5.3.2 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Statistik
Setelah melakukan tahapan pengujian asumsi klasik maka dapat ditentukan bahwa model estimasi analisis data panel yang terbaik adalah Fixed
Effect Model dengan GLS Weights Cross-section SUR. Nilai R-squared sebesar
0.8977 menandakan variabel FDI, CPI, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan dummy
krisis ekonomi mampu menjelaskan keragaman dalam kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 89.77 persen dan sisanya sebesar 10.23
persen keragaman dalam kesenjangan tabungan dan investasi domestik dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil estimasi model kesenjangan dapat dilihat
dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Estimasi Model Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3
Variabel Koefisien Standar Error
t-Statistic Prob C -570.3739
70.9140 -8.0432
0.0000 FDI 0.2305
0.0985 2.3398
0.0211 CPI 0.0857
0.0422 2.0306
0.0448 LOGTP 31.8824 3.9169 8.1395
0.0000 GROWTH -0.3067 0.0727 -4.2166
0.0001 DKRISIS -1.4000 0.5355 -2.6142
0.0102 R-squared
0.8978 Adjusted R-squared
0.8863 F-statistic
78.3195 ProbF-statistic
0.0000 Sum squared resid
113.6227 Durbin-Watson stat
1.3769
Sumber: Hasil Pengolahan dengan EVIEWS 6.0
Dengan melihat
nilai ProbF-Statistic
sebesar 0.0000 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan taraf nyata
α sebesar 5 persen, hal ini menyatakan bahwa secara keseluruhan minimal ada satu variabel diantara FDI, CPI, total populasi,
pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi yang secara signifikan memengaruhi kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3
dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Kemudian, secara parsial dengan melihat nilai Probt-Statistic dari masing-masing variabel yang lebih kecil dari taraf nyata
α sebesar 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa FDI, CPI, total populasi, pertumbuhan ekonomi dan
dummy krisis ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap kesenjangan
tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Serta dengan melihat koefisien dari masing-masing variabel dapat
diketahui bahwa FDI, CPI, dan total populasi yang memiliki koefisien bertanda positif menandakan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh positif
terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi dan dummy krisis ekonomi memiliki
koefisien bertanda negatif sehingga kedua variabel tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik ASEAN 5+3.
5.3.3 Tahapan Evaluasi Model berdasarkan Kriteria Ekonomi 5.3.3.1 Pengaruh FDI terhadap Kesenjangan Tabungan dan Investasi
Domestik Negara ASEAN 5+3
Hasil analisis regresi diperoleh hasil koefisien untuk variabel FDI sebesar 0.2305. Hal ini menandakan bahwa Foreign Direct Investment berpengaruh
positif terhadap kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara ASEAN 5+3. Peningkatan persentase FDI Inflow terhadap GDP sebesar satu persen, akan
meningkatkan kesenjangan tabungan dan investasi domestik sebesar 0.23 persen dengan asumsi cateris paribus.
Hal ini sesuai dengan yang terjadi di ASEAN Plumer dan Cheong, 2008 yang menyatakan dampak negatif dari FDI Inflow ke negara ASEAN 5+3 pasca
krisis 1998 disebabkan oleh faktor kondisi sosial politik dan ekonomi di negara tujuan FDI, seperti tingkat pendapatan perkapita, sumber daya manusia, tingkat
keterbukaan dalam suatu perekonomian dan pengembangan pasar modal lokal. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan dalam Todaro dan Smith, 2006
dimana terdapat argumen yang menyatakan bahwa FDI akan memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi dikarenakan pengaruh negatif dari FDI akan
menurunkan tingkat tabungan maupun investasi domestik di negara tuan rumah sehubungan dengan akan terciptanya aneka bentuk persaingan tidak sehat yang
bersumber dari perjanjian produksi ekslusif. Sehingga tidak terlaksananya reinvestasi atas keuntungan yang mereka dapatkan dalam perekonomian tuan
rumah. Dampak lainnya adalah terpicunya tingkat konsumsi domestik yang akan menurunkan minat masyarakat untuk menabung maupun investasi.
Selain itu, efek positif dari FDI pada kesenjangan tabungan dan investasi domestik negara tuan rumah mungkin tidak hanya tergantung pada kondisi lokal
dan kebijakan tetapi juga pada sektor di mana FDI terjadi. Pada tahun 1990-an terjadi pergeseran dalam industri di mana perusahaan asing aktif dibandingkan
dengan periode pasca perang, yang sebelumnya melibatkan eksploitasi minyak dan sumber daya alam, menuju manufaktur, jasa, dan teknologi tinggi. Pemerintah
mulai mengurangi pembatasan pada FDI dan semakin menawarkan insentif dalam upaya untuk menarik investasi. Kenaikan jumlah FDI Inflow saat ini memiliki
karakteristik yang berbeda karena lebih dari 50 dari investasi baru di sektor jasa. Ditemukan fakta bahwa FDI mengalir ke sektor-sektor ekonomi yang berbeda
yaitu primer, manufaktur, dan jasa mengerahkan efek yang berbeda pada kesenjangan.Arus masuk FDI ke sektor primer cenderung memiliki efek positif
pada kesenjangan, sedangkan arus masuk FDI di sektor manufaktur berdampak negatif. Akan tetapi, investasi asing di sektor jasa adalah memiliki dua
kemungkinan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
bentuk investasi
asing tampaknya bermanfaat bagi perekonomian tuan rumah. Kondisi yang umum terjadi di negara ASEAN 5+3 adalah adanya
penanaman modal asing yang hanya berupa investasi portofolio dengan berharap return
imbalan yang besar. Ironisnya setelah mengambil keuntungan, aliran modal itu bisa keluar dengan cepat dan tidak masuk ke investasi langsung asing.
Sehingga kondisi yang terjadi adalah dengan adanya FDI Inflow akan memperlebar kesenjangan tabungan dan investasi domestik.
Serta fakta yang membuktikan bahwa pengaruh FDI Inflow lebih besar terhadap tabungan domestik dibandingkan terhadap investasi domestik, hal ini
dapat terlihat dari negara yang memiliki FDI Inflow terbesar di kawasan ASEAN 5+3 yaitu Singapura dan China, juga memiliki jumlah tabungan domestik terbesar
di kawasan ASEAN 5+3. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan jumlah investasi domestik tertinggi yang ditempati oleh negara China dan Korea Selatan. Oleh
karena pengaruh FDI Inflow yang lebih besar terhadap tabungan domestik menyebabkan lahirnya pengaruh positif terhadap kesenjangan dari peningkatan
FDI Inflow. Hal ini disebabkan oleh kebijakan masing-masing negara yang berbeda dalam pemanfaatan FDI Inflow.
Kesejajaran dan orientasi ke luar dari masing-masing negara ASEAN 5+3 baik melalui kebijakan perdagangan maupun kebijakan investasi akan
meringankan dampak negatif dari FDI Inflow pasca terjadinya krisis Asia tahun 1998, serta akan mengembalikan keunggulan kompetitif masing-masing negara
ASEAN 5+3 yang pada akhirnya diharapkan akan merubah pengaruh FDI Inflow. Oleh karena itu negara ASEAN 5+3 harus secara berkala meningkatkan kestabilan
dan keamanan melalui harmonisasi kebijakan, birokrasi dan biaya transaksi agar FDI dapat berkembang dan berdampak positif.
a. Pengaruh FDI terhadap Kesenjangan Negara ASEAN 5