Kredit dalam perhatian khusus

50 2 Terdapat tunggakan bunga yang melampaui dua bulan c. Untuk pinjaman dalam penyelamatan Memenuhi ketentuan tersebut pada angka 1.a dan 1.b ditambah ketentuan bahwa sekurang-kurangnya 20 dari pokok pinjaman dalam penyelamatan telah dilunasi. Selama 1 satu tahun sejak timbulnya kewajiban pembayaran bunga tidak ada tunggakan bunga. Dalam hal penyelamatan disertai dengan tambahan pinjaman yang melebihi 20 dari pokok penyelamatan, jumlah pelunasan sekurang-kurangnya sebesar tambahan pinjaman tersebut.

2. Kredit dalam perhatian khusus

Yaitu jika memenuhi kriteria : a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 hari;atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan c. Mutasi rekening relatif rendah d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan e. Didukung oleh pinjaman baru 3. Kurang lancar Suatu pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi criteria tersebut dibawah ini: a. Untuk pinjaman dengan angsuran 1 Terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui satu masa angsuran, tetapi belum melampaui dua masa angsuran atau 51 melampaui 6 bulan. Belum melampaui 12 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan di 6 bulanan atau lebih. 2 Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 2 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan. 3 Terdapat cerukan overdraft karena penarikan tetapi belum melampaui 3 bulan. b. Untuk pinjaman tanpa angsuran 1 Pinjaman belum jatuh waktu 2 Pinjaman telah jangka waktu dan belum dibayar, tetapi belum melampaui 3 bulan. c. Untuk pinjaman dalam penyelamatan 1 Belum memenuhi ketentuan tersebut pada angka 1.c dan tidak ada tunggakan danatau cerukan overdraft yang melampaui batas waktu yang ditentukan angka 2.a dan 2.b 2 Memenuhi kriteria tersebut pada angka 2.a. atau 2.b d. Untuk pinjaman tanpa perjanjian tertulis Belum melampaui 3 bulan sejak tanggal pemberiannya. Dalam pengertian pinjaman tanpa perjanjian tertulis ini termasuk pemberian pinjam hanya atas dasar aksep. Disamping melampaui kriteria diatas, suatu pinjaman hanya dapat digolongkan kurang lancar, jika menurut penilaian diperkirakan debitur yang bersangkutan akan dapat melunasi seluruh utangnya. 4. Kredit yang diragukan 52 Suatu pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar seperti tersebut pada angka 1 dan 2 tetapi berdasarkan penilaian yang wajar: a. Pinjaman masih dapat diselamatkan dan jaminannya bernilai sekurang- kurangnya 75 dari utang debitur. b. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi jaminannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 dari utang debitur. 5. Macet Dikatakan macet artinya nasabah sudah tidak mampu lagi untuk membayar pinjamannya sehingga perlu diselamatkan. 83 Suatu pinjaman digolongkan macet apabila: a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan b. Memenuhi kriteria diragukan tersebut pada angka 3, tetapi dalam waktu 18 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan yang tercermin dalam akad penyelamatan pinjaman. Jangka waktu tertentu dapat diperpendek apabila ada sebab tertentu dari pihak bank. c. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari d. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru e. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar 83 Ibid., hlm.131. 53 Kredit macet termasuk dalam kategori kredit bermasalah. Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. 84 Penilaian atas penggolongan kredit dilakukan secara kuantitatif yaitu melihat kemampuan debitur dalam menjalankan pembayaran angsuran kredit, baik pinjaman pokok maupun bunga. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. 85 Adapun yang menjadi faktor penyebab kredit bermasalah dapat dilihat dari dua sisi, antara lain: 86 1. Faktor intern bank a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan. b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. Misalnya, bank melakukan over taksasi terhadap nilai agunan c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat 84 Ismail, Op.Cit., hlm.123. 85 Ibid., hlm.126. 86 Ibid., 128 54 d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait misalnya komisaris, direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan kredit. e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur. 2. Faktor ekstern bank Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah: a. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya. b. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja c. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan tujuan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan. Misalnya dalam pengajuan kredit, disebut untuk investasi ternyata dalam praktiknya dana kredit dicairkan, digunakan untuk modal kerja. Unsur ketidaksengajaan yang dilakukan nasabah: a. Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan tetapi kemauan perusahaan sangat terbatas sehingga tidak dapat membayar anguran. b. Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi. 55 c. Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada debitur. 87 Selain itu kualitas yang menjadi faktor penting adalah mengenai pengawasan dalam bank. Setiap tindakan dalam menyaluran fasilitas kredit harus dibarengi dengan pengawasan. Tindakan tersebut selain dilakukan dari dalam bank itu sendiri juga dilakukan oleh OJK. Terlepas dari pengawasan itu dilakukan, apabila bidang pengawasan lemah, maka akan mengakibatkan prinsip-prinsip perbankan tidak dapat dijalankan dengan baik didunia perbankan. Pengawasan yang dilakukan oleh bank terhadap tindakan penyaluran kredit harus dilakukan dengan benar agar bank tidak melanggar ketentuan yang sudah diatur Bank Indonesia. Fungsi pengawasan yang dilakukan OJK tidak terlepas dari untuk meningkatkan daya saing dan efektivitas bank itu sendiri dalam dunia perbankan nasional. Bank yang memiliki dan menjunjung tinggi aturan dalam menjalankan kegiatan usaha tidak akan mengalami permasalahan dalam memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. 87 Ibid., hlm.124. 56 BAB III KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI PERBANKAN

A. Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang OJK