Sikap Responden Terhadap Konsumsi MSMn

1,83 Ul. Menurut Huang et al 2006 metode analisa aktivitas AST dan ALT secara spektofotomeri dapat mendeteksi aktivias enzim pada kisaran 1-500 Ul. Gambar 10 Aktivitas ALT pada plasma darah responden Tabel 21 Perbandingan aktivitas ALT plasma sebelum dan sesudah mengkonsumsi MSMn Parameter statistik Sebelum Ul Sesudah Ul Rata-rata 12,605 9,413 Stdandar deviasi 4,629 5,743 Maksimum 23,062 22,045 Minimum 3,910 0,068 Uji Berpasangan signifikan pada p0,05 Jumlah responden yang turun 18 Rata-rata penurunan 3,565 Jumlah responden yang naik 3 Rata-rata Peningkatan 1,356 Jumlah responden yang tetap 1 Aktivitas ALT pada plasma darah responden disajikan pada gambar 8. Pada gambar 8 ditampilkan hasil analisa aktivitas ALT dari 22 orang responden. Rata-rata aktivitas ALT pada plasma darah responden sebelum mengkonsumsi MSMn 12,605 Ul dan setelah mengkonsumsi MSMn menjadi 9,413 Ul Tabel 21. Konsumsi MSMn dapat menurunkan aktivitas ALT plasma signifkan secara statistik uji t berpasangan α 5. Dari 22 orang responden terdapat 18 orang yang aktivitas ALTnya mengalami 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Aktivitas ALT Ul Kode responden sebelum sesudah Batas maksimum =25 Ul penurunan dengan rata-rata penurunan 3,565 Ul, 1 orang responden tidak mengalami perubahan yang signifikan ±1 Ul dan 3 orang responden mengalami peningkatan aktivitas ALT dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,356 Ul. Turunnya aktivitas AST dan ALT pada plasma darah responden diduga berkaitan dengan adanya total antioksidan, kapasitas dan aktivitas enzim antioksidan yang meningkat dalam tubuh responden. Dimana MSMn memiliki kandungan karotenoid dan tokoferol yang tinggi dan memiliki peranan sebagai antioksidan. Hasil pengujian total antioksidan plasma pada 22 orang responden, semuanya mengalami peningkatan total antioksidan plasma dan kapasitas antioksidan pada eritrosit Zakaria et al. 2011. Peningkatan status antioksidan responden menunjukkan bahwa status vitamin A tubuh sudah membaik sehingga terdapat sisa yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan dapat mengurangi kerusakan akibat oksidan dengan menetralkan radikal bebas serta melindungi sel mencegah terjadinya kerusakan pada lipid, protein, enzim, dan DNA Naskar et al. 2010. Enzim AST maupun ALT merupakan enzim intraseluler dan akan dikeluarkan ke dalam plasma apabila terjadi kerusakan pada sel yang mengandung enzim-enzim ini. Kerusakan sel-sel hati menyebabkan enzim-enzim ini bocor dari sel yang rusak ke dalam aliran darah. Radikal bebas dalam jumlah berlebihan sementara jumlah antioksidan seluler lebih sedikit sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel Costa et al. 2005. Kerusakan sel merupakan gangguan atau perubahan yang dapat mengurangi viabilitas dan fungsi esensial sel Costa et al. 2005. Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogenus yaitu pada reaksi reduksi oksidasi normal dalam mitokondria, peroksisom, detoksifikasi senyawa senobiotik, metabolisme obat-obatan dan fagositasi. Sedangkan radikal bebas dari sumber eksogenus berasal dari asap rokok, radiasi, inflamasi, latihan olahraga berlebihan, diet tinggi asam lemak tidak jenuh, dan karsinogen Langseth 1995. Jumlah responden yang mengalami penurunan aktivitas AST lebih sedikit dibandingkan dengan yang mengalami penurunan aktivitas ALT. Hal ini menunjukkan bahwa antioksidan dari MSMn lebih efektif bekerja untuk melindungi hati. Hal ini dijelaskan oleh Lehninger 2005 dimana Letak AST di mitokondria organ hati, jantung, dan ginjal. Sedangkan ALT terdapat di sitosol hati saja dan jumlahnya pun lebih sedikit dibandingkan jumlah AST. Jadi, di antara kedua enzim ini yang lebih mencerminkan fung Pada 5-35 ALT pada hal pema dapa Gam dehid berpe enzim usus disaj si hati adala a manusia, n UL Baron T biasanya le a 22 orang ini berkait apaparan ba Menurut at dijadikan mma-glutami drogenase eranmempe m ini terdap dan plase ikan pada G 20 40 60 80 100 120 140 1 aktivitas ALP Ul ah ALT. En nilai normal n 1992. Pa ebih banyak responden tan dengan ahan kimia s t Kaplan 19 indikator te iltransferase EC 1.1.1.2 ercepat hidr pat dalam b enta. Aktiv Gambar 11 d Gambar 2 3 4 5 nzim ALT d l enzim AL ada keadaan k daripada A sebelum m n pemilihan seperti yang 989, selain ergangguny e EC 2.3 27. Alkalin rolisis fosfa anyak jarin vitas enzim dan Tabel 2 r 11 Aktivit 6 7 8 9 1 Kod dan AST pe T berkisar a n fungsi hati AST Kapla mengkonsum n responde g biasa dilak n enzim AST ya fungsi ha .2.2, 5’-nu n fosfatase at organik ngan,terutam ALP sebe 22. tas ALP pad 10 11 12 13 1 de responden enting dalam antara 5-25 i yang terga an 1989. A msi MSMn en yang s kukan pada T dan ALT, ati, yaitu alk ukleotidase merupakan dengan me ma berasal d elum dan da plasma d 14 15 16 17 18 n m diagnosis UL, sedan anggu, penin Aktivitas AS masih dalam ehat dan hewan perc , ada empat kalin fosfata EC 3.1.3 n sekelomp elepaskan f dari hati dan sesudah ko darah respon 8 19 20 21 22 s kerusakan ngkan AST ngkatan akt ST maupun m batas no tidak dilak cobaan. t enzim lagi ase EC 3.1 3.5, dan pok enzim fosfat anorg n tulang, mu onsumsi M nden 2 Sebelum Sesuda Batas normal = 20 ‐95 Ul n hati. adara tivitas ALT ormal, kukan yang 1.3.1, laktat yang ganik. ucosa MSMn m h Tabel 22 Perbandingan aktivitas ALP plasma sebelum dan sesudah mengkonsumsi MSMn Parameter statistik Sebelum Ul Sesudah Ul Rata-rata 82,343 52,954 Standar deviasi 25,838 20,851 Maksimum 118,728 92,344 Minimum 26,384 16,490 Uji Berpasangan signifikan pada p0,001 Jumlah responden yang turun 20 Rata-rata penurunan 35,625 Jumlah responden yang naik 2 Rata-rata Peningkatan 32,980 Aktivitas ALP pada plasma darah responden disajikan pada gambar 11. Pada gambar 11 ditampilkan hasil analisa aktivitas ALP dari 22 orang responden. Rata-rata aktivitas ALP pada plasma darah responden sebelum mengkonsumsi MSMn 82,343 Ul dan setelah mengkonsumsi MSMn menjadi 52,954 Ul Tabel 22. Konsumsi MSMn terbukti dapat menurunkan aktivitas enzin ALP plasma secara signifikan uji t berpasangan α 1. Dari 22 orang responden terdapat 20 orang yang aktivitas ALP-nya mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan 35,625 Ul dan 2 orang responden mengalami peningkatan aktivitas ALP dengan rata-rata peningkatan sebesar 32,98 Ul. Aktivitas enzim ALP normal pada orang dewasa adalah 20-95 UL Baron 1992. Dari 22 orang responden terdapat 7 orang responden yang memiliki aktivitas ALP diatas normal. Namun belum mengindikasikan suatu penyakit tertentu. Menurut Venukumar dan Latha 2002 alkalin fosfatase meningkat bila terjadi kolestasis. Pada keadaan obstruksi intrabiliar maupun ekstrabiliarkadar enzim ini meningka 3-10 kalo dari nilai normal sebelum timbul ikterus dengan transaminase yang sedikit meningkat. Kadar enzim alkalin fosfatase diatas 180 UL biasanya diikuti denganpeningkatan bilirubin plasma menunjukkan kemungkinan terjadinya sirosis biliaris primer. Peningkatan yang mencapai 150 UL khas pada virus hepatitis. ALP juga merupakan enzim intraseluler sama seperti ALT dan AST. Dimana aktivitasnya yang tinggi diatas batas normal pada plasma darah mengindikasikan terjadinya kerusakan sel. Konsumsi MSMn dengan kandungan karotenoid dan tokoferol yang tinggi yang berperan sebagai antioksidan diduga dapat melindungi sel dari kerusakan oleh serangan radikal bebas. Turunnya aktivitas ALP pada 20 orang responden erat kaitannya dengan meningkatnya total antioksidan dalam plasma. Hasil dari penelitian Edem dan Akpanabiatuk 2006 konsumsi minyak sawit merah pada level moderat 10 dan 20 dari total lemak ransum mampu menjaga agar aktivitas enzim ALT, AST, ALP tikus berada pada batas normal. Penelitian Adeneye dan Banebo 2007 yang dilakukan membuktikan bahwa ektrak sawit memiliki efek hepatoprotektor, dimana tikus yang diinduksi acetaminophen dapat diturunkan kadar enzim penanda kesehatan hati AST, ALT dan ALP hingga batas normal. Ekstrak sawit selain dapat memberi asupan kalori, juga merupakan sumber dari provitamin A dan antioksidan yaitu karotenoid, tokoferol dan tokotrienol. Antioksidan ini memiliki kemaampuan untuk menghambat terbentuknya peroksida lemak dan menangkat singlet oksigen. Selain karotenoid, vitamin A dan vitamin E juga memiliki peranan sebagai hepatoprotektor dan dapat melindungi hati dari radikal bebas. Vitamin A dan E memiliki peran sebagai antioksidan primer yang dapat menangkap singlet oksigen mencegah terbentuknya lipid peroksida, dan vitamin E juga berperan sebagai antioksidan larut lemak yg bertugas melindungi membran dari radikal bebas. Menurut Friday et al 2009 retinol dan α tokoferol memiliki kemampuan hepatoprotektor dan terbukti dapat menurunkan aktivitas AST, ALT dan ALP pada plasma darah tikus yang terpapar gasoline, dimana α tokoferol memiliki kemampuan hepatoprotektor yang lebih kuat dibandingkan dengan retinol. Peningkatan kadar retinol pada plasma diduga memberikan pengaruh pada penurunan aktivitas enzim-enzim penanda fungsi hati tersebut. Menurut Panjaitan 2008 daya perlindungan hati oleh suatu senyawa ekstrak akar pasak bumi terhadap induksi bahan kimia seperti CCl 4 dapat dilihat dari kemampuannya menghambat peroksidasi lipid, menekan aktivitas enzim ALT dan AST serta meningkatkan aktivitas antioksidan enzim dan antioksidan non enzim. MSMn banyak mengandung vitamin A dan E yang juga terdapat pada tanaman lidah buaya. Penelitian Sopandi et al. 2007 membuktikan antioksidan yang terkandung dalam Aloe vera L. yaitu vitamin C, E, dan A dapat bertindak sebagai hepatoprotektor dengan mereduksi stres oksidatif dengan jalur penangkapan senyawa struktur elektrofil yaitu metabolit parasetamol NAPQI yang bertindak sebagai hepatotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan hati. Penelitian in vitro oleh Miladi dan Damak 2008 menyebutkan, bahwa ekstrak etanol daun lidah buaya yang difraksinasi partisi menggunakan heksan menunjukkan total antioxidant capacity TAOC terbesar 471,300 ± 0,013 dengan phosphomolybdenum method dan antioxidant activity coefficient AAC terbesar pada β-carotene-bleaching methods.