100
menyelamatkan bank dari keadaan yang dapat menghancurkan bank itu sendiri. Dengan adanya metode pencegahan diharapkan kepada seluruh sektor jasa
keuangan lebih menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya. Selanjutnya dengan adanya metode penanggulangan yang dilakukan
oleh OJK diharapkan juga dapat memperbaiki sektor jasa keuangan yang telah lalai dan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan nya.
C. Penanganan Dugaan Penyimpangan Kredit Perbankan oleh Otoritas
Jasa Keuangan
Kegiatan usaha bank secara umum adalah pengumpulan dana, pemberian kredit, mempermudah sistem pembayaran dan penagihan, serta
pemberian jasa keuangan lainnya. Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan maka setiap pelaku
perbankan diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor
perbankan itu sendiri diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati- hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya.
126
Salah satu bentuk alasan yang dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank adalah terdapatnya penyimpangan
kredit dalam kegiatan perbankan. Dalam sub bab sebelumya dijelaskan bahwa sebelum suatu bank dikatakan melakukan penyimpangan dalam menjalankan
kegiatan usahanya terdapat beberapa gejala awal yang memberikan suatu
126
Ibid.
101
sinyal atau tanda bahwa adanya suatu dugaan penyimpangan perkreditan yang terjadi didalam bank.
Dugaan penyimpangan kredit adalah suatu bentuk penilaian sementara yang dilakukan otoritas pengawas terhadap bank yang tidak mematuhi
ketentuan undang-undang dalam melaksanakan kegiatan usahanya dibidang perkreditan. Dugaan penyimpangan kredit dilihat dari adanya gejala atau
indikasi yang menjadi dasar OJK dalam melihat adanya praktik perbankan yang tidak sehat. Adapun indikasi untuk mendeteksi adanya dugaan
penyimpangan dalam kredit perbankan antara lain :
127
1. Laporan berkala dari bank yang tidak jelas atau tidak sesuai dengan laporan
pengawas internal. 2.
Adanya pengeluaran yang dilakukan tanpa dokumen pendukung 3.
Temuan audit mengenai adanya kesalahan dalam pemberian kredit 4.
Serta ketidaktahuan manajemen di industri sejenis dan kondisi perekonomian umum.
Otoritas Jasa Keuangan dalam peraturannya Nomor 8POJK.032014 pada Pasal 6 huruf g menjelaskan bahwa indikator dalam melihat adanya
praktik perbankan yang tidak sehat terdiri dari: 1.
Capital permodalan Rasio yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap kewajiban
penyediaan modal minimum terhadap ketentuan yang berlaku. Melalui ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank.
127
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung: Havrindo, 2010, hlm.210
102
2. Kualitas asset
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang diklasifikasikan bank.
3. Manajemen
Rasio ini melihat manajemen dalam sektor perbankan yang mencakup manajemen umum, manajemen kepatuhan,dan manajemen resiko.
4. Profitabilitas
Dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen return on assets ROA, yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh laba secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Indikasi adanya dugaan penyimpangan kredit merupakan langkah awal
dari otoritas pengawas untuk menindaklanjuti keadaan perbankan. Sejalan dengan hal itu, OJK mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina
serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kelembagaan dan kegiatan perbankan berdasarkan UU OJK.
Undang-Undang OJK memberikan kewenangan kepada lembaga pengawas ini untuk mengawasi seluruh sektor jasa keuangan, termasuk juga
perbankan. Oleh karena perbankan adalah lembaga keuangan yang lazim mengalami resiko, tidak mustahil bahwa didalamnya banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh individu baik dari luar nasabah maupun dari intern pihak bank. Bank berpotensi dijadikan sebagai
sarana dan atausasaran untuk memperkaya diri sendiri, keluarga atau kelompok tertentu dengan melakukan perbuatan pelanggaran ketentuan
103
perbankan, yang pada akhirnya dapat menganggu operasional dan menimbulkan resiko reputasi bagi bank.
Adapun pembinaan dan pengawasan tersebut ditempuh melalui upaya- upaya tertentu yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan,
petunjuk, nasehat, bimbingan dan pengarahan maupun represif yang dilakukan melalui tindakan perbaikan. Upaya-upaya yang bersifat preventif tersebut dapat
dilihat melalui gejala-gejala penyimpangan kredit yang berdampak terhadap kesehatan bank dinilai dari laporan keuangan bank yang berasal dari pengawas
intern bank, sehingga berdasarkan hal itu OJK dapat melihat apabila adanya indikasi atau dugaan penyimpangan kredit yang dilakukan dalam kegiatan
usaha bank. Untuk menindaklanjuti adanya dugaan penyimpangan kredit perbankan OJK melakukan tindakan berupa pengawasan sesuai dengan fungsi
yang diamanatkan dalam UU OJK. Bentuk pengawasan terhadap perbankan yang dilakukan OJK adalah
pengawasan langsung dan tidak langsung, secara umum dijelaskan sebagai berikut:
128
1. Pengawasan tidak langsung off site supervision
Dengan jalur atau metode ini, otoritas moneter mengawasi kondisi bank secara individual, kelompok, maupun keseluruhan dengan menelaah berbagai
laporan yang disampaikan oleh perbankan. Tujuannya adalah untuk menilai apakah peraturanketentuan yang
ditetapkan, asas usaha bank, dan perkreditan yang sehat itu dipatuhi dan
128
Thamrin Abdullah, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm.285.
104
dilaksanakan secara
konsisten, diidentifikasi
penyimpangan dan
pelanggarannya, serta kegiatan yang mengganggu kelangsungan usaha bank ataupun merugikan berbagai pihak. Penilaian itu menjadi dasar untuk
menindaklanjuti temuan dugaan penyimpangan, baik dengan memberikan koreksi, remedi ataupun sanksi. Mekanisme pengawasan tidak langsung
tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut: a.
Melakukan penilaian atas kepatuhan, ketepatan waktu, dan konsistensi materi laporan. Bila terdapat penyimpangan, pelanggaran, danatau
keganjilan, pengawasan
bank harus
mengklarifikasi untuk
memperoleh kejelasan dan sebab musababya. b.
Menganalisis setiap jenis laporan maupun kombinasi atas berbagai laporan yang diterima. Analisis horizontal dilakukan untuk menilai
kewajaran perkembangan. Sedangkan analisis vertikal dilakukan untuk menilai kelayakan rasio komponen-komponen yang saling
mempengaruhi, baik dalam rangka memenuhi peraturan atau menilai efisiensi dan potensi resiko. Biasanya juga dilakukan perbandingan
kondisi antara bank sekelas. c.
Mengomunikasikan danatau mengklarifikasi berbagai temuan dari analisis, guna menetapkan tindak lanjut yang diperlukan.
d. Bila terdapat indikasi penyimpangan danatau pelanggaran yang
mendasar, pengawas biasanya mengambil langkah korektif yang perlu. Pemeriksaan khusus dilakukan, bila terdapat masalah yang
masih perlu diperjelas.
105
2. Pengawasan langsungPemeriksaan on site supervision
Dengan melihat adanya temuan indikasi penyimpangan yang dilakukan bank melalui metode pengawasan tidak langsung yang dilakukan oleh OJK
berdasarkan penganalisisan setiap laporan yang disampaikan bank, tindakan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengawasan langsung yang
meliputi pemeriksaan terhadap bank untuk lebih meyakinkan bahwa memang benar adanya dugaan penyimpangan kredit yang dilakukan bank. Dengan jalur
metode ini, otoritas pengawasan bank ingin meyakini kondisi bank secara langsung berdasarkan data dan dokumen yang dipelihara oleh bank, sekaligus
menguji kebenaran dan konsistensi pembuatan laporan yang disampaikan kepada otoritas pengawasan bank.
Pengawasan langsung dilakukan dalam bentuk pemeriksaan baik secara umum maupun khusus, pemeriksaan umum yaitu pemeriksaan bersifat
menyeluruh. Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala yang pada umumnya dilakukan dalam 1 tahun sekali sedangkan pemeriksaan khusus adalah
pemeriksaan yang memfokuskan pada pemeriksaan kredit dan asset-aset beresiko lainnya atau bidang usaha lain yang menurut OJK perlu diperhatikan
atau berpotensi akan menimbulkan masalah. Pada dasarnya, pemeriksaan memang dilakukan hanya dalam setahun sekali akan tetapi pemeriksaan dapat
dilakukan setiap waktu untuk meyakinkan hasil pengawasan tidak langsung dan apabila memang terdapat indikasi adanya penyimpangan kredit perbankan.
Dalam hal penanganan dugaan terjadinya penyimpangan kredit perbankan, OJK melakukan langkah korektif berupa pelaksanaan pemeriksaan yang
106
meliputi antara lain pemeriksaan terhadap buku-buku, berkas-berkas, warkat, catatan, dokumen-dokumen dan data elektronis serta salinan-salinannya.
Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan, OJK melakukan pemeriksaan terhadap bank sebagaimana diatur dalam Pasal 7 huruf d UU
OJK. Pemeriksaan terhadap bank dilakukan baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan juga dapat mencakup pemeriksaan terhadap
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank sesuai dengan Pasal 29 ayat 1 dan 2 UU BI.
129
Pada dasarnya pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK dilaksanakan secara berkala sekurang-
kurangnya satu tahun sekali untuk setiap bank. Pemeriksaan dapat dilakukan setiap waktu jika dipandang perlu untuk
meyakinkan hasil pengawasan tidak langsung dan apabila terdapat indikasi adanya penyimpangan dari praktik perbankan yang sehat. Adapun tujuan
pemeriksaan terhadap bank tersebut adalah untuk memperoleh kebenaran atas informasi kegiatan usaha bank yang disampaikan kepada OJK dan untuk
mengetahui kepatuhan bank yang bersangkutan terhadap ketentuan yang telah berlaku. Pelaksanaan pemeriksaan bank oleh OJK meliputi antara lain buku-
buku, berkas, warkat, catatan, dokumen dan data elektronis termasuk salinannya sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UU Perbankan.
130
Pelaksanaan pemeriksaan bank umumnya dilakukan oleh para pemeriksa dari OJK. Berdasarkan Pasal 31A UU perbankan menyatakan OJK
dapat menugasi akuntan publik untuk memeriksa suatu bank. Dalam hubungan
129
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.276.
130
Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm.138.
107
ini, ada OJK yang memanfaatkan keahlian akuntan publik untuk memeriksa berdasarkan prinsip dan kriteria yang sesuai dengan ketentuan OJK. Bank yang
diperiksa oleh OJK maupun akuntan publik wajib melaporkan:
131
1. Keterangan dan data yang diminta, termasuk data elektronis dan
penjelasan yang berkaitan dengab tujuan pemeriksaan. 2.
Kesempatan untuk melihat semua pembuktian, dokumen,dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya.
3. Hal-hal yang diperlukan, antara lain adalah penyediaaan ruang kerja dan
salinan dokumen yang diperlukan dalam pemeriksaan. Berdasarkan fungsi pengawasan yang dilakukan OJK melalui
pemeriksaan terhadap bank ditemukan adanya dugaan penyimpangan dalam pemberian kredit, maka OJK dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
menguapayakan suatu tindakan yang dapat menyelematkan bank tersebut. Hal ini sejalan dengan tugas dan wewenang OJK sebagai lembaga pengawas yang
bertanggung jawab tergadap seluruh industri jasa keuangan. Adapun bentuk penanganan yang dilakukan OJK terhadap bank yang
diduga melakukan penyimpangan kredit adalah dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis yang merupakan sebagai langkah awal. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 34 Peraturan OJK Nomor 17POJK032014 Tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Konglomerasi Keuangan.
Pasal 34
131
Ibid.
108
“Konglomerasi keuangan yang melanggar ketentuan dalam Pasal 2, Pasal 7 ayat 2, pasal 9, Pasal 22 ayat 4, dan Pasal 32 ayat 2. Entitas Utama yang
melanggar ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 11 ayat 2 dan ayat 3, Pasal 12 ayat 2 dan 3, Pasal 13, Pasal 14 ayat 2, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 20, Pasal
23, Pasal 24, Pasal 26 ayat 1, Pasal 27 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3, Pasal 28 ayat 1 dan pemegang saham pengendali konglomerasi keuangan yang
melanggar ketentuan dalam Pasal 7 ayat 4 dikenakan sanksi administratif berupa”:
a. Peringatan tertulis
b. Penurunan tingkat kesehatan
c. Pembatalan hasil uji kemampuan dan kepatutan
d. Pembatasan kegiatan usaha
e. Perintah penggantian manajemen
f. Pencantuman manajemen dalam daftar orang tercela
g. Pembatalan persetujuan, pendaftaran dan pengesahan
Teguran tertulis merupakan langkah awal yang diberikan OJK kepada bank yang diduga melakukan penyimpangan dalam pemberian kredit. Teguran
tertulis yang diberikan oleh OJK adalah suatu surat peringatan SP yang terdiri dari SP I sampai SP III. Penerapan sanksi administratif langsung diberikan oleh
OJK kepada bank yang melakukan penyimpangan. Tindakan administratif yang dilakukan oleh OJK tersebut, dilakukan untuk meminta komitmen bank
untuk melakukan perbaikan dalam rangka menaati ketentuan perbankan yang berlaku.
109
Selain sanksi tersebut, sanksi lain yang dapat diterima oleh pihak bank adalah dicabutnya izin usaha bank. pencabutan izin usaha bank merupakan wewenang
OJK. Umumnya, pencabutan izin usaha bank itu dilakukan bila berbagai cara yang tersedia sudah tidak efektif lagi dan dilakukan juga apabila dapat
mengganggu modal bank itu sendiri. Namun, adapula negara yang cenderung menyarankan agar bank dengan sukarela menyerahkan kembali izin usahanya
atau surrender the license kepada Otoritas moneter dan dengan sukarela pula menyelesaikan berbagai kewajibannya serta melaporkan pelaksanaan
kewajibannya itu dibawah pengawasan otoritas pengawasan bank.
110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan