Tinjauan kebijakan yang terkait

17

2.3 Tinjauan kebijakan yang terkait

Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan sampai dengan akhir tahun 2008 masih tetap memprioritaskan peningkatan produksi pertanian pada peningkatanpemantapan produksi padiberas, palawija kedele, jagung, kacang hijau, ubi kayu dan pengembangan hortikultura terutama tanaman sayuran dan buah-buahan. Kegiatan lain yang menjadi skala prioritas adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang meliputi pembangunan check dam, jaringan irigasi, dan jalan usaha tani serta pengembangan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan lahan pertanian Diperta 2009. Saat ini telah dikembangkan kawasan Agropolitan Alasutan di bagian barat Kabupaten Sumbawa yang meliputi Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer, utan, dan Rhee. Agropolitan Alasutan merupakan kebijakan program Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pemerintah Kabupaten Sumbawa masih sebatas pendukung program. Kawasan ini terdiri dari 15 subkawasan unggulan dengan komoditas unggulan masing-masing seperti sapi, kelapa, rambutan, srikaya, pisang, anggur, jambu mete, mangrove, dan ikan. Namun perkembangannya sampai dengan saat ini belum menunjukkan kemajuan yang nyata. Sementara itu, untuk mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke depan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumbawa melaksanakan lima program utama Diperta, 2009 yaitu: 1 Peningkatan kesejahteraan petani, 2 Peningkatan ketahanan pangan, 3 Peningkatan pemasaran hasil, 4 Peningkatan penerapan teknologi pertanian, dan 5 peningkatan produksi pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Sasaran akhir pembangunan pertanian adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun upaya meningkatkan pendapatan tersebut menghadapi berbagai kendala baik secara teknis, alamiah, sumber daya, maupun sosial budaya. Kendala-kendala tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal dilihat dari sisi penawaran supply yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa besar suatu komoditas mampu dihasilkan dalam satuan wilayah. Faktor tersebut berupa agroklimat seperti iklim, tanah, dan hidrologi serta kemampuan petani itu sendiri dalam mengelola usaha taninya. Faktor ekternal dilihat dari sisi permintaan demand yaitu faktor-fakor yang mempengaruhi jumlah yang diperlukan atau diapresiasi dalam kebutuhan penduduk. Faktor tersebut dapat berupa adanya pasar dan stimulus kebijakan dari pemerintah. Kedua faktor tersebut berperan dalam menentukan tingkat keunggulan suatu komoditas. Faktor internal menentukan keunggulan komparatif sedangkan keunggulan kompetitif ditentukan oleh faktor ekternal. Penentuan komoditas unggulan biasanya dilalukan dengan menggunakan analisis Location Quotient LQ. Analisis LQ dapat mengukur tingkat konsentrasi suatu komoditas bila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Analisis yang lain adalah Tipologi Klassen. Analisis ini menggunakan matriks perbandingan dari faktor yang berpengaruh. Keunggulan komparatif dapat dinyatakan dengan keberlimpahan sumberdaya untuk mendukung produksi dalam satuan wilayah yang dikenal dengan produktifitas. Sedangkan keunggulan kompetitif berupa estimasi nilai ekonomi suatu komoditas yang diapresiasi secara teknis oleh pasar. Keunggulan tersebut diperbandingkan dan diletakkan dalam empat kuadran, setiap kuadran merupakan interaksi suatu komoditas di suatu daerah Kabupaten Sumbawa sebagai daerah penelitian terhadap daerah acuan pasar yang lebih tinggi Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kendala-kendala dalam pengembangan komoditas unggulan menjadi indikator atau kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas komoditas apa yang harus diusahakan. Kriteria-kriteria tersebut berupa kesesuaian lahan, peluang nilai tambah, permintaan pasar, kebutuhan modal, maupun preferensi petani. Dengan menggunanakan proses hirarki analisis