Permintaan dan Penawaran Komoditas

10 pengolahan, adakalanya disebut dengan agroindustri, 4 subsistem perdagangan atau tata niaga hasil, dan 5 subsistem jasa pendukung berupa kegiatan penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan, serta kebijakan makro Syahyuti 2006. Premis dasar paradigma agribisnis adalah usaha pertanian haruslah bersifat profit oriented. Dengan demikian, pasar berperan besar dalam menentukan keberhasilan agribisnis. Berbicara tentang pasar, dalam era globalisasi dan perdagangan bebas tentunya produk yang akan dipasarkan perlu mempunyai daya saing tinggi, dan perlu mempunyai keunggulan kompetitif. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep keunggulan kompetitif merupakan konsep yang menekankan pada kedinamikaan pelaku ekonomi dalam menembus pasar melalui inovasi dan pengembangan proses kreativitas lainnya. Melalui proses tersebut, hal-hal yang ketinggalan zaman harus segera diganti dengan hal-hal baru yang lebih baik, lebih murah, lebih disukai dan lebih bermanfaat Siahaan 2003.

2.1.3 Permintaan dan Penawaran Komoditas

Permintaan demand merupakan keinginan dan kebutuhan pembeli atau konsumen terhadap suatu produk dalam jumlah tertentu pada berbagai tingkat selama periode tertentu. Secara spesifik, permintaan komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli berdasarkan harga yang sudah ditentukan oleh produsen. Hukum dasar permintaan mengindikasikan bahwa bila harga suatu komoditas naik dan faktor lain tetap maka jumlah komoditas yang diminta akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dapat dirumuskan secara matematis dan sederhana sebagai berikut Rahim dan Hastuti 2008: D = f Px, Py, I, T, N, Q, EsP Dimana: D : Permintaan akan komoditas produk Px : Harga komoditas itu sendiri Py : Harga komoditas lain substitusi dan komplementer I : Pendapatan T : Selerakebiasaan 11 N : Jumlah penduduk Q : Kualitas komoditas EsP : Perkiraan harga di masa mendatang Penawaran dalam pertanian merupakan banyaknya komoditas pertanian yang disediakan atau ditawarkan oleh berbagai produsen di suatu daerah. Hubungan antara harga dengan jumlah yang ditawarkan atau sering disebut hukum penawaran, menyebutkan bahwa makin tinggi harga suatu barang semakin banyak pula jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh produsen. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dirumuskan secara matematis sebagai berikut Rahim dan Hastuti 2008: S = f Pi, Ppl, T, Nlp, Hpro dimana: S : Penawaran akan komoditas pertanian Pi : Harga input Ppl : Harga komoditas lain T : Teknologi Nlp : Jumlah lembaga pemasaran Hpro : Harapan produsen terhadap harga komoditas di masa datang 2.1.4 Zona Agroekologi ZAE Zona Agroekologi ZAE merupakan salah satu cara dalam menata penggunaan lahan melalui pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan sifat dan kondisi wilayah. Pengelompokan bertujuan untuk menetapkan area pertanaman dan komoditas potensial, berskala ekonomi, dan tertata dengan baik agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan. Komponen utama dalam penetapan ZAE adalah kondisi biofisik lahan kelerengan, kedalaman tanah, dan elevasi, iklim curah hujan, kelembaban, dan suhu, dan persayaratan tumbuh tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimum Syafruddin et al. 2004. Agroekologi didefinisikan sebagai penerapan konsep- konsep dan prinsip-prinsip ekologi dalam membentuk dan mengatur agroekosistem yang berkelanjutan Gliessman 2004. Secara spesifik dikatakan bahwa agroekologi menggambarkan interaksi diantara tanaman, hewan, manusia, dan lingkungan dalam suatu sistem pertanian Dalgaard et al. 2003. 12 Dengan demikian, dalam pengembangan pertanian diperlukan suatu strategi yang didasarkan pada kemampuan lahan carrying capacity suatu wilayah untuk mewujudkan pertumbuhan growth, keseimbangan equity, dan berkelanjutan sustainability. Fauzi 2006 menjelaskan bahwa pengukuran carrying capacity didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhanaktifitas dan pertumbuhan yang terus menerus akan menimbulkan kompetisi terhadap ruang sampai daya dukung lingkungan tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan. Kondisi tersebut mengharuskan adanya sistem pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan sustainable agriculture merupakan pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam Reijntjes et al. 2006. Sistem pertanian berkelanjutan harus mengatur atau meningkatkan produktivitas biologis dan ekonomis. Produktivitas biologis dibutuhkan untuk pemenuhan konsumsi pangan individu dan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan produktivitas ekonomis dibutuhkan untuk peningkatan pendapatan petani Edwards et al. 1993. Melalui pendekatan zona agroekologi, pemanfaatan potensi lahan dapat diidentifikasi dengan cepat dan lebih tepat. Dengan dikelompokkannya variasi lahan ke dalam satuan-satuan unit lahan berdasarkan keadaan lahan, hidrologi, dan iklim, maka hasil inventarisasi sumberdaya lahan akan lebih mudah dipahami oleh pengguna. Dengan demikian, informasi ZAE juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai sumberdaya lahan sebagai dasar untuk perencanaan penggunaan lahan, perencanaan pengembangan pertanian atau manajemen sumberdaya lahan lainnya. Penyusunan keragaan zona agroekologi mengacu pada konsep sistem pakar Expert System, yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Prinsip metode didasarkan pada pendekatan pencocokan matching antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Menurut sistem pakar pembagian zonasi agroekologi dibedakan berdasarkan perbedaan rejim iklim dan relief kisaran lereng. Rejim iklim yang digunakan ialah rejim kelembaban dan suhu Rumayar et al. 2005. 13

2.1.5 Perencanaan Wilayah