37 Besarnya nilai kerentanan untuk penggunaan lahan dihitung dengan
menggunakan persamaan Savitri 2007 dan Ikqra 2012 sebagai berikut:
1
1 rj
n rj
n wj
Dimana : wj = nilai yang dinormalkan
n = jumlah kriteria k=1,2,3,……n
rj = posisi urutan kriteria
Tabel 13 Skor dan nilai kerentanan untuk penggunaan lahan
Penggunaan Lahan Skor
Nilai Kerentanan
Perairan 1
0.070 Hutan
2 0.130
Kebun, Ladangtegalan, semak belukar 3
0.200 Sawah
4 0.270
Permukiman 5
0.330
C. Penentuan Kelas Kerentanan
Dalam menentukan kelas kerentanan, nilai kerentanan dihitung terlebih dahulu, kemudian digunakan untuk menentukan nilai interval kelas berdasarkan
jumlah kelas yang ditentukan dengan menggunakan persamaan Dibyosaputro 1999:
Nilai interval kelas kerentanan = nilai tertinggi – nilai terendah jumlah kelas
Dalam penelitian ini, peta kerentanan dikelompokkan ke dalam 5 lima kelas kerentanan, yaitu: i sangat rendah zona kelas kerentanan sangat rendah;
ii rendah zona kelas kerentanan rendah; iii sedang zona kelas kerentanan menengah; iv tinggi zona kelas kerentanan tinggi; dan v sangat tinggi zona
tingkat kerentanan sangat tinggi. Dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka perhitungan nilai interval kelas kerentanan adalah sebagai berikut:
Nilai interval kelas kerentanan = 0.816 – 0.240 = 0.115 5
Klasifikasi kelas kerentanan berdasarkan nilai interval kelas, disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Klasifikasi kelas kerentanan
Kelas Kerentanan Nilai
Keterangan
1 0.355
Kerentanan sangat rendah 2
0.355 – 0.470 Kerentanan rendah
3 0.470 – 0.585
Kerentanan sedang 4
0.585 – 0.701 Kerentanan tinggi
5 0.816
Kerentanan sangat tinggi
Tahapan pembuatan peta kerentanan dapat dilihat pada diagram alir tahapan penelitian Gambar 8 terdahulu.
38
Pembuatan Peta Kapasitas
Sama halnya dengan peta kerentanan, peta kapasitas digunakan untuk menganalisis dan memetakan risiko longsor di daerah penelitian. Pembuatan peta
kapasitas dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk lokal melalui kuesioner dan Pemerintah Daerah terkait. Kategori isi
kuesioner, komponen responden, serta bobot tiap komponen dapat dilihat pada Tabel 15, sedangkan tahapan pembuatan peta kapasitas dapat dilihat pada diagram
alir penelitian Gambar 8 terdahulu. Tabel 15 Kategori isi kuesioner dan bobot untuk masing-masing komponen
responden
Komponen Bobot
Kategori Nilai
Kelas Bobot
Nilai 1
2 3
4 5
6
Pemerintah Daerah
50 Program penanggulangan
bencana 0.2
33.33 3.33
0.4 6.67
0.6 10.00
0.8 13.33
1 16.67
Pendanaan kebencanaan 0.2
33.33 3.33
0.4 6.67
0.6 10.00
0.8 13.33
1 16.67
Pelatihan kebencanaan 0.2
33.33 3.33
0.4 6.67
0.6 10.00
0.8 13.33
1 16.67
Masyarakat 50
Pengetahuan mengenai kebencanaan
0.2 33.33
3.33 0.4
6.67 0.6
10.00 0.8
13.33 1
16.67 Pengalaman mengenai
kebencanaan 0.2
33.33 3.33
0.4 6.67
0.6 10.00
0.8 13.33
1 16.67
Pelatihan kebencanaan 0.2
33.33 3.33
0.4 6.67
0.6 10.00
0.8 13.33
1 16.67
Pada Tabel 15, pemberian bobot pada kolom 2 untuk komponen Pemerintah Daerah dan Masyarakat adalah sama besar yaitu 50, hal ini didasari oleh
samanya nilai kepentingan baik dari sisi Pemerintah Daerah maupun masyarakat dalam menciptakan tingkat kapasitas wilayah untuk menghadapi bencana longsor.
Demikian pula dengan pemberian bobot untuk masing-masing kategori kolom 5,
39 dimana setiap kategori memiliki nilai kepentingan yang sama, oleh karena itu
pemberian bobot pada masing-masing kategori pun sama 33.33. Penentuan nilai kelas kolom 4 dihitung berdasarkan nilai urutan kelas dibagi dengan nilai urutan
kelas maksimum. Adapun Nilai pada kolom 6 diperoleh dengan mengalikan kolom 2, kolom 4, dan kolom 5.
Untuk penentuan kelas kapasitas terlebih dahulu ditentukan nilai interval kelas kapasitas berdasarkan jumlah kelas yang ditentukan dengan menggunakan
persamaan Dibyosaputro 1999: Nilai interval kelas kapasitas = nilai tertinggi – nilai terendah
Jumlah kelas Dalam penelitian ini, peta kapasitas dikelompokkan ke dalam 5 lima kelas
kapasitas, diantaranya: i sangat rendah zona kelas kapasitas sangat rendah; ii rendah zona kelas kapasitas rendah; iii sedang zona kelas kapasitas
menengah; iv tinggi zona kelas kapasitas tinggi; dan v sangat tinggi zona kelas kapasitas sangat tinggi. Dengan menggunakan persamaan tersebut di atas
maka perhitungan nilai interval kelas kapasitas adalah sebagai berikut: Nilai interval kelas kapasitas =
100 – 20 =
16 5
Klasifikasi kelas kapasitas berdasarkan nilai interval kelas, disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Klasifikasi kelas kapasitas
Kelas Kapasitas Nilai
Keterangan
1 36
Kapasitas sangat rendah 2
36 – 52 Kapasitas rendah
3 52 – 68
Kapasitas sedang 4
68 – 84 Kapasitas tinggi
5 84
Kapasitas sangat tinggi
Pembuatan Peta Konsistensi Penggunaan Lahan
Data yang digunakan dalam pembuatan peta konsistensi penggunaan lahan, meliputi peta Pola Ruang RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 dan peta
Penggunaan Lahan Bappeda Kabupaten Bogor Tahun 2010. Operasi tumpang tindih dengan Sistem Informasi Geografis SIG kemudian dilakukan untuk
memperoleh matriks antara penggunaan lahan yang terjadi terhadap pola ruang. Analisis konsistensi kesesuaian isi pada matriks yang dihasilkan, harus
memperhatikan definisi peruntukan lahan pada RTRW 2005-2025 sehingga dapat dihindari kesalahan dalam analisis. Tahapan pembuatan peta konsistensi dapat
dilihat pada diagram alir tahapan penelitian Gambar 8 terdahulu.