21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi 24 Kecamatan Gambar 5, pada bulan
Juli sampai dengan September 2009.
Gambar 5 Wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Sumbawa.
3.3 Sumber Data dan Instrumen
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi sekunder yang telah ada di berbagai instansi sumber baik di tingkat daerah
maupun tingkat nasional. Peta Zona Agroekologi skala 1:250.000 diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
BBSDLP Bogor, Peta Administrasi dan Peta Penggunaan Lahan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Sumbawa.
Sedangkan data-data tabular sosial ekonomi diperoleh dari Bappeda, BPS, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sedangkan data primer berupa kondisi
lapangan dikumpulkan dengan metode survei langsung di lapang. Responden expert dalam penentuan prioritas dipilih secara purposive
sampling dengan pertimbangan expert yang dipilih merupakan pihak yang cukup berperan penting dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Sumbawa.
22 Expert yang dimaksud berjumlah dua puluh lima responden yang terdiri atas
Kepala dan Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Kepala Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Kepala Bidang PPS dan Kepala
Bidang Ekonomi Badan Perencaanaan Pembangunan, satu orang pimpinan DPRD, satu orang pengusaha, dan delapan belas orang petani dari tujuh belas
kecamatan yang berpotensi untuk dikembangkan. Instrumen pendukung dalam penelitian berupa seperangkat komputer
dengan software ArcGIS ver. 9.3, Expert Choice 2000, Microsoft Word, dan Microsoft Excel, serta daftar pertanyaan kuesioner.
3.4 Metode Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh baik melalui studi primer maupun sekunder selanjutnya dianalisis berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kriteria data
yang diperlukan seperti tertuang dalam Tabel 1. Tabel 1 Matriks hubungan tujuan penelitian, metode analisis, data
yang diperlukan, sumber data, dan output
No. Tujuan
Penelitian Metode
Analisis Data yang
diperlukan Sumber Data
Output 1.
Menentukan komoditas
unggulan daerah
LQ Tipologi
Klassen Produktivitas,
produksi, dan harga komoditas
pertanian Sumbawa dan
NTB dalam angka Dinas Pertanian
NTB dan Kab. Sumbawa
Alternatif komoditas
unggulan daerah
2. Menentukan
prioritas komoditas
unggulan AHP
Persepsi Wawancara
Prioritas komoditas
unggulan daerah
3. Memetakan
wilayah pengembangan
Spasial tematik
Produksi saat ini, preferensi dalam
AHP Dinas Pertanian
Kab. Sumbawa, wawancara
Wilayah pengembangan
komoditas unggulan
4. Merumuskan
arahan strategis pengembangan
Proyeksi konsumsi
Analisis spasial
Deskriptif Konsumsi
perkapita, jumlah penduduk
Keragaan biofisik wilayah
Kondisi lapangan SUSENAS 2007
Peta ZAE, Peta Administrasi, land
use RPJPRPJM,
Renstra Arahan strategis
pengembangan
23 Berbagai metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Location Quotient LQ, Tipologi Klassen, proses hirarki analitik PHA, analisis spasial, dan analisis deskriptif.
3.4.1 Location Quotient Analisis Location Quotient LQ digunakan untuk melihat indikasi komoditas
basis di Kabupaten Sumbawa. Rumayar et al. 2005 menyatakan bahwa LQ digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas merupakan komoditas
basis atau nonbasis atau suatu komoditas mempunyai keunggulan komparatif atau tidak. Untuk komoditas berbasis lahan perhitungan LQ didasarkan pada
areal tanampanen, produksi, atau produktivitas Hendayana 2003. Dalam penelitian ini LQ dihitung berbasis produksi masing-masing komoditas dengan
formula:
�� = � �
.
�
.
�
..
Dimana:
�
= produksi komoditas j di Kabupaten Sumbawa
�
.
= total produksi komoditas yang diuji di Kabupaten Sumbawa
�
.
= produksi komoditas j di NTB
�
..
= total produksi komoditas yang diuji di NTB Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama
dengan satu sampai lebih besar dari angka satu 1 ≤ LQ 1. Besaran nilai LQ menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi komoditas tersebut di
wilayah Kabupaten Sumbawa terhadap wilayah referensiacuan Nusa Tenggara Barat. Interpretasi nilai LQ adalah:
LQ 1; Indikasi komoditas tersebut menjadi basis karena produksinya terkonsentrasi secara relatif di Kabupaten Sumbawa.
LQ = 1; Indikasi komoditas tersebut secara relatif sama atau peluang usahanya menyebar secara merata di seluruh wilayah NTB.
LQ 1; Indikasi komoditas tersebut di Kabupaten Sumbawa masih relatif lebih kecil dari pengusahaan rata-rata NTB.
24 3.4.2 Analisis Tipologi Klassen
Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, subsektor, usaha, atau komoditas prioritas atau
unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang
menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih
tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi
pembentuk variabel regional suatu daerah Widodo 2006. Indikator atau kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
ekonomi yang diapresiasi dengan harga komoditas di pasar keunggulan kompetitif dan produktivitas masing-masing komoditas keunggulan komparatif
baik di tingkat Kabupaten Sumbawa maupun Nusa Tenggara Barat. Matriks klasifikasi kriteria dalam Tipologi Klassen disajikan ke dalam empat klasifikasi
Syafa ’at dan Priyatno 2000. Empat klasifikasi tipologi Klassen tersebut disajikan
dalam Tabel 2. Tabel 2 Matriks tipologi Klassen penentuan komoditas
unggulan daerah Kabupaten Sumbawa Nilai Ekonomi
Produktivitas P
sbw
≥ P
ntb
P
sbw
P
ntb
W
sbw
≥ W
ntb
Komoditas Unggulan
Komoditas Berkembang
W
sbw
W
ntb
Komoditas Potensial
Komoditas Inferior
dimana: P
sbw
= estimasi nilai ekonomi komoditas i di Kabupaten Sumbawa P
ntb
= estimasi nilai ekonomi komoditas i di daerah acuan NTB W
sbw
= produktivitas komoditas i di Kabupaten Sumbawa W
ntb
= produktivitas komoditas i di daerah acuan NTB
25 Klasifikasi dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa kuadran I merupakan
komoditas unggulan dengan indikator estimasi nilai ekonomi dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah acuan NTB. Kuadran II sebagai
komoditas berkembang spesifik lokasi dengan indikator estimasi nilai ekonomi lebih rendah tapi produktivitasnya lebih tinggi. Kuadran III sebagai komoditas
potensial dengan indikator estimasi nilai ekonomi lebih tinggi tetapi produktivitasnya lebih rendah. Sedangkan kuadran IV merupakan komoditas
inferior dengan indikator estimasi nilai ekonomi dan produktifivas yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah acuan NTB.
3.4.3 Proses Hirarki Analitik PHA Skala prioritas dari berbagai komoditas unggulan perlu ditentukan untuk
memudahkan pengambilan kebijakan berdasarkan preferensi berbagai pihak. Kriteria-kriteria yang berpengaruh disintesis dalam hirarki. Analisis yang
dipergunakan adalah proses hirarki analitik PHA atau yang biasa dikenal dengan the analytic hierarchy process AHP. Menurut Firdaus dan Farid 2008,
AHP digunakan pada kondisi dimana terdapat proses pengambilan keputusan secara kompleks yang melibatkan berbagai kriteria, seperti prioritas diantara
beberapa alternatif kebijakan dan sasaran. Prasyarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan analisis ini adalah pihak yang akan memberikan penilaian
terhadap tingkat kepentingan faktor yang dianalisis harus yang benar-benar memahami situasi yang sedang ditelaah.
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terukur menjadi bagian-bagian, serta menata dalam suatu hierarki. Tingkat
kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain untuk kemudian ditetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan
berperan untuk memperngaruhi hasil pada sistem tersebut. Menurut Saaty 1993, ada tiga prinsip dasar proses hirarki analitik yaitu:
1. Menyusun hirarki dengan mengurai berbagai persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah.
2. Penetapan prioritas dengan memberikan bobot pada kriteria-kriteria secara relatif terhadap kriteria lainnya.
3. Konsistensi logis, yaitu menjamin pengelompokan kriteria ke dalam hirarki yang logis.
26 Hierarki dalam penentuan prioritas komoditas unggulan Kabupaten
Sumbawa disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6 Hirarki penentuan prioritas komoditas unggulan. Kriteria-kriteria yang mempengaruhi suatu komoditas lebih penting untuk
diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain adalah: Lahan: tingkat kesesuaian yang optimal
Nilai tambah: banyaknya peluang memberikan manfaat lainnya Pasar: tingginya peluang permintaaan pasar yang ada
Modal: relatif kecil diperlukan untuk berproduksi Preferensi: lebih disenangi untuk diusahakan
Sedangkan berbagai alternatif komoditas didapatkan dari hasil analisis tipologi Klassen yang masuk ke dalam kategori di kuadran I. Expert yang telah
ditentukan secara purposive memberikan pertimbangan judgment seberapa penting satu kriteria atau satu alternatif terhadap lainnya dalam perbandingan
berpasangan pairwise comparison melalui kuesioner yang diajukan.
3.4.4 Analisis spasial Tingkat produksi masing-masing komoditas pada saat ini menjadi acuan
untuk mengetahui sebaran wilayah pengembangan. Dengan menggunakan perangkat sistem informasi geografis, wilayah pengembangan dideliniasi
mengikuti batas wilayah administrasi kecamatan dan disajikan secara tematik. Menentukan Prioritas
Komoditas Unggulan
Lahan Nilai
Tambah Pasar
Modal Preferensi
Kriteria
Alternatif Tujuan
Komoditas A
Komoditas B
Komoditas C
Komoditas D
Komoditas E
27 Wilayah-wilayah tersebut terlebih dahulu dilihat tingkat kesesuaiannya
untuk pengembangan komoditas dalam peta zona agroekologi ZAE yang di- overlay dengan peta administrasi Kabupaten Sumbawa. Hasil overlay juga
dipadukan dengan kondisi eksisting penggunaan lahan land use berdasarkan citra landsat. Dengan melakukan extract akan didapatkan wilayah-wilayah mana
yang cocok untuk pengembangan komoditas unggulan tersebut sesuai potensi sumberdaya.
3.4.5 Proyeksi Konsumsi Proyeksi konsumsi dihitung untuk mengestimasi tingkat permintaan pasar.
Tingkat konsumsi komoditas perkapita dari data SUSENAS 2007 dikalikan dengan proyeksi jumlah penduduk NTB tahun 2025 yang telah dianalisis oleh
BPS. Proyeksi kebutuhan konsumsi tersebut dibandingkan dengan kemampuan produksi yang ada saat ini juga terhadap kebutuhan areal lahan untuk
berproduksi berdasarkan produktivitas. Kekurangan ataupun kelebihan produksi akan
berimplikasi terhadap
wilayah pengembangan
komoditas yang
direkomendasikan.
3.4.6 Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif digunakan
untuk menjelaskan,
menguraikan, menggambarkan, menganalisis, mensintesis, dan menjabarkan fenomena-
fenomena yang diperoleh dari hasil analisis sebelumnya, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih objektif terhadap keadaan yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, analisis deskriptif merupakan penjabaran dari berbagai kondisi lapangan dikaitkan dengan hasil analisis yang dilakukan sebelumnya.
Implikasi dari penentuan prioritas, wilayah pengembangan, maupun berbagai kendala lapangan dideskripsikan untuk merumuskan strategi yang
dapat diterapkan sebagai upaya pengembangan sektor pertanian. Berbagai program dalam RPJPRPJM maupun rencana strategis daerah sektor pertanian
juga menjadi rujukan dalam penyusunan strategi tersebut.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN