Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5 Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5+3

a. Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5

Kondisi di negara ASEAN 5 yang umumnya terdiri dari negara berkembang cenderung memiliki tingkat inflasi yang tinggi. Dimana inflasi rata- rata tertinggi dialami oleh negara Indonesia yaitu sebesar 12,18 persen. Kondisi ini sesuai dengan analisis regresi yang menyatakan bahwa kenaikan inflasi berpengaruh pada peningkatan kesenjangan karena pemerintah akan secara otomatis mengurangi investasi domestiknya karena khawatir inflasi yang menurunkan akumulasi modal akan berdampak negatif terhadap kesenjangan. Inflasi yang tinggi juga dialami oleh negara berkembang di ASEAN 5 lainnya seperti Filipina sebesar 5,64 persen dan Thailand 3,17 persen. Sedangkan untuk Malaysia dan Singapura yang tergolong negara maju memiliki tingkat inflasi yang rendah yaitu masing-masing 2,52 persen dan 1,39 persen. b. Pengaruh CPI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5+3 Berbeda halnya dengan negara berkembang, pada negara China, Jepang dan Korea Selatan yang tergolong negara maju memiliki tingkat inflasi yang rendah. Hal ini sesuai dengan analisis regresi dimana nilai rata-rata kesenjangan surplus untuk negara Jepang, China, dan Korea Selatan lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN 5 lainnya, kecuali Filipina yang mengalami kesenjangan negatif. Akan tetapi nilai inflasi yang terlalu rendah dapat menyebabkan jatuhnya harga dan kontraksi ekonomi, seperti yang terjadi di negara Jepang yang memiliki rata-rata deflasi sebesar 0.08 persen. 5.3.3.3 Pengaruh Total Populasi terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel total populasi sebesar 31.8824. Hal ini menandakan bahwa total populasi berpengaruh positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan jumlah total populasi sebesar satu persen, akan meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 31.88 persen dengan asumsi cateris paribus. Hasil ini sesuai dengan yang terjadi di Asia Donghyun dan Kwanho, 2009 serta Model Pertumbuhan Solow dimana total populasi dianggap sangat berpengaruh terhadap tingkat tabungan suatu negara Todaro dan Smith, 2006. Dengan adanya total populasi menandakan adanya modal manusia yang baik dalam membangun pertumbuhan suatu negara dan memacu pertumbuhan ekonomi. Tingginya tingkat tabungan domestik apabila tidak diimbangi dengan pertumbuhan investasi domestik maka akan memicu kesenjangan tabungan dan investasi domestik yang lebih besar. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya populasi yang berkualitas mampu memacu tingkat tabungan dan investasi domestik secara bersamaan sehingga kesenjangan tabungan dan investasi domestik dapat diminimalisasi. Pengaruh positif atau negatif dari total populasi bergantung pada kemampuan sistem perekonomian negara tersebut dalam menyerap dan memanfaatkan pertambahan total populasi tersebut secara produktif. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal, tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Hal yang diutamakan dalam pertumbuhan total populasi adalah ketersediaan sumber daya manusia SDM yang berkualitas di suatu negara. Tanpa adanya SDM yang berkualitas maka kondisi kesenjangan tabungan dan investasi domestik tetap berada pada nilai yang tinggi dan pencapaian pembangunan serta kesejahteraan masyarakat tidak dapat tercipta.

a. Pengaruh Total Populasi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5