negara ASEAN 5+3. Karena dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang baik maka akan memperkecil kesenjangan tabungan dan investasi domestik.
Pertumbuhan ekonomi berdampak baik pada kondisi kesenjangan tabungan dan investasi di suatu negara. Karena diharapkan dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang baik di negara ASEAN 5+3, maka kesenjangan surplus yang terjadi di negara ASEAN 5+3 dapat berkurang. Sehingga peran
pemerintahan suatu negara dalam memacu pertumbuhan ekonomi negaranya menjadi faktor yang dominan untuk dilaksanakan.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi dapat dipicu melalui kenaikan penawaran tenaga kerja, kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia, serta kenaikan
produktivitas masukan yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan dan skala produksi. Adanya
pertumbuhan ekonomi dapat memberikan kekuatan bagi suatu negara dalam rangka menjalankan kegiatan ekonomi yang ditunjang tabungan dan investasi
domestik dalam rangka pencapaian kesejahteraan masyarakat.
a. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5
Kondisi pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN 5 cenderung fluktuatif dan bergantung pada perekonomian dunia karena ASEAN 5 umumnya merupakan
negara dengan perekonomian terbuka kecil small open economy. Fluktuasi dalam pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada fluktuasi kesenjangan tabungan
dan investasi domestik. Hal ini sesuai dengan analisis regresi dimana saat pertumbuhan ekonomi meningkat, negara ASEAN 5 cenderung lebih
meningkatkan investasi domestik mereka sehingga menurunkan kesenjangan. Oleh karena itu, meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu pemicu
negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk lebih meningkatkan investasi domestiknya, hal serupa juga dilakukan oleh negara maju
di wilayah ASEAN 5 seperti Malaysia dan Singapura.
b. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesenjangan Negara ASEAN5+3
Kondisi berbeda terjadi di negara ASEAN 5+3 dimana negara China memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 9,9persen.
Sedangkan Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terendah yang hanya sebesar 0.8 persen. Pertumbuhan China ini
berpengaruh pada tingginya nilai tabungan domestik dan investasi domestik mereka hingga mencapai 45 persen dan 40 persen dari GDP. Sehingga
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berangsur-angsur menurunkan kesenjangan surplus dari tahun ke tahun. Kondisi di Jepang dengan pertumbuhan
ekonomi yang rendah merupakan dampak dari deflasi yang terjadi di negara tersebut. Sehingga nilai tabungan dan investasi domestik di Jepang hanya berkisar
25 persen dan 24 persen dari GDP. Rendahnya FDI Inflow di Jepang juga berdampak pada investasi domestik yang sangat bergantung pada tabungan
domestik.
5.3.3.5 Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3
Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel krisis ekonomi sebesar -1.4000. Hal ini menandakan bahwa krisis ekonomi berpengaruh
negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3.
Hal ini sesuai dengan yang terjadi di Asia Jesus, Kristine, dan Joseph, 2005. Adanya krisis ekonomi berdampak pada melemahnya tabungan domestik
suatu negara yang merupakan salah satu sumber pembentukan modal. Sehingga berdampak pada nilai kesenjangan tabungan dan investasi domestik yang
berkurang bahkan hingga mencapai angka defisit saat periode krisis ekonomi. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di negara ASEAN 5+3 dimana terjadi
kesenjangan positif tabungan dan investasi domestik pasca krisis yang menandakan bahwa tingkat tabungan domestik lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat investasi domestik. Dimana kondisi kesenjangan surplus ini terjadi akibat
melemahnya investasi pasca krisis ekonomi tahun 1998 dengan tingkat tabungan yang tetap tinggi.
Kondisi dimana krisis ekonomi berdampak pada pengurangan kesenjangan tabungan dan investasi domestik memiliki pengaruh yang berbeda dengan
variabel pertumbuhan ekonomi. Karena meskipun krisis ekonomi mampu mengurangi kesenjangan tabungan dan investasi domestik, namun hal ini
berpengaruh negatif bagi suatu negara. Karena krisis ekonomi akan memicu pengurangan tabungan domestik dalam skala yang besar serta penurunan terhadap
investasi domestik yang sangat besar hingga mencapai kondisi defisit dimana pemerintah harus melakukan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit
kesenjangan tersebut. Sehingga suatu negara akan bergantung pada pinjaman luar negeri untuk membiayai investasi domestiknya. Karena hal itu, pada saat ini
negara di kawasan ASEAN 5+3 menggunakan tabungan domestik sebagai dana cadangan guna menanggulangi terjadi krisis serupa seperti tahun 1998. Sehingga
mereka memutuskan untuk mempertahankan tingkat tabungan dan berdampak pada terciptanya kesenjangan surplus.
5.4 Implikasi Kebijakan