Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang OJK

56 BAB III KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI PERBANKAN

A. Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang OJK

Bank Indonesia dalam posisinya sebagai lembaga tinggi negara mengamanatkan bahwa perlu dibentuknya suatu lembaga yang baru untuk mengatur dan mengawasi seluruh sektor jasa keuangan. Sesuai dengan Pasal 34 UU BI mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. 88 Lembaga pengawas sektor jasa keuangan tersebut diatas pada hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar pemerintah. Lembaga ini berkewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat. 89 Dan pembentukan lembaga yang independen tersebut bertujuan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, serta menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang di semua sektor perekenomian, dan memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh elemen masyarakat Indonesia, maka program pembangunan ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh ke 88 Ibid. 89 Hermansyah, Op.Cit., hlm.216. 57 seluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat Indonesia.Lembaga yang independen tersebut dinamakan lembaga Otoritas Jasa Keuangan. 90 Otoritas Jasa Keuangan didirikan dengan alasan telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesat nya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta inovasi financial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis,dan saling terkait antar subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan konglomerasi telah menambah kompleksitas diberbagai subsektor keuangan antar lembaga jasa keuangan didalam sistem keuangan. Permasalahan lintas sektoral disektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. 91 Praktik moral hazard, di sektor keuangan, tidak saja dilakukan oleh Lembaga Keuangan namun mungkin juga dilakukan oleh nasabah ataupun rumah tangga. Sumber dari praktik moral hazard ini bermuara pada kenyataan lemahnya koordinasi dan tidak adanya pertukaran informasi data sharing dan data interfacing antar lembaga pengawas Lembaga Keuangan. 92 Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian 90 Ibid., hlm.213. 91 Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas OJK dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan” Disampaikan pada Seminar Nasional Keberadaan OJK Untuk Mewujudkan Perekonomian yang Stabil dan Berkelanjutan dilaksanakan oleh Bina Hukum di Politeknik Negeri Medan pada 25 November 2014 92 Ibid. 58 dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan disektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar modal, dana pensiun dan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi oleh lembaga pengawas jasa keuangan. 93 Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga negara yang mempunyai fungsi regulasi pengaturan dan supervise pengawasan terhadap seluru kegiatan didalam sektor jasa keuangan. Sektor jasa keuangan tersebut mrliputi jasa keuangan disektor perbankan, kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun dan lembaga jasa keuangan lainnya. Undang-Undang OJK memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. 94 Alasan pembentukan OJK ini antara lain makin kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan,dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan bahwa Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi yang 93 Penjelasan Umum UU OJK 94 Ibid. 59 melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 sebanyak 16 bank dilikuidasi pada saat itu. Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan lainnya beralih dari Kementerian Keuangan ke OJK. 95 Hamud M. Belfas mengemukakan bahwa alasan didirikannya OJK disebabkan pengawasan atas industri jasa keuangan dengan struktur seperti sekarang dianggap sudah tidak memadai. Dengan adanya OJK, pengawasan atas semua industri jasa keuangan akan disatukan dalam satu atap yaitu perbankan, pasar modal,asuransi,dana pensiun,lembaga keuangan nonbank. Undang-Undang hanya mengecualikan industri perdagangan berjangka saja dari pengawasan Otoritas Jangka Panjang. Selain itu, latar belakang didirikannya OJK ini juga karena makin rumitnya produk keuangan serta pemasaran atas produk ini dilakukan lintas industri seperti produk pasar modal seperti reksa dana ditawarkan juga oleh bank atau produk asuransi juga ditawarkan bank. 96 Jika dilihat sedikit kebelakang, sejarah pembentukan lembaga yang independen ini terbilang sulit dan penuh dengan tantangan. Bahkan untuk 95 Pengawasan Bank, http: www.ojk.go.id tugas-dan-fungsi ojk terakhir di akses pada 02 februari 2015. 96 Wawancara Hamud.M.Balfas dengan medianotaris.com yang dimuat dalam http:www.medianotaris.comotoritas_jasa_keuangan_hatihati_investasi_bodong_berita155.html diakses pada tanggal 08 oktober 2014 60 melahirkan pengawasan sistem keuangan inipun membutuhkan waktu hingga 12 tahun sampai lembaga ini lahir. 97 Adapun sejarah lahirnya OJK dapat dijabarkan sebagai berikut: 98 1. Tahun 1999 Pasca krisis ekonomi yang melumpuhkan industri perbankan pada tahun 1997- 1998, pemerintah lagsung berbenah. Gagasan pembentukan otoritas dimasukkan dan menjadi perintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Didalam Pasal 34 disebutkan bahwa: a. Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang b. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan dilaksanakan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2002. 2. Tahun 2004 Tenggang waktu yang diberikan sampai tahun 2002 dalam pembentukan OJK tidak juga lahir di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah dan DPR hanya bisa merevisi UU BI. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa, amandemen UU BI tersebut merupakan sebuah perselisihan pandangan antara BI dan Departemen Keuangan Kementerian Keuangan. Objek dari perselisihan ini berupa perebutan wewenang dalam mengontrol industri perbankan. Hal inilah yang mati-matian dilawan BI dan akhirnya berhasil. Dalam rumusan amandemen 97 Selamat datang wasit baru industri keuangan, http:lipsus.kontan.co.id.v2ojkread86selamat-datang-wasit-baru-industri-keuangan diakses tanggal 20 oktober 2014 98 Ibid. 61 yang telah disepakati, pemindahan kekuasaan indutri perbankan dari BI ke OJK masih dapa diulur selambat-lambatnya sampai akhir tahun 2010. 3. Tahun 2010 Lagi-lagi UU ini meleset dari yang diharapkan. Batas waktu kembali terlewati. Sampai tutup buku tahun 2010, UU OJK masih belum juga selesai. RUU OJK yang akan disahkan dalam rapat paripurna pada 17 Desember 2010 malah menemui jalan buntu, karena pemerintah dan DPR tidak menemukan kata sepakat terhadap struktur dan tata cara pembentukan Dewan Komisioner OJK. 4. Tahun 2011 Tahun ini menjadi sejarah baru bagi Indonesia, terutama bagi sistem keuangan di Indonesia, Pimpinan DPR, Budi Santoso akhirnya mengetuk palu tanda disetujuinya pengesahan Rancangan Undang-Undang OJK RUU OJK menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR pada Kamis, 27 Oktober 2011. Dalam keputusan tersebut disebutkan supaya panitia seleksi Dewan Komisioner OJK harus berbentuk awal 2012. 5. Tahun 2012 Pada awal tahun 2012, Presiden telah membentuk Panitia Seleksi dalam pemilihan calon anggota Dewan Komisioner OJK yang secara keseluruhan terdiri dari 9 orang. Menteri Keuangan terpilih menjadi ketua seleksi sekaligus anggota, sedangkan anggota lainnya adalah Gubernur Bank Indonesia, Direktur Jenderal Pajak, Wakil Menteri BUMN, dan Deputi Gubernur, kemudian Komisaris Bank Mandiri mewakili lembaga ekuanganperbankan. Pada 62 pertengahan 2012, anggota sekaligus Ketua DK OJK terpilih. Seluruhnya berjumlah 9 orang dan dengan melewati proses seleksi yang ketat. 6. Tahun 2013 Bapepam-LK akan melebur ke OJK dan sebagian besar pekerja dari lembaga ini juga akan berubah status kepegawaiannya. Pada tahun ini jugalah OJK akan mulai dalam penarikan iuran dari industri keuangan non bank. 7. Tahun 2014 Setelah masa transisi satu tahun Bapepam-LK melebur ke OJK, diharapkan tahun ini adalah serah terimanya pengawasan perbankan dari tangan bank sentral ke OJK. Sejak lama pembentukan lembaga OJK ini diamanatkan oleh UU BI sudah menghadapi berbagai kontroversi mengenai sudah tepatkah pemindahan fungsi pengawasan perbankan yang semula ditangani oleh Bank Indonesia. Setelah keluarnya UU OJK, pengaturan dan pengawasan sektor perbankan yang semula berada pada Bank Indonesia telah dialihkan pada OJK. Dalam penjelasan Undang-Undang OJK, disebutkan bahwa dibutuhkan lembaha pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang lebih terintegrasi dan komprehensif agar dapat dicapai mekanisme koordinasi yang lebih efektif dalam menangani permasalah yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat menjamin tercapainya stabilitas sistem keuangan. 99 99 Penjelasan Umum UU OJK 63

B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan