17
dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang
diajukan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V Bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan
sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan secara umum mengenai keadaan-keadaan
yang berhubungan dengan objek penelitian secara latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, kegunaan penelitian, keaslian
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN DI
INDONESIA BERDASARKAN UU PERBANKAN Bab ini menguraikan secara umum mengenai pengertian kredit,
jenis kredit, perjanjian kredit, tata cara pemberian kredit dalam perbankan serta membahas mengenai ketentuan kriteria kredit
perbankan. BAB III
KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI PERBANKAN
18
Dalam bab ini menguraikan latar belakang lahirnya Otoritas Jasa Keuangan, pengertian Otoritas Jasa Keuangan yang didalamnya
membahas status Otoritas Jasa Keuangan. Pada bab ini juga dipaparkan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan.
BAB IV PENANGANAN
DUGAAN PENYIMPANGAN
KREDIT PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai mekanisme bentuk suatu penyimpangan kredit, unsur-unsur dugaan yang dapat dikatakan
telah terjadi
penyimpangan, upaya
penanganan dugaan
penyimpangan kredit perbankan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta membahas dan menguraikan pencegahan dan
penanggulangan penyimpangan kredit perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini berisikan kesimpulan yang diambil oleh penulis terhadap bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan dan yang
ditutup dengan mencoba memberikan saran-saran yang yang penulis anggap perlu dari isi yang diuraikan tersebut.
19
BAB II PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA
BERDASARKAN UU PERBANKAN
A. Pengertian Kredit
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahsa Latin, yaitu credere, yang berarti kepercayan. misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh
kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank
kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.
33
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
34
Amir Rajab Batubara menjelaskan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya kontra prestasi akan terjadi pada suatu
waktu dihari yang akan datang.
35
Molenaar dalam buku “kredeot”Tjeenk Willink Zwolle h 5 1878 yang
dikutip Mariam Darus Badrulzaman dalam buku Aneka Hukum Bisnis menggemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam
dengan kepercayaan, bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari kepada
33
Hermansyah, Op.Cit., hlm.55.
34
W.JS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Modern Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 45.
35
Ismail, Op.Cit., hlm.55
20
pihak yang meminjamkan. Kemudian defenisi tersebut dikembangkan bahwa jenis kredit mencakup:
36
1. Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang.
2. Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.
3. Kredit dalam bentuk barang yang dikemudian hari dikembalikan dalam bentuk
uang. 4.
Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.
Secara sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang
diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.
37
Dalam UU Perbankan Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga ”.
Kredit dalam Bahasa belanda disebut vertrouwen, dalam bahasa inggris disebut trust or believe, faith.
38
Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan dikatakan kreditpinjaman adalah pendayagunaan uang dalam waktu tertentu oleh
orang atau lainnya yang diperkenankandiizinkan yang akan dikembalikan
36
Sutarno, Op.Cit., hlm.95.
37
Ismail, Op.Cit., hlm.93.
38
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm.236.
21
memakai uang tambahan atau bunga sebagai pengembalian atas pemakaian uang tersebut. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi setelah dalam jangka
waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Black Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :
“The ability of businessman to borrow money or obtain goods on time in consequence
of the favourable opinion.Opinion held by the particular lender, as to his solvency and reliability
”.
39
Kredit dalam arti bisnis mengandung unsur meminjam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan loan. Kata
“loan” itu sendiri berarti sesuatu yang dipinjamkan khususnya sejumlah uang.
40
Sedangkan implementasinya dalam dunia bisnis kata
“loan” itu adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan atau yang diberikan kepada seseorang untuk dipakainya selama suatu jangka waktu
tertentu, tanpa kompensasi atau biayaongkos. Akan tetapi saat ini, “loan” itu
biasanya diartikan sebagai sesuatu yang berharga, seperti uang yang dipinjamkan selama jangka waktu tertentu.
41
Pengertian kredit dalam aspek hukum adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima
39
H.Moehamad Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm.11.
40
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998 Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.6.
41
Ibid.
22
kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.
42
Sudarsono dalam kamus hukum menyebutkan istilah kredit yaitu :
43
1. Cara menjual barang dengan pembayaran tidak secara tunai, cara menjual
barang dengan cara pembayaran ditangguhkan atau diangsur. 2.
Pinjaman oleh seseorang atau badan hukum sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.
Berdasarkan pengertian kredit tersebut maka elemen-elemen kredit adalah :
44
1. Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.
2. Penyediapemberian uang arti khusus terjadi di dunia perbankan.
3. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit.
4. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai
dengan jumlah bunga atau imbalan. Pengertian kredit diatas mengandung unsur-unsur dalam kredit yaitu:
45
1. Ada pihak yang bersedia dan mempunyai kelebihan uangdanabarangjasa
tersebut sesuai syarat-syarat yang ditentukan pihak ini disebut dengan “kreditur”.
2. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan untuk
memperoleh uangdanajasa tersebut dengan syarat-syarat yang diinginkannya.
42
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank Jakarta: Alumni, 1978, hlm.21.
43
Sudarsono, Kamus Hukum Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm.232.
44
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000, hlm.90
45
Ibid.
23
Pihak ini disebut “debitur” atau penerima kredit. Pemberi kredit dalam keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan unsur-unsur.
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
46
1. Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lain yang akan mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa perorangan atau
individu ataupun badan usaha. Bank yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur.
2. Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain.
3. Kepercayaan.
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa benar-benar diterima
kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit
berani dikucurkan.
47
Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang nasabah, baik
secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika
baik nasabah terhadap bank. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap
46
Ismail,Op.Cit., hlm.94
47
Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia Jakarta: PT Rajawali Pers, 1995, hlm.56.
24
permohonan kredit bank yakni kredit yang akan diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama.
4. Kesepakatan.
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan
dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
5. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
48
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek dibawah satu tahun, jangka menengah
diantara satu sampai tiga tahun, dan jangka panjang diatas tiga tahun. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah
disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang oleh si penerima kredit sesuai dengan kebutuhan.
49
6. Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kontrak atau kesepakatan yang dilakukan antara bank atau kreditur dengan pihak peminjam yang disebut dengan debitur.
50
7. Risiko
48
H Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hlm.90.
49
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm.114.
50
Ismail, Op.Cit., hlm.95.
25
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit
bank. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang
disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah, misalnya karena kejadian tertentu seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha
nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.
8. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal
dengan nama bunga bank. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan nasabah akan biaya administrasi kredit yang juga merupakan
keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
51
Setiap pemberian kredit selalu disertai dengan imbalan jasa berupa uang atau yang wajib dibayar oleh calon debitur, dan ini
merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.
52
9. Agunan
Setiap kredit yang akan diberikan harus selalu disertai dengan barang yang berfungsi sebagai jaminan bahwa kredit yang akan diterima calon debitur pasti
akan dilunasi oleh debitur, dan ini akan meningkatkan kepercayaan kepada pihak
51
Kasmir, Op.Cit., hlm.115.
52
Abdul Kadir Muhammad, Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.59.
26
bank.
53
Seperti dijelaskan diatas, bahwa dalam perjanjian kredit mengandung unsur risiko yang tidak dapat dihindarkan oleh pihak bank. Menurut Subekti
dalam bukunya Hukum Perjanjian, bahwa yang dimaksud dengan resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak. Berkaitan dengan pemberian kredit oleh bank kepada debitur tentu pula mengandung risiko usaha bagi bank. Risiko disini adalah risiko
dari kemungkinan ketidakmampuan dari debitur untuk membayar angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal tertentu yang tidak dikehendaki. Oleh
karena itu, semakin lama jangka waktu yang diberikan untuk pelunasan kredit, maka makin besar juga risiko bagi bank.
54
Hermansyah menjelaskan didalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan Nasional Indonesia menyatakan bahwa setiap perjanjian tentu
mengandung adanya prestasi dan kontraprestasi. Oleh karena itu, dalam perjanjian kredit sejak saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari kedua belah pihak
bank dan nasabah debitur telah menimbulkan hubungan hukum atau menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan
yang telah mereka sepakati. Bank sebagai kreditur berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya
tersebut bank berhak untuk memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur sebagai kontraprestasinya.
55
Bank dalam memberikan fasilitas kredit tentu ada fungsi dan manfaat yang diberikan dalam kredit tersebut. Pada dasarnya fungsi kredit ialah merupakan
53
Sutarno, Op.Cit., hlm.135.
54
Hermansyah, Op.Cit., hlm.57.
55
Ibid., hlm.58.
27
pelayanan kepada
masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya
untuk meningkatkan usahanya.
56
Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha yang membutuhkan
dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memnuhi kebutuhannya melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.
Fungsi kredit secara terperinci adalah sebagai berikut:
57
1. Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa kredit dapat
meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka kredit akan membantu melancarkan lalu lintas
pertukaran barang dan jasa. 2.
Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idlefund. Didalam kehidupan ekonomi, ada beberapa pihak yang kekurangan dana. Kredit
merupakan salah satu cara untuk mengatasi gap tersebut. Satu pihak yang kelebihan dana dan tidak dapat memanfaatkan dana tersebut sehingga dananya
menjadi idle, sementara ada salah satu pihak lain yang mempunyai usaha akan tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk mengembangkan usahanya,
sehingga memerlukan dana. Dana yang berasal dari golongan orang yang kelebihan dana, apabila dipinjamkan kepada pihak yang kekurangan dana,
maka akan efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.
3. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru sebagai contoh adalah
kredit rekening koran yang diberikan oleh bank kepada usahawan. Pada
56
Kasmir, Op.Cit., hlm.96.
57
Ismail, Op.Cit., hlm.99.
28
dasarnya pada saat bank telah melakukan perjanjian kredit rekening koran, pada saat itu debitur sudah memiliki hak untuk menarik dana tersebut secara
tunai dari rekening gironya. Kredit ini bisa dianggap adanya alat pembayaran yang baru.
4. Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang ekspansif akan
mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya,
pembatas kredit, akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada
penurunan harga. 5.
Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada. Apabila bank memberikan kredit produktif, yaitu kredit modal kerja atau
investasi, maka pemberian kredit tersebut akan memiliki dampak pada kenaikan mikroekonomi. Hal ini disebabkan karena pihak pengusaha akan
memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume perdagangan dan lain-lain. Semua itu akan mempunyai
dampak pada kenaikan potensi ekonomi. Adapun fungsi pemberian kredit secara luas disebutkan oleh Hermansyah,
antara lain:
58
1. Untuk meningkatkan daya guna uang. Dengan adanya kredit dapat
meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya
58
Kasmir, Op.Cit., hlm.117.
29
kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang
diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka
daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3.
Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak
berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Sebagai contoh seorang pengusaha memperoleh kucuran dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastik
yang sudah tidak dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolahan barang tersebut diperoleh dari bank. Dengan demikian, fungsi
kredit dapat meningkatkan daya guna barang dari barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna.
59
4. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. Bagi si penerima kredit tentu akan
dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya sangat sedikit. Dengan memperoleh kredit nasabah
bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.
60
5. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang
disalurkan, maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka
pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi
59
Jopie Jusuf, Kiat Jitu memperoleh Kredit Jakarta: PT Alex Media Kelompok Gramedia, 2004, hlm.56.
60
Ibid.
30
pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja dipabrik dan
membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pabrik.
6. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman
internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan
kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
B. Jenis-Jenis Kredit