Status Otoritas Jasa Keuangan

69

C. Status Otoritas Jasa Keuangan

Sesuai dengan Pasal 2 ayat 2 UU OJK bahwa OJK adalah lembaga independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang- undang ini. Lembaga independen adalah lembaga yang bersifat mandiri, bebas dari kekuasaan lainnya dan tidak memiliki hubungan organik ataupun hubungan secara hirarki dengan lembaga negarainstansi pemerintah lainnya. Ketika masih dalam proses RUU, Bismar Nasution dalam artikelnya di Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, mengatakan: 108 Amanat Pasal 34 UU BI dilaksanakan atas mengakibatkan tidak efektifnya Bank Indonesia dalam menciptakan stabilitas nilai rupiah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 7 UU BI. Tujuan BI sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 7 tersebut, hanya dapat dilaksanakan secara efektif apabila Bank Indonesia berwenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 8 UU BI. Status OJK yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 ayat 2 UU OJK hanya menentukan independen, bebas dari campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam UU OJK. UU OJK tidak menentukan bebas dari campur tangan pemerintah, melainkan hanya menentukan bebas dari campur tangan pihak lain seperti yang dijelaskan diatas. Keindenpendensian OJK dapat dilihat dalam hal tugas pengaturan dan pengawasan OJK pada seluruh sektor jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan 108 Bismar Nasution, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 8, Nomor 3, September 2010, hlm.15. 70 resmi memulai tugasnya sebagai lembaga pengawasan pasar modal Indonesia dan lembaga non bank menggantikan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan selanjutnya disebut Bapepam-LK hal ini merupakan tugas berat OJK untuk dapat memperbaiki industri keuangan yang menjadi harapan bagi semua pelaku pasar. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas industri keuangan yang baru, diharapkan dapat membuat kebijakan dan peranan jauh lebih baik dari saat ini, sehingga bisa mendorong kemajuan industri keuangan nasional. Keberadaan OJK tidak bisa dilepaskan dari otoritas moneter dan otoritas fiskal. Sebagai otoritas moneter, BI membutuhkan akses data perbankan yang cepat dan tepat. Bagi bank sentral, kewenangan menggunakan informasi data OJK sangat penting untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat terhadap perbankan nasional Indonesia. Agar lembaga ini kredibel, OJK diharapkan pelaku industri keuangan mengupayakan beberapa langkah: 1. Menerapkan secara konsisten prudential regulation yang berlaku secara internasional 2. Mengulasi instrument keuangan dan pasarnya, bukan hanya institusinya. 3. Mengembangkan transparansi dan membangun pendukung untuk menciptakan market discipline Berdasarkan Pasal 9 UU OJK, OJK mempunyai tugas pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: 1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan 71 2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif 3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, danatau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang- undangan disektor jasa keuangan 4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan danatau pihak tertentu 5. Melakukan penunjukan pengelola statuter 6. Menetapkan pengelolaan penggunaan statuter 7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan memberikan danatau mencabut: a. Izin usaha b. Izin orang perseorangan c. Efektifnya pernyataan pendaftaran d. Surat tanda terdaftar e. Persetujuan melakukan kegiatan usaha f. Pengesahan g. Persetujuan atau penetapan pembubaran dan h. Penetapan lain. Sejalan dengan hal tersebut, pengawasan yang dilakukan oleh OJK meliputi pengawasan langsung dan tidak langsung. OJK berwenang mewajibkan 72 bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh OJK yang didalam ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank. pemeriksaan terhadap bank dapat dilakukan baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Selain dari tugas pengawasan, OJK juga berperan sebagai lembaga pengatur diseluruh sektor jasa keuangan. OJK merupakan lembaga regulator yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dari seluruh sektor perbankan nasional. Lembaga OJK akan berupaya menegakkan hukum law enforcement untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pasar. OJK resmi memegang pengawasan pasar modal dan lembaga non bank. Peran regulator dibutuhkan karena krisis keuangan bersifat tidak bisa dihindari. Lembaga keuangan hanya dapat diminimalisasi dampaknya berupa membatasi ongkos dan mempecepat pemulihan. Yang terpapar dari krisis tidak hanya masyarakat, tetapi juga para pelaku idnutri keuangan. Sulit membayangkan menghadapi krisis tanpa kehadiran otoritas atau regulator. Regulator beroperasi menggunakan kebijakan-kebijakan yang akan dihasilkan dibuat melalui riset atau kajian. Dan yang harus dihindari adalah terjadinya kelelahan regulasi regulatory fatigue yang ditandai dengan seretnya pertumbuhan industri. Otoritas Jasa Keuangan akan menjadi satu-satunya regulator dibidang jasa keuangan. Artinya ada kemungkinan fungsi pengawasan lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan dan pasar modal akan dikoordinir dibawah satu atap. Disinilah pentingnya peran sebuah struktur regulasi dalam membentuk trust dari 73 para pelaku pasar. Kepercayaan dari konsumen dan investor akan terbentuk apabila sebuah struktur dapat mengontrol penyalahgunaan pasar seperti penyimpangan penggunaan kredit, money laundering dan lain sebagainya. Fungsi OJK sebagai regulator adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang teintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan. Berdasarkan itu, seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan OJK. Seperti Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya. Keberadaan OJK sebagai regulator tersebut harus dapat melakukan fungsi pengawasan untuk mengendalikan penyalahgunaan pasar dengan mencegah tindakan-tindakan perusahaan dan nasabah atau dokumen didalam sektor jasa keuangan yang berpotensi merugikan kepentingan-kepentingan perusahaan, nasabah atau konsumen, dan investor dari keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan.untuk itu OJK sebagai lembaga pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan diharapkan dapat melakukan kebijaksanaan dengan suatu standarisasi yang mengandung stability dan predictability atas peraturan-peraturan keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Dalam hal itu sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh UU OJK,dimana OJK dimaksudkan untuk mewujudkan OJK yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan didalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen, da akuntabel. 74 Secara umum, regulasi atau peraturan OJK itu harus meliputi beberapa sasaran, yaitu sebagai berikut: 109 1. Melindungi investor untuk membangun kepercayaan terhadap pasar 2. Memastikan bahwa pasar yang tertentu adalah pasar yang fair, efisien dan transparan 3. Mengurangi resiko sistematik 4. Melindungi lembaga keuangan dari penyalahgunaan atau malpraktek dari konsumen 5. Menjaga kepercayaan konsumen dalam sistem keuangan Kebutuhan publik terhadap lembaga keuangan saat ini memiliki banyak jenisnya, sebagai penyimpan dan meningkatkan kekayaan, sebagai juru bayar dan menerima pembayaran, sebagai proteksi atas resiko bisnis maupun perorangan dan sebagai lembaga yang membantu akuisisi asset. Tingkat pemanfaatan dari layanan dan jasa keuangan ini di Indonesia masih rendah, namun seiring meningkatnya pendapatan masyarakat, intensitas pemanfaatan jasa keuangan terus meningkat.

D. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan