kebun. Hal ini memperlihatkan bahwa intervensi manusia berupa konversi lahan, terutama yang terkait dengan pemotongan lereng seperti yang sering terjadi pada lahan permukiman dan tegalan, perlu mendapat perhatian.

3. Hubungan bentuklahan landform dan bahaya longsor

Hubungan antara bentuklahan dengan bahaya longsor yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 25. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa bahaya longsor rendah banyak terdapat di kawasan lereng vulkanik bawah Gunung Pangrango 36.70, kelas bahaya sedang dan kelas tinggi banyak terdapat di kawasan pegunungan vulkano-denudasional Gunung Kencana berturut-turut 33.90 dan 35.27, sedangkan kelas bahaya sangat tinggi banyak terdapat di lembah vulkanik lereng tengah Gunung Pangrango 60.94.