58.68 Analysis of landslide hazard and risk in the upstream of Ciliwung Watershed and its relationship with spatial planning

74 dengan peruntukkan lahannya, yaitu sebagian besar untuk kawasan permukiman, sedangkan pada Desa Bojongmurni disebabkan oleh penggunaan lahan dominan berupa hutan yang sesuai dengan peruntukkannya, yaitu sebagian besar untuk kawasan hutan konservasi. Sebaliknya, desa yang memiliki ikonsistensi tertinggi adalah Desa Leuwimalang dengan persentase sekitar 58.85 terhadap luas total desa tersebut, diikuti oleh Desa Gadog dengan persentase sekitar 55.77, dan kemudian Desa Sukamaju dengan persentase sekitar 53.26 Gambar 39. Tingginya inkonsistensi penggunaan lahan terhadap peruntukkan lahan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 pada Desa Leuwimalang, Desa Gadog, dan Desa Sukamaju, disebabkan oleh peruntukkan lahan untuk permukiman perkotaan di desa tersebut masih berupa kebun, ladang tegalan, sawah, dan semak belukar. Gambar 39 Persentase inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTRW DAS Ciliwung Hulu inkonsisten, konsisten Untuk menanggulangi tingginya inkonsistensi ini, maka secara struktural tampaknya sangat diperlukan upaya-upaya atau tindakan untuk menegakkan kembali peraturan daerah yang telah dibuat pemerintah, seperti peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, serta sanksi. 75 Tabel 30 Penggunaan lahan yang konsisten dan tidak konsisten terhadap RTRW RTRW Luas Ha Land Use Kawasan Hutan Konservasi Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Produksi Kawasan Perkebunan Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Jarang Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Rendah Hutan 1794,75 75,38 2938,22 60,88 12,33 41,32 36,46 2,40 Kebun 385,43 16,19 1072,07 22,21 17,26 57,87 619,69 40,84 66,92 19,94 36,23 11,84 LadangTegalan 74,30 3,12 430,04 8,91 555,56 36,61 102,49 30,54 65,15 21,30 Permukiman 21,70 0,91 105,18 2,18 0,24 0,81 118,34 7,80 106,05 31,60 125,74 41,10 Sawah 9,83 0,41 19,82 0,41 41,59 2,74 52,24 15,57 76,53 25,01 SemakBelukar 94,96 3,99 260,43 5,40 145,65 9,60 7,73 2,30 2,13 0,69 Tubuh Air 0,05 0,002 0,48 0,01 0,22 0,01 0,12 0,03 0,18 0,06 Jumlah 2381,03 4826,24 29,83 1517,51 335,54 305,96 Prosentase 18,33 100,00 37,15 100,00 0,23 100,00 11,68 100,00 2,58 100,00 2,36 100,00 RTRW Luas Ha Land Use Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Rendah Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Sedang Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Tanaman Tahunan Hutan 5,17 0,28 1,68 1,02 Kebun 117,72 11,94 55,17 9,22 344,14 18,64 13,33 8,10 LadangTegalan 313,13 31,76 186,30 31,13 822,33 44,54 100,54 61,13 Permukiman 459,45 46,60 293,11 48,98 285,34 15,45 8,72 5,30 Sawah 90,28 9,16 61,50 10,28 351,27 19,02 37,55 22,83 SemakBelukar 5,35 0,54 1,48 0,25 36,39 1,97 2,64 1,61 Tubuh Air 0,02 0,002 0,81 0,13 1,77 0,10 Jumlah 985,95 598,37 1846,40 164,45 Prosentase 7,59 100,00 4,61 100,00 14,21 100,00 1,27 100,00 Pengunaan lahan yang konsisten terhadap RTRW Pengunaan lahan yang tidak konsisten terhadap RTRW 76 Arahan Penataan Ruang Rumusan arahan penataan ruang sebagai upaya untuk menekan dampak dari bencana longsor dianalisis dengan melihat keterkaitan antara penataan ruang dengan sebaran daerah bahaya longsor, pola penggunaan lahan, dan sebaran daerah risiko longsor. Arahan penataan ruang tersebut yang dapat diusulkan kepada Pemerintah Daerah setempat meliputi tiga aspek, yaitu arahan untuk perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Keterkaitan antara Penataan Ruang dengan Sebaran Daerah Bahaya Longsor Keterkaitan ini dapat digambarkan berdasarkan hasil operasi tumpang tindih SIG antara peta bahaya longsor dengan peta rencana pola ruang RTRW. Berdasarkan hasil tumpang tindih tersebut Tabel 31 dapat diketahui bahwa peruntukkan lahan yang dialokasikan dalam peta pola ruang RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 berada dalam kelas bahaya longsor rendah sampai dengan sangat tinggi. Beberapa peruntukan-peruntukan lahan yang banyak dihuni atau untuk aktivitas manusia berada pada kelas bahaya longsor sedang sampai dengan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pola ruang RTRW Kabupaten Bogor 2005- 2025 sepertinya belum mempertimbangkan sebaran daerah bahaya longsor di antaranya dapat dilihat dari fakta-fakta berikut: - Peruntukan kawasan permukiman berada di kelas bahaya sedang ±1 335.29 ha dan tinggi ±160.40 ha. Kawasan permukiman yang berada di kelas bahaya sedang hampir tersebar di seluruh desa yang ada di DAS Ciliwung Hulu kecuali Desa Bojong Murni dan Desa Kuta. Adapun kawasan permukiman yang berada di kelas bahaya tinggi tersebar di Desa Batu Layang, Cibeureum, Cipayung Datar, Leuwimalang, Citeko, Kopo, Gadog, Sukagalih, Sukakarya, Sukamaju, Sukamanah, Sukaresmi, Tugu Utara - Peruntukkan kawasan pertanian lahan kering berada di kelas bahaya tinggi ±166.49 ha dan sangat tinggi ±10.98 ha. Kawasan pertanian lahan kering yang berada di kelas bahaya tinggi tersebar di Desa Cilember, Cipayung Datar, Citeko, Gadog, Kopo, Kuta, Sukagalih, Sukakarya, Sukamaju, Sukaresmi, dan Tugu Utara, sedangkan kawasan pertanian lahan kering berada di kelas bahaya sangat tinggi ±10.98 ha tersebar di Desa Sukagalih dan Sukaresmi. - Peruntukan kawasan tanaman tahunan berada di kelas bahaya tinggi ±47.90 Ha dan sangat tinggi ±3.10 ha. Kawasan tanaman tahunan yang berada di kelas bahaya tinggi tersebar di Desa Cilember, Jogjogan, Megamendung, Sukagalih, Sukaresmi, sedangkan kawasan pertanian lahan kering yang berada di kelas bahaya sangat tinggi tersebar di Desa Sukagalih dan Sukaresmi. 77 Tabel 31 Luas desakelurahan pada Peruntukkan lahan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025 berdasarkan kelas bahaya longsor Peruntukkan Lahan RTRWDesa Luas Kelas Bahaya ha Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kawasan Hutan Konservasi

2.63 832.73

1 547.51 11.52 Bojong Murni 153.80 754.18 1.03 Cibeureum 100.79 296.15 Citeko 2.50 176.75 3.72 Kuta 0.13 174.37 51.40 Sukagalih 99.43 46.93 10.30 Sukaresmi 32.88 28.56 0.19 Tugu Selatan 94.71 331.36 Tugu Utara 35.20 Kawasan Hutan Lindung 114.10 2 428.62 2 276.35 7.68 Batu Layang 9.12 73.70 18.47 Cibeureum 61.98 135.52 Cilember 2.49 34.68 8.20 cipayung Girang 6.58 53.16 Jogjogan 0.43 31.09 6.83 Megamendung 41.13 1 179.69 1 061.93 Tugu Selatan 5.03 430.18 804.73 0.80 Tugu Utara 49.31 564.14 240.65 6.88 Kawasan Hutan Produksi 27.49 2.35 Megamendung 27.49 2.35 Kawasan Perkebunan 133.22 1 094.38 288.40 1.68 Bojong Murni 3.95 4.70 1.68 Cibeureum 5.18 148.09 62.12 Citeko 104.63 16.03 Kopo 20.53 118.51 111.73 Kuta 13.10 185.21 13.80 Sukagalih 3.96 30.39 10.19 Sukakarya 21.38 92.47 25.40 Sukaresmi 4.04 Tugu Selatan 66.72 353.00 35.92 Tugu Utara 2.35 54.10 8.50 Kawasan Tanaman Tahunan 4.13 109.32 47.90 3.10 Cilember 2.44 22.97 1.73 Jogjogan 1.70 32.43 1.19 Megamendung 17.06 6.66 Sukagalih 36.05 30.76 2.65 Sukaresmi 0.80 7.57 0.45 Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Jarang

87.97 200.20

47.37 Batu Layang 4.93 34.33 1.61 Cibeureum 71.71 52.43 6.16 Cipayung Datar 2.22 Cisarua 0.08 0.36 Gadog 0.01 15.17 0.12 Jogjogan 0.05 Sukagalih 2.43 4.19 Sukakarya 40.63 15.17 Sukamaju 0.01 0.13 Sukamanah 6.61 19.62 11.72 Sukaresmi 27.72 6.82 Tugu Selatan 4.63 Tugu Utara 5.23 1.47 78 Tabel 31 Lanjutan Peruntukkan Lahan RTRWDesa Luas Kelas Bahaya ha Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Kawasan Permukiman Perdesaan H Rendah

98.65 207.31

Batu Layang 24.13 42.44 Cilember 24.95 82.37 Cipayung Datar 1.94 8.50 cipayung Girang 17.66 12.86 Cisarua 0.57 Gadog 0.28 0.95 Jogjogan 9.66 36.17 Megamendung 5.88 7.20 Tugu Utara 14.15 16.26 Kawasan Permukiman Perkotaan H Rendah 349.75 569.47 66.72 Batu Layang 9.80 11.26 0.20 Cibeureum 39.93 9.61 Cipayung Datar 2.60 14.09 0.86 Cisarua 144.45 45.41 Citeko 35.24 58.95 12.99 Gadog 7.55 90.06 12.33 Jogjogan 0.72 Kopo 18.30 105.55 22.60 Leuwimalang 16.67 2.63 Sukakarya 0.91 12.03 7.71 Sukamaju 10.24 27.21 7.83 Sukamanah 0.04 Tugu Selatan 55.62 127.39 Tugu Utara 8.44 64.52 2.19 Kawasan Permukiman Perkotaan H Sedang 193.77 358.30 46.30 Cilember 13.55 11.54 Cipayung Datar 68.33 119.77 3.74 cipayung Girang 50.50 7.58 Cisarua 13.13 36.22 Gadog 1.59 0.15 Jogjogan 0.50 0.38 Kopo 18.48 84.64 30.10 Leuwimalang 27.24 75.70 11.81 Pandansari 4.48 Tugu Utara 2.04 16.39 0.50 Kawasan Pertanian Lahan Kering 324.25 1 344.70 166.49 10.98 Batu Layang 6.23 36.08 Bojong Murni 0.01 Cibeureum 43.49 84.04 Cilember 12.20 67.22 6.81 Cipayung Datar 118.22 307.20 8.31 cipayung Girang 9.19 31.44 Citeko 13.50 144.59 14.77 Gadog 13.79 7.81 Jogjogan 14.11 99.73 Kopo 6.23 79.45 34.71 Kuta 7.18 98.29 5.20 Megamendung 0.09 Sukagalih 7.52 98.64 24.43 1.08 Sukakarya 21.38 153.27 38.07 Sukamaju 2.79 22.02 3.69 Sukaresmi 10.00 12.61 9.90 Tugu Selatan 62.20 57.35 Tugu Utara 0.00 41.47 10.07 79 Kondisi demikian menunjukkan bahwa peruntukkan ruang yang berada di dalam kelas bahaya longsor sedang sampai dengan sangat tinggi dapat menyebabkan tingginya tingkat risiko longsor yang dapat menimbulkan bencana karena memberikan kerugian baik kerugian fisik, harta benda, maupun jiwakematian. Untuk itu sebagai upaya menekan dampak kerugian akibat bencana longsor ini, maka arahan peruntukkan ruang pola ruang yang dapat diusulkan kepada Pemerintah Daerah setempat dengan memperhitungkan sebaran daerah bahaya longsor Tabel 32 adalah sebagai berikut: Tabel 32 Arahan peruntukkan ruang RTRW berdasarkan daerah bahaya longsor Peruntukkan Lahan sesuai RTRW Tingkat Bahaya Tinggi dan Sangat Tinggi Sedang Rendah A B C A B C A B C Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Konservasi Kawasan Hutan Produksi Kawasan Perkebunan Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Tanaman Tahunan Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Jarang Kawasan Permukiman Perdesaan Hunian Rendah Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Rendah Kawasan Permukiman Perkotaan Hunian Sedang Keterangan: Tipe A: daerah lereng bukitlereng perbukitan, lereng gununglereng pegunungantebing sungai kemiringan di atas 45. Tipe B: daerah kaki bukitkaki perbukitan, kaki gunung kaki pegunungan, tebing sungai kemiringan 15 s.d. 45. Tipe C: daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran, tebing sungai, atau lembah sungai kemiringan 0 s.d. 15. Tidak layak untuk dibangun penggalian dan pemotongan lereng harus dihindari Dapat dibangun dengan syarat Boleh dibangun 1. Peruntukan ruang pada tingkat bahaya tinggi sampai dengan sangat tinggi diutamakan sebagai kawasan hutan lindung. Kegiatan budidaya yang memberikan dampak signifikan pada fungsi lindungnya seperti perkebunan, pertanian lahan kering, dan tanaman tahunan tidak diperbolehkan berada pada zona dengan kemiringan lereng 45, sedangkan pada zona dengan kemiringan lereng 45 dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Namun demikian kegiatan penggunaan lahan yang bersifat fisik permukiman yang merubahmemotong lereng sama sekali tidak diperbolehkan. 2. Peruntukan ruang pada tingkat bahaya sedang diutamakan sebagai kawasan hutan lindung. Sama halnya dengan peruntukan ruang pada tingkat bahaya tinggi, kegiatan budidaya perkebunan, pertanian lahan kering dan tanaman tahunan pada tingkat bahaya sedang yang sifatnya juga memberikan dampak signifikan pada fungsi lindungnya tidak diperbolehkan berada pada zona dengan kemiringan lereng 45. sedangkan pada zona dengan kemiringan lereng 45 dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Peruntukkan ruang untuk kawasan permukiman perdesaan pada kemiringan lereng 15 dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan tertentu seperti