Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
                                                                                pemesanan  dan  jumlah  produk  yang  akan  di  ekspor.  Jumlah  penduduk Yogyakarta  merupakan  potensi  peningkatan  konsumsi  tas,  jaket,  dan  sepatu
sebagai kebutuhan dasar manusia.
C.  Aspek Pemerintah Dan Hukum Peran  pemerintah  sangat  besar  bagi  perkembangan  indutri  kulit  di  Manding.
Dukungan  dan  bantuan  berupa  pelatihan,  penyuluhan,  dan  bantuan  penyediaan sarana  dan  prasarana  umum  sangat  dibutuhkan.  Berbagai  acara  yang
diselenggarakan pemerintah seperti pameran dan pemberian souvenir produk kulit Manding  diberbagai  kegiatan  dapat  sebagai  media  promosi  yang  efektif.
Perluasan  jaringan  pemasaran  juga  sangat  membutuhkan  bantuan  dan  dukungan pemerintah.  Akademi  Teknologi  Kulit  ATK  dan  Balai  Besar  Kulit  Karet  dan
Plastik  BBKKP  yang  masih  dibawah  kendali  pemerintah  juga  sangat  berperan dalam perkembangan indutri kulit di Manding.
Adanya  kebijakan  pajak  ekspor  PE  untuk  membatasi  ekspor  kulit  mentah dalam rangka menanggulangi kelangkaan pasokan kulit di dalam negeri dan untuk
memaksimalkan  kapasitas  terpasang  di  industri  hilir  kulit  seperti  industri penyamakan  kulit  dan  sepatu.  Dalam  pelaksanaan  PP  No.  55  Tahun  2008  kulit
mentah, pickle dan wet  blue dikenakan pungutan ekspor PE. Adapun  besarnya pungutan ekspor dimaksud adalah 25  untuk kulit mentah dan pickle, serta 15
untuk wet blue.
D.  Aspek Teknologi Teknologi  produksi  yang  digunakan  para  pengrajin  kulit  di  Manding  masih
manual  dan tradisional,  merupakan keahlian  yang didapatkan turun temurun dan hingga sekarang tidak banyak perubahan. Yogyakarta memiliki BBKKP dan ATK
yang  seharusnya  mampu  memberi  dukungan  dalam  perkembangan  teknologi industri  perkulitan.  Teknologi  infomasi  seperti  internet  juga  belum  tersentuh
pengrajin  kulit  Manding,  padahal  saat  ini  teknologi  informasi  berbasis  internet sangat  familiar  dengan  konsumen.  Rendahnya  wawasan  mengenai  penggunaan
teknologi  informasi  membuat  industri  kulit  Manding  lamban  menarik  konsumen dan memperluas area pemasaran.
E.  Aspek Persaingan Aspek
persaingan merupakan
faktor terkuat
yang mempengaruhi
perkembangan  industri  kulit  di  Manding  setelah  faktor  ekonomi.  Banyaknya jumlah  pelaku  industri  kulit  dalam  berbagai  skala  industri,  membuat  sebuah
perusahaan harus memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu mendapatkan target  konsumen  yang  diinginkan  dan  memenangkan  persaingan  pasar.  Faktor
persaingan akan dijelaskan lebih detail pada analisis lingkungan industri.
Analisis Industri Five Force’s Competitor
Menurut  Porter  1995,  kekuatan  bersaing  pada  lingkungan  industri bergantung  pada  lima  faktor  yaitu  ancaman  masuknya  pendatang  baru,  ancaman
terhadap  produk  substitusi,  kekuatan  tawar  menawar  pemasok,  kekuatan  tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Tabel 15 merupakan hasil
rekap  kuesioner  mengenai  pengaruh  lingkungan  industri  faktor  ancaman  pendatang baru, faktor daya tawar pemasok, faktor daya tawar pembeli, faktor ancaman barang
substitusi,  dan  faktor  tingkat  persaingan  terhadap  industri  kulit  di  Manding menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh terhadap industri kulit di Manding.
A. Ancaman Pendatang Baru. Pendatang  baru  dalam  suatu  industri  dapat  membahayakan  perusahaan-
perusahaan  yang  ada  karena  pendatang  baru  akan  membawa  kapasitas  baru, keinginan untuk merebut pasar serta seringkali juga merebut sumberdaya yang besar.
Akibatnya harga dapat  menjadi  turun atau biaya membengkak sehingga  mengurangi keuntungan. Seperti dikatakan Porter 1995 bahwa pendatang baru akan menghadapi
6  enam  rintangan  yaitu:  1  skala  ekonomi;  2  diferensiasi  produk;  3  kebutuhan modal;  4  biaya  beralih  pemasok;  5  akses  ke  saluran  distribusi  dan  6  peraturan
pemerintah. Faktor tersebut dikembangkan sesuai kondisi objek penelitian.
a.  Skala  ekonomi  :  industri  kulit  Manding  umumnya  berskala  mikro  dan  kecil, hanya  dua  pengrajin  yang  berskala  sedang.  Sehingga  kemampuan  industri  untuk
meningkatkan efisiensi dengan penurunan biaya satuan produk sangat lemah. Ini memberikan peluang kepada pemain baru untuk masuk di Manding dengan skala
ekonomi  yang  lebih  baik.  Maka  ancaman  pendatang  baru  pada  faktor  skala ekonomi cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding,
skor 3.00. b.  Diferensiasi  produk:  layanan  pesan  sesuai  dengan  keinginan  pelanggan
menghasilkan produk yang unik dan ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi pelanggan,  sehingga  konsumen  tersebut  cenderung  bersikap  loyal  sehingga
pendatang  baru  memerlukan  biaya  yang  cukup  besar  untuk  merebut  loyalitas pelanggan  tersebut.  Namun  industri  kulit  Manding  lemah  dalam  inovasi  Desain
produk  yang  sesuai  dengan  trend  yang  sedang  diminati  konsumen,  sehingga  ini menjadi peluang bagi pendatang baru. Maka ancaman pendatang baru pada faktor
diferensiasi produk berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.22.
c.  Kebutuhan  Modal  :  modal  yang  dibutuhkan  untuk  mendirikan  showroom  di Manding  memang  cukup  besar,  namun  bagi  pemain  baru  yang  memiliki  cukup
modal,  ini  tidak  menjadi  masalah,  ketersediaan  lahan  yang  cukup,  ketersediaan bahan baku yang cukup aman serta lokasi pemasok yang masih berada diwilayah
Yogyakarta sehingga mudah dijangkau. Peralatan produksi juga cukup sederhana. Maka ancaman pendatang baru pada faktor kebutuhan modal cukup berpengaruh
terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00. d.  Akses  ke  jaringan  distribusi  :  jaringan  distribusi  industri  kulit  Manding  sangat
sederhana,  dengan  kendaraan  pribadi  mengambil  bahan  baku  serta  mengantar pesanan.  Jika  bahan  baku  atau  pesanan  dalam  jumlah  yang  banyak  mereka
menggunakan jasa pengiriman yang tersedia untuk umum. Oleh karena itu, tidak ada  hambatan  bagi  pendatang  baru  dalam  akses  ke  jaringan  distribusi.  Maka
ancaman  pendatang  baru  pada  faktor  Akses  ke  jaringan  distribusi  berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.56.
Tabel 15 Rekapitulasi kuesioner lingkungan industri Lingkungan Industri
Skor   Keterangan Ancaman Pendatang Baru
a. Skala Ekonomi 3.00
Berpengaruh b. Diferensiasi Penghalang Masuk
2.22 Berpengaruh lemah
c. Kecukupan Modal 3.00
Berpengaruh d. Akses ke Saluran Distribusi
3.56 Berpengaruh kuat
e. Mutu Produk 1.00
Tidak berpengaruh f. Peraturan Pemerintah
3.56 Berpengaruh kuat
g. Tindakan Penolakan yg Diperkirakan 3.44
Berpengaruh h. Harga Penghalang Masuk
1.00 Tidak berpengaruh
i.  Teknologi Hambatan Masuk 2.78
Berpengaruh j.  Pengalaman sebagai hambatan masuk
2.78 Berpengaruh
Daya Tawar Pemasok a. Kelompok Pemasok
2.44 Berpengaruh lemah
b. Produk Substitusi 2.78
Berpengaruh c. Pelanggan Penting
3.00 Berpengaruh
d. Masukan Yang Penting 2.89
Berpengaruh e. Pemerintah
1.33 Tidak berpengaruh
Daya Tawar Pembeli a. Kelompok Pelanggan
3.00 Berpengaruh
b. Diferensiasi Produk 1.78
Berpengaruh lemah c. Ancaman Integrasi Balik
2.44 Berpengaruh lemah
d. Mutu Produk 1.00
Tidak berpengaruh e. Informasi Pelanggan
3.78 Berpengaruh kuat
Ancaman Barang Substitusi 2.00
Berpengaruh lemah Tingkat Persaingan
a. Jumlah Kompetitor 4.00
Berpengaruh kuat b. Tingkat Pertumbuhan Industri
3.00 Berpengaruh
c. Biaya Tetap yang Besar 2.56
Berpengaruh e.  Mutu  produk  :  mutu  produk  yang  dihasilkan  industri  kulit  Manding  cukup  baik,
sehingga  cukup  sulit  bagi  pendatang  baru  untuk  menyamai  atau  mengungguli mutu  produk  yang  tersedia  di  Manding,  maka  ancaman  pendatang  baru  pada
faktor mutu produk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00
f.  Peraturan Pemerintah : tidak ada kebijakan yang membatasi masuknya pendatang baru  dalam  usaha  industri  kulit  di  Manding,  sehingga  dengan  mudah  para
pendatang  dapat  mendirikan  industri  kulit  di  Manding,  ini  cukup  mengancam keberlangsungan  industri  kulit  yang  merupakan  bisnis  turun  temurun  penduduk
Manding,  maka  ancaman  pendatang  baru  pada  faktor  peraturan  pemerintah berpengaruh  kuat  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding,  dengan
skor 3.56. g.  Tindakan  penolakan  yang  diperkirakan  :  tidak  ada  penolakan  yang  berarti  dari
pengrajin  kulit  Manding  terhadap  masuknya  pendatang  baru,  ini  dikarenakan mereka  merasa  tidak  punya  hak  untuk  melarang  masuknya  pendatang  baru,
meskipun  mereka  menyadari  pendatang  baru  pasti  akan  menjadi  pesaing  dalam memperebutkan  konsumen.  Tidak  adanya  tindakan  penolakan  yang  diperkirakan
menjadi kabar baik bagi pendatang baru dibidang industri kulit di Manding, maka ancaman  pendatang  baru  pada  faktor  tindakan  penolakan  yang  diperkirakan
berpengaruh  kuat  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding,  dengan skor 3.44.
h.  Harga Penghalang Masuk : harga yang ditawarkan oleh industri kulit di Manding relatif murah, cukup berat bagi pemain baru untuk menekan harga sehingga dapat
menjual  produk  yang  sama  dengan  harga  yang  lebih  murah,  maka  ancaman pendatang baru pada faktor harga penghalang masuk tidak berpengaruh terhadap
keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00 i.  Teknologi  hambatan  masuk  :  teknologi  produksi  yang  digunakan  pengrajin
industri  kulit  Manding  masih  manual  dan  tradisional  karena  berasal  dari  ajaran turun  temurun.  Teknologi  informasi  juga  belum  dimanfaatkan  dengan  baik  oleh
pengrajin industri kulit Manding. Ini menjadi peluang bagi pendatang baru untuk unggul dibidang teknologi, maka ancaman pendatang baru pada faktor  teknologi
hambatan  masuk  cukup  berpengaruh  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di Manding, dengan skor 2.78.
j.  Pengalaman sebagai hambatan masuk : pengalaman yang dimiliki pelaku industri kulit  Manding  relatif  lama,  karena  bisnis  indutri  kulit  merupaka  bisnis  turun
temurun,  sehingga  dari  usia  muda  mereka  telah  menekuni  industri  kulit.  Ini menjadi  ancaman  bagi  pendatang  baru,  maka  ancaman  pendatang  baru  pada
faktor  pengalaman  sebagai  hambatan  masuk  cukup  berpengaruh  terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.78.
B. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok. Meningkatkan  harga  dan  mengurangi  mutu  produk  yang  dijual  adalah  cara
potensial  yang  dapat  digunakan  pemasok  untuk  mendapatkan  kekuatan  terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak
dapat  menutup  peningkatan  biaya  yang  terjadi  melalui  struktur  harganya  maka kemampulabaannya  akan  berkurang  akibat  tindakan  pemasok.  Kondisi-kondisi  yang
membuat  pemasok  kuat  cenderung  serupa  dengan  kondisi  yang  membuat  pembeli kuat, dimana kelompok pemasok dapat dikatakan kuat jika :
a.  Kelompok  pemasok  :  pemasok  kulit  samak  memang  tidak  berkelompok,  namun posisi  pemasok  dinilai  tidak  kuat  oleh  para  pakar,  ini  dikarenakan  banyaknnya
pemasok yang dapat menjadi pilihan bagi pengrajin industri kulit Manding, maka kekuatan  tawar  menawar  pemasok  pada  faktor  kelompok  pemasok  berpengaruh
lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.44. b.  Produk  substitusi  :  sebenarnya  ada  produk  pengganti  dari  kulit  sama  yaitu  kulit
sintetis yang sangat menyerupai kulit asli, namun tetap saja lebih baik kulit samak asli, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor produk substitusi cukup
berpengaruh  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding,  dengan  skor 2.78.
c.  Pelanggan  Penting  :  industri  kulit  Manding  bukan  merupakan  pelanggan  satu- satunya  para  pemasok,  karena  memang  tidak  ada  ikatan  kerja  sama,  maka
kekuatan  tawar  menawar  pemasok  pada  faktor  pelanggan  penting  cukup berpengaruh  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding,  dengan  skor
3.00. d.  Masukan  yang  Penting  :  kulit  samak  merupakan  bahan  baku  yang  penting  bagi
industri  kulit  Manding,  sehingga  kekuatan  pemasok  kulit  Manding  cukup  besar,
namun untuk asesoris bukan merupakan masukan yang penting bagi industri kulit Manding,  karena  ternyata  dari  hasil  rekap  kuesioner  responden  lebih  menyukai
produk yang tidak terlalu rame asesoris, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor masukan yang penting cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.89. e.  Pemerintah  :  pemerintah memang mengeluarkan  kebijakan berupa penetapan PE
kulit mentah sebesar 25 untuk melindungi industri hilir, namun ini tidak terlalu berpengaruh  terhadap  pemenuhan  kulit  samak  lokal  yang  bermutu  bagi  industri
kulit di Manding, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor kebijakan pemerintah  dianggap  tidak  berpengaruh  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit
di Manding, dengan skor 1.33. Pasokan  bahan  baku  sangat  mudah  diperoleh  dari  Yogyakarta  dan  Magetan.
Pemasok  bahan  baku  kulit  samak  diperoleh  antara  lain  dari  :  Jaynal  Kulit,  GM Collection,  Loex  Manleather,  Nad  Nad  Tannery,  PT.  Rajawali  Nusindo  Magelang,
Rohmat  Leather,  UD.  Antique  Jaya  Leather.  Ancaman  daya  tawar  pemasok  dinilai lemah.
C. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli. Pembeli  bersaing  dengan  industri  dengan  cara  memaksa  harga  turun,  tawar
menawar  untuk  mutu  yang  lebih  tinggi  dan  pelayanan  yang  lebih  baik.  Sebaliknya pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin dimana industri
dapat  memperoleh  pengembalian  serendah  mungkin  yang  dapat  diterima.  Dan kelompok pembeli dapat menjadi kuat pada situasi berikut :
a.  Kelompok Pelanggan Pembeli: pelanggan produk kulit di Manding atau disebut buyer  memesan  dalam  jumlah  yang  banyak,  meskipun  frekuensi  pemesanannya
tidak  tentu.  Buyer  memiliki  daya  tawar  yang  kuat  sebagai  konsumen,  maka kekuatan  tawar  menawar  pembeli  pada  faktor  kelompok  pelanggan  cukup
berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 3.00. b.  Diferensiasi  Produk:  adanya  pelayanan  pemesanan  sesuai  dengan  keinginan
konsumen  menjadikan  produk  industri  kulit  Manding  unik  dan  tidak  banyak
ditemui  dipasaran.  Ini  menjadikan  konsumen  memiliki  daya  tawar  yang  lemah terhadap  produk  kulit  yang  diperoleh  dari  layanan  pesanan  sesuai  keinginan
konsumen,  maka  kekuatan  tawar  menawar  pembeli  pada  faktor  diferensiasi produk  berpengaruh  lemah  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding,
dengan skor 1.78. c.  Ancaman  Integrasi  Balik:  pembeli  yang  memesan  dalam  jumlah  besar  atau
disebut  buyer  dapat  melakukan  integrasi  balik  dengan  mengancam  akan mengalihkan  pesanan  kepada  pelaku  industri  yang  lain,  namun  umumnya  buyer
bersifat  loyal  terhadap  pengrajin  Manding.  Sedangkan  untuk  pembeli  eceran  di showroom  hanya  dapat  melakukan  usaha  tawar  menawar  harga  yang  tidak  jauh
dengan  harga  yang  ditawarkan  penjual,  maka  kekuatan  tawar  menawar  pembeli pada faktor ancaman integrasi balik berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.44. d.  Mutu Produk: mutu produk kulit yang dihasilkan industri kulit di Manding cukup
memuaskan  konsumen,  sehingga  konsumen  yang  sudah  loyal  tidak  terlalu  peka terhadap  perubahan  harga,  maka  kekuatan  tawar  menawar  pembeli  pada  faktor
mutu  produk  tidak  berpengaruh  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di Manding, dengan skor 1.00.
e.  Informasi  Pelanggan:  kemudahan  mengakses  informasi  pengenai  produk  kulit yang  dijual  online  maupun  offline,  merupakan  peluang  bagi  konsumen  untuk
mendapatkan  berbagai  pilihan  produk  yang  diinginkan.  Ini  tidak  diimbangi dengan kemampuan para industri Manding untuk menawarkan produknya secara
online,  ini  menjadi  ancaman  bagi  pemasaran  industri  kulit  Manding,  maka kekuatan  tawar  menawar  pembeli  pada  faktor  informasi  pelanggan  berpengaruh
kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.78.
D. Ancaman Produk Pengganti. Produk  pengganti  yang  melakukan  fungsi  serupa  dengan  produk  yang
dihasilkan  oleh  industri  kulit  Manding  memang  banyak,  seperti  sepatu,  jaket,  tas, maupun  asesoris  yang  lain  yang  terbuat  dari  kulit  sintetis,  namun  produk  dari  kulit
asli  memiliki  keunikan  tersendiri  yang  terkesan  eksklusif    bagi  para  konsumen.  Ini membuatan  ancaman  keberadaan  produk  pengganti  dirasa  berpengaruh  lemah
terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 2.00.
E. Tingkat Rivalitas di antara Para Pesaing yang Ada. Persaingan  disini  terjadi  karena  satu  atau  lebih  pesaing  merasakan  adanya
tekanan  atau  melihat  peluang  untuk  memperbaiki  posisi  di  industri  dan  sering disebabkan oleh harga, inovasi produk dan tindakan lain untuk mencapai diferensiasi
produk. Bagi kebanyakan industri, penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat profitabilitas  secara  umum  adalah  persaingan  antara  perusahaan  dalam  industri.
Beberapa  faktor  utama  yang  menentukan  sifat  dan  intensitas  persaingan  diantara perusahaan-perusahaan adalah :
a.  Jumlah Kompetitor: jumlah pesaing yang berbisnis di industri kulit cukup banyak, banyak  sentra  industri  kulit  antara  lain  di  Garut,  Mojokerto,  Tanggulangin,  dan
Cibaduyut, serta masih banyak lagi pemain industri kulit berbagai berskala, maka tingkat  rivalitas  di  antara  para  pesaing  yang  ada  pada  faktor  jumlah  kompetitor
berpengaruh  sangat  kuat  terhadap  keberlangsungan  industri  kulit  di  Manding, dengan skor 4.00.
b.  Tingkat  Pertumbuhan  Industri:  tingkat  pertumbuhan  industri  kulit  dinilai  cukup cepat  oleh  para  pakar,  perusahaan  kulit  berskala  besar  melakukan  ekspansi  dan
terjadi  perebutan  pangsa  pasar.  Ini  cukup  mengancam  keberlangsungan  industri kulit  di  Manding,  maka  tingkat  rivalitas  di  antara  para  pesaing  yang  ada  pada
faktor tingkat pertumbuhan industri cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00.
c.  Biaya tetap yang besar: biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan relatif rendah, karena biaya tiap unit produk sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku
yang  merupakan  biaya  variabel.  Bila  biaya  tetap  yang  dikeluarkan  tinggi  maka akan menciptakan tekanan  yang berat terhadap semua perusahaan untuk  mengisi
kapasitas  yang  dapat  menurunkan  harga  saat  terjadi  kapasitas  berlebih  dan sebaliknya  bila  biaya  tetap  kecil  maka  tekanan  yang  dialami  perusahaan  tidak
terlalu  berat.  Namun  demikian,  tingkat  rivalitas  di  antara  para  pesaing  yang  ada pada  faktor  biaya  tetap  yang  besar  tetap  berpengaruh  terhadap  keberlangsungan
industri kulit di Manding, dengan skor 2.56.
Persaingan  industri  kulit  sejenis  dirasa  sangat  kuat,  industri  kulit  Manding bersaing  dengan  industri  kulit  Cibaduyut,  Mojokerto,  Tanggulangin,  dan  Garut
memperebutkan  segmen  pasar  yang  sama.  Secara  mutu  dan  harga  produk  Manding cukup  bersaing,  hanya  saja  model  produk  kurang  bervariasi,  promosi  sangat  minim
dan  jaringan  kerjasama  pemasaran  yang  sempit.  Penilaian  persaingan  industri  kulit oleh pakar dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Penilaian persaingan industri kulit. Cibaduyut  Mojokerto  Tanggulangin
Garut Manding
Mutu 4
4 4
4 4
Harga 3
4 4
3 4
Variasi 4
4 4
3 3
Promosi 4
3 4
3 2
Jaringan pemasaran 4
4 4
4 2
Evaluasi Faktor Eksternal EFE
Hasil  identifikasi  faktor  eksternal  perusahaan  dikelompokkan  menjadi  dua yaitu peluang opportunities dan ancaman threat. Menurut David  2009, Peluang
merupakan  suatu  kondisi  yang  berada  di  luar  perusahaan  yang  dapat  dimanfaatkan perusahaan dengan sebaik-baiknya untuk menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi
perusahaan,  sedangkan  ancaman  merupakan  suatu  kondisi  yang  berada  di  luar perusahaan  yang  harus  dihindari  perusahaan  karena  secara  langsung  ataupun  tidak
langsung bisa merugikan perusahaan. Perusahaan tidak mempunyai kontrol langsung terhadap  faktor  faktor  eksternal  ini.  Oleh  karena  itu,  perusahaan  harus  bisa
memanfaatkan  peluang  dan  menghindari  ancaman  yang  ada.  Daftar  peluang  dan ancaman perusahaan diperoleh dengan meringkas kuesioner dan kemudian ditimbang
selama  diskusi  dalam  pertemuan,  serta  mengacu  pada  literatur.  Dari  hasil  analisis faktor  eksternal  tersebut  diperoleh  tujuh  peluang  dan  tujuh  ancaman  yang  dihadapi
perusahaan, sebagai berikut:
Peluang:
O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM Kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan IKM terbukti dengan
disediakannya  kredit  bagi  IKM  dan  kebijakan  tentang  pengembangan  IKM.  Secara umum,  baru  sebagian  kecil  usaha  kecil  yang  memiliki  akses  terhadap  pelayanan
bank-bank  formal.  Dalam  struktur  pengambilan  kebijakan  lembaga  perbankan memiliki  pengaruh  yang  kuat  khususnya  dalam  hal  kebijakan  industri  termasuk
industri  kecil  dan  perdagangan.  Lembaga  keuanganbank  dapat  diharapkan mendukung usaha kecil melalui penyediaan dana kredit Hubeis 1997.
Dewasa  ini,  pemerintah  menyediakan  kredit  bagi  IKM  untuk  pendanaaan usaha,  kredit  yang  disediakan  merupakan  dana  bergulir,  jadi  sangat  memudahkan
bagi IKM untuk mengembalikan kredit tersebut. Lembaga keuangan seperti BRI juga menyediakan  paket  kredit  bagi  IKM.  Industri  kulit  di  Manding  mayoritas  berskala
mikro dan kecil sehingga kebijakan ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk untuk  meminimalkan  kelemahan  industri  kulit  di  Manding  dalam  hal  keterbatasan
modal.
O2 : Dukungan Pemerintah Kementerian Perindustrian, ATK, BBPPK Pemerintah  daerah  dengan  dukungan  staf  dan  anggaran  yang  dikuasainya,
Pemerintah  memiliki  potensi  sekaligus  kapasitas  yang  besar  untuk  menjangkau kelompok sasaran yang luas hingga kepelosok-pelosok desa yang terpencil sekalipun
Hubeis, 1997. Kebijakan pemerintah terhadap suatu usaha atau aktor ekonomi lain seperti perkreditan, perpajakan, perijinan, kemitraan, perundangundangan, kebijakan
mengenai  perkembangan  teknologi  serta  kebijakan  mengenai  perdagangan  dapat berdampak pada kegiatan usaha UKM Sjaifudian, 1997.
Kebijakan  yang  mendukung  pengembangan  industri  kulit  Manding diantaranya  adalah  pemberian  bantuan  pembangunan  fasilitas  umum  seperti  gapura
selamat datang, parkiran umum, ATM center, pemberian bantuan peraatan produksi, pengadaan  pameran  untuk  ajang  promosi,  pendanaan  kegiatan  penelitian  yang
berkaitan  dengan  pengembangan  industri  kulit  di  bantul  yang  dilakukan  melalui BBKKP  dan  ATK,  memberi  keleluasaan  bagi  industri  kulit  di  Manding  dalam
memasarkan  produknya,  mengadakan  pelatihan  dan  pendampingan,  serta memberikan informasi paket teknologi.
O3 : Jumlah penduduk Bantul khususnya dan Indonesia umumnya meningkat Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan peluang bagi peningkatan
konsumsi  produk  dan  nantinya  akan  meningkatan  volume  penjualan  perusahaan Hakimi  2007.  Jumlah penduduk  Indonesia  yang besar pada umumnya,  dan jumlah
penduduk  Bantul  pada  khususnya  merupakan  peluang  bagi  peningkatan  kebutuhan produk  industri  kulit  dan  nantinya  akan  meningkatan  volume  penjualan  perusahaan.
Tercatat  dalam  laporan  badan  statistic  Kabupaten Bantul  yang  berjudul  “Bantul
dalam  Angka”  bahwa  penduduk  Kabupaten  Bantul  mengalami  peningkatan  tiap tahunnya.  Tahun  2007,  jumlah  penduduk  Kabupaten  Bantul  adalah  831.657  jiwa.
Tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 856.206 jiwa. Tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 876.172 jiwa. Berdasarkan data dari BPS
Kabupaten  Bantul,  pada  tahun  2010  jumlah  penduduk  Kabupaten  Bantul  tercatat sebanyak  910.572  jiwa  Pada  tahun  2011,  Jumlah  penduduk  Kabupaten  Bantul
sebanyak 921.263 jiwa.
O4 : Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap  dan  gaya  hidup  di  lingkungan  eksternal  perusahaan,  yang  berkembang  dari pengaruh  kultural,  ekologi,  demografi,  agama,  pendidikan  dan  etnik  Pearce  dan
Robinson,  2004.  Produk  yang  berasal  dari  kulit  asli  memiliki  nilai  tersendiri  bagi kosumen,  yaitu  memiliki  kesan  eksklusif,  elegan  dan  eksotis  yang  sangat  digemari
wisatawan manca negara dan pelanggan dalam negeri  yang jumlahnya tidak sedikit. Peluang inilah yang mampu membuat konsumen loyal terhadap produk yang berasal
dari  kulit  asli,  meskipun  harganya  jauh  lebih  tinggi  dari  pada  produk  dari  kulit
sintetis.  Ini  juga  diakui  oleh  para  pakar  dan  konsumen  dari  hasil  penyebaran kuesioner.
O5 : Teknologi informasi Informasi  adalah  sumber  daya  pendukung  yang  vital  bagi  kegiatan  suatu
usaha.  Tidak  hanya  informasi  tentang  pasar,  pasokan,  produksi  dan  teknologi  tapi juga tentang pasar produk yang ditawarkan. Ketimpangan informasi  bagi UKM perlu
dibenahi dengan memberikan porsi yang lebih seimbang dibandingkan dengan usaha besar.  Penyediaan  pusat  informasi  yang  mudah  dijangkau  dengan  informasi  aktual
merupakan  sumber  daya  yang  penting  bagi  pengembangan  UKM  Hubeis  1997. Untuk  tetap  bertahan  dan  unggul  dalam  persaingan  pasar,  perusahaan  perlu
memberikan perhatian dan mampu memperoleh  keunggulan dari peluang teknologis untuk mendukung strategi bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya. Dalam
hal  ini,  keberhasilan  organisasi  atau  perusahaan  sebagian  ditentukan  oleh  daya tanggap  dan  adaptasi  terhadap  inovasi  teknologi  Higa,  1997.  Kemajuan  teknologi
yang  pesat  seperti  teknologi  informasi  dan  produksi  dapat  membuat  kegiatan perusahaan  menjadi  lebih  efektif.  Penggunaan  teknologi  modern  membuat
perusahaan dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi, berkomunikasi dan dapat  mengefektifkan  kegiatan  manajemen  produksi.  Teknologi  informasi  juga
merupakan  media  yang  murah  dan  efektif  untuk  kegiatan  promosi  dan  jual  beli online.
O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap  dan  gaya  hidup  di  lingkungan  eksternal  perusahaan,  yang  berkembang  dari pengaruh  kultural,  ekologi,  demografi,  agama,  pendidikan  dan  etnik  Pearce  dan
Robinson, 2004. Hasil interview dengan para pakar industri kulit menyatakan bahwa saat ini produk yang berasal dari kulit ikan pari sedang digemari oleh pecinta produk
kulit, ini juga dinyatakan oleh para konsumen. Motif dan tekstur kulit ikan pari yang unik menjadi daya tarik tersendiri, butiran sisik punggung yang bulat seperti mutiara
terlihat  sangat  elegan.  Meskipun  harganya  jauh  lebih  mahal  dari  produk  kulit  sapi, namun  peminat  produk  kulit  ikan  pari  tidak  sensitif  terhadap  harga  karena  berasal
dari  segmen  ekonomi  atas.  Ini  menjadi  peluang  yang  sangat  baik  bagi  industri  kulit Manding untuk mengembangkan berbagai produk dari kulit ikan pari.
O7 : Produk sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok Kebututuhan  pokok  manusia  meliputi  sandang  atau  pakaian;  pangan  atau
makanan; dan papan atau tempat tinggal. Produk yang dihasilkan oleh industri kulit di Manding  berupa  sepatu,  sandal,  jaket,  tas,  dompet,  sabuk  atau  produk  fungsional
lainnya yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Ini menjadi peluang bagi industri kulit Manding untuk meningkatan volume penjualan perusahaan.
Ancaman :
T1 : Kenaikan harga BBM Tindakan politik  yang dirancang untuk  melindungi  dan memberikan manfaat
bagi  perusahaan  meliputi  undang-undang  paten,  subsidi  pemerintah  dan  hibah  dana riset produk. Sedangkan kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan
tentang  perdagangan  yang  adil,  program  perpajakan,  ketentuan  upah  minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, undang-undang perlindungan pekerja,
konsumen dan lingkungan Pearce dan Robinson, 2004. Ancaman  kenaikan  harga  bahan  bakar  minyak  akan  memacu  peningkatan
semua  biaya  yang  dibutuhkan  untuk  operasional  industri,  tidak  terkecuali  pada industri  kulit  di  Manding.  Kenaikan  biaya  mulai  dari  bahan  baku,  bahan  pembantu,
peralatan,    transportasi,  hingga  tuntutan  kenaikan  honor  tenaga  kerja.  Rencana pemerintah  untuk  meningkatkan  harga  BBM  di  tahun  2012  menjadi  ancaman  yang
cukup kuat berpengaruh terhadap kondisi industri kulit di Manding.
T2 : Mudahnya pendatang baru masuk
Menurut  Porter  1997,  kekuatan  bersaing  pada  lingkungan  industri bergantung  pada  lima  faktor  yaitu  ancaman  masuknya  pendatang  baru,  ancaman
terhadap  produk  substitusi,  kekuatan  tawar  menawar  pemasok,  kekuatan  tawar menawar  pembeli  dan  intensitas  persaingan  dalam  industri.  Pendatang  baru  dalam
suatu  industri  dapat  membahayakan  perusahaan-perusahaan  yang  ada  karena pendatang baru akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk  merebut  pasar serta
seringkali  juga  sumberdaya  yang  besar.  Akibatnya  harga  dapat  menjadi  turun  atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan Umar, 2005.
Mudahnya pemain baru  masuk dalam  bisnis industri  kulit terlihat  dari cukup tingginya  bobot  ancaman  pendatang  baru  pada  analisis  lingkungan  industri  yang
dilakukan.  Kebutuhan  modal  yang  tidak  terlalu  besar,  tidak  adanya  peraturan pemerintah yang menyulitkan, serta tidak adanya penolakan terhadap pendatang baru
dari industri yang sudah ada merupakan kemudahan yang terbentuk.  Pendatang baru pada suatu industri ada kemungkinan memiliki kemampuan produksi yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang sudah ada sebab dari pendatang baru tersebut tentunya ada keinginan untuk merebut pasar serta sering kali mempunyai sumberdaya
yang  lebih  besar.  Ini  menjadi  ancaman  bagi  industri  kulit  di  Manding,  jika  banyak pedatang baru maka persaingan akan semakin ketat.
T3 : Keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala Menurut  Porter  1997,  kekuatan  bersaing  pada  lingkungan  industri
bergantung  pada  lima  faktor  yaitu  ancaman  masuknya  pendatang  baru,  ancaman terhadap  produk  substitusi,  kekuatan  tawar  menawar  pemasok,  kekuatan  tawar
menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri sejenis. Persaingan disini terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang
untuk  memperbaiki  posisi  dan  sering  disebabkan  oleh  harga,  inovasi  produk  dan tindakan  lain  untuk  mencapai  diferensiasi  produk.  Bagi  kebanyakan  industri,
penentuan  utama  seluruh  persaingan  serta  tingkat  profitabilitas  secara  umum  adalah persaingan  antara  perusahaan  dalam  industri  Umar  2005.  Banyaknya  perusahaan
industri  kulit  yang  berkembang  saat  ini  mengakibatkan  semakin  besarnya  pesaing
perusahaan.  Banyaknya  perusahaan  industri  kulit  sejenis  di  Garut,  Cibaduyut, Mojokerto, Tanggulangin dan daerah lain, membuat persaingan industri kulit menjadi
lebih tinggi untuk kedepannya.
T4 : Adanya produk substitusi Menurut  Porter  1997,  kekuatan  bersaing  pada  lingkungan  industri
bergantung  pada  lima  faktor  yaitu  ancaman  masuknya  pendatang  baru,  ancaman terhadap  produk  substitusi,  kekuatan  tawar  menawar  pemasok,  kekuatan  tawar
menawar  pembeli  dan  intensitas  persaingan  dalam  industri.  Tersedianya  produk- produk pengganti merupakan faktor utama yang mempengaruhi keinginan konsumen
dan  akan  membangkitkan  persaingan  dengan  perusahaan  yang  sudah  ada  Umar 2005.  Adanya  produk  substitusi  yang  memiliki  fungsi  yang  sama  seperti  sepatu
karet,  tas  anyam,  jaket  katun,  dan  produk  kulit  sintetis,  memungkinkan  orang  untuk menggunakan produk substitusi tersebut sebagai pengganti produk kulit dari industri
kulit di Manding.
T5 : Bahan baku impor lebih bermutu Menurut  Pearce  dan  Robinson  2004,  kegiatan  produksi-operasi  perusahaan
dapat  dilihat  dari  efisiensi,  efektivitas  dan  produktivitas.  Berdasarkan  ketiga  hal tersebut  faktor-faktor  yang  perlu  diperhatikan  adalah  biaya  dan  ketersediaan  bahan
baku,  hubungan  dengan  pemasok,  sistem  pengendalian  persediaan,  lokasi  fasilitas, pemanfaatan teknologi,  pengendalian  mutu, riset dan pengembangan. Menurut salah
seorang  pakar  dari  ATK,  menyampaikan  bahwa  kulitas  kulit  samak  impor  lebih bermutu dari pada kulit samak lokal, mutu ini dilihat dari ukuran luasan kulit samak
dan penampakan permukaan kulit samak yang utuh tidak rusak atau berlobang. Harga kulit  samak  impor  tentunya  lebih  mahal  dari  pada  kulit  samak  lokal,  ini  akan
mengancam  keberlangsungan  pengrajin  dengan  modal  kecil,  karena  tidak  mampu bersaing dalam penyediaan produk dengan mutu bahan baku terbaik yang berasal dari
kulit impor.
T6 : Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli Tersedianya  produk-produk  pengganti  merupakan  faktor  utama  yang
mempengaruhi  keinginan  konsumen  dan  akan  membangkitkan  persaingan  dengan perusahaan  yang  sudah  ada  Umar  2005.  Sama  halnya  dengan  produk  substitusi,
produk  kulit  imitasi  juga  akan  mempengaruhi  keinginan  konsumen  untuk  beralih keproduk  yang  lebih  murah  dari  produk  kulit  asli.  Kulit  imitasi  yang  semakin
menyerupai  kulit  samak  asli  juga  mengancam  kelangsungan  industri  kulit  Manding. Pelaku  industri  kulit  di  Manding  tetap  menjaga  kepercayaan  konsumen  dengan
memberikan  produk  kulit  asli,  namun  keberadaan  kulit  imitasi  tentunya  dapat memberikan  harga  yang  lebih  rendah  dengan  penampakan  yang  hampir  sama.  Ini
akan  mempengaruhi  keputuan  konsumen  dengan  daya  beli  terbatas,  untuk  memilih produk kulit imitasi.
T7 : Bahan baku relatif mahal Meningkatkan  harga  dan  mengurangi  mutu  produk  yang  dijual  adalah  cara
potensial  yang  dapat  digunakan  pemasok  untuk  mendapatkan  kekuatan  terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak
dapat  menutup  peningkatan  biaya  yang  terjadi  melalui  struktur  harganya,  maka kemampulabaannya  akan  berkurang  akibat  tindakan  pemasok  Umar  2005.  Harga
bahan  baku  yang  dirasa  mahal  dikeluhkan  oleh  15,6  pengrajin  Manding.  Ini  pasti disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki industri kulit di Manding. Salah
seorang pengrajin bercerita bahwa harga 1 feet kulit samak berkisar antara Rp15.000 sampai Rp 25.000, untuk menghasilkan jaket berukuran XL membutuhkan sekitar 34
feet, sehingga harga jual jaket kulit cukup mahal, dan hanya konsumen yang berdaya beli tinggi yang berminat untuk membeli.
Hasil  pengidentifikasian  faktor-faktor  eksternal  yang  mempengaruhi  strategi bersaing  perusahaan,  selanjutnya  dievaluasi  respon  perusahaan  terhadap  masing-
masing faktor sehingga diketahui seberapa besar respon perusahaan terhadap faktor- faktor  strategis  eksternal  tersebut.  Teknik  penentuan  respon  yang  dilakukan  adalah
dengan  cara pemberian  bobot  dan per-rangking-an serta menyusun matriks  External Factor Evaluation EFE.
Pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 paling penting.  Bobot  itu  mengindikasikan  signifikasi  relatif  dari  suatu  faktor  terhadap
keberhasilan  perusahaan.  Jumlah  seluruh  bobot  harus  sama  dengan  1.  Untuk mempermudah penilaian, pembobotan dilakukan dengan metode pairwise comparison
atau  perbandingan  berpasangan,  yaitu  membandingakan  setiap  faktor  yang  akan diberi  penilaian,  dimana  nilai  1  menunjukan  faktor  baris  tidak  lebih  penting  dari
faktor kolom, nilai 2 menunjukan faktor baris sama penting dengan faktor kolom, dan nilai 3 menunjukan faktor baris lebih penting dari faktor kolom David, 2009.
Pemberian  peringkat  1  sampai  4  pada  faktor  peluang  didasarkan  kepada kemampuan  perusahaan  dalam  meraih  peluang  yang  ada,  peringkat  empat  untuk
kemampuan  yang  sangat  baik,  peringkat  tiga  untuk  kemampuan  baik,  peringkat  dua untuk  kemampuan  sedang,  dan  peringkat  satu  untuk  kemampuan  yang  tidak  baik.
Sedangkan  pemberian  peringkat  pada  faktor  ancaman  didasarkan  pada  besarnya ancaman  dalam  mempengaruhi  keadaan  perusahaan.  Peringkat  empat  diberikan  jika
faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan, peringkat tiga jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan, peringkat dua jika
faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan, sedangkan peringkat satu jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan.
Peringkat  berbasis  perusahaan,  sementara  bobot  berbasis  industri.  Kemudian bobot  skor  diperoleh  dengan  mengkalikan  bobot  dengan  peringkat.  Jumlahkan  skor
bobot  untuk  memperoleh  total  skor  bobot.  Nilai  total  skor  bobot  menunjukkan kekuatan eksternal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan
rata-rata  skor  bobot  2,5.  Total  skor  sebesar  empat  mengindikasikan  bahwa perusahaan  mampu  merespon  dengan  sangat  baik  peluang  dan  ancaman  yang  ada,
dengan  kata  lain  perusahaan  mampu  menarik  keuntungan  dari  peluang  dan meminimakan  pengaruh  negative  dari  ancaman  eksternal.  Skor  2,5  mencirikan
perusahaan  belum  cukup  mampu  memanfaatkan  peluang  dan  meminimalkan ancamam  lingkungan  eksternal  David,  2009.  Hasil  internal  faktor  evaluasi  pada
industri kulit di Manding terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal perusahaan EFE
Faktor Eksternal Utama Bobot  Peringkat  Skor Bobot
Peluang A. Ketersediaan kredit bagi IKM
0.063 1.75
0.109 B. Dukungan pemerintah
0.095 2.75
0.263 C. Jumlah penduduk meningkat
0.044 2.75
0.121 D. Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, eksklusif  0.080
3.50 0.279
E. Teknologi informasi 0.055
1.75 0.096
F. Produk kulit pari yang sedang digemari 0.076
3.00 0.227
G. Sepatu, jaket, tas merupakan kebutuhan pokok 0.058
3.00 0.173
Ancaman H. Kenaikan harga BBM
0.099 1.75
0.173 I.  Mudahnya pemain baru masuk
0.045 3.00
0.134 J.  Keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala
0.096 2.00
0.192 K. Adanya produk substitusi
0.067 2.50
0.167 L. Bahan baku impor lebih bermutu
0.060 2.25
0.136 M. Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli
0.065 2.25
0.145 N. Bahan baku relatif mahal
0.099 1.50
0.148 Total bobot skor
2,363
Hasil  evaluasi  faktor  eksternal  EFE  bernilai  2.363  ini  menunjukkan  bahwa industri  kulit  di  Manding  belum  cukup  mampu  memanfaatkan  peluang  dan
meminimalkan  ancamam  lingkungan  eksternal.  Tiga  faktor  peluang  yang  memiliki skor bobot tertinggi secara berurutan adalah kesan produk kulit yang eksotis, elegan,
dan  eksklusif  0.279,  Dukungan  pemerintah  Kementerian  Perindustrian,  ATK, BBPPK  0.263,  serta  Produk  kulit  pari  yang  sedang  digemari  0.227.  Tiga  faktor
utama faktor ancaman yang memiliki skor bobot yang paling besar adalah keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala 0.192; kenaikan harga BBM 0.173; serta produk
substitusi  0.167.  Hasil  penilaian  peluang  dan  ancaman  oleh  masing-masing  pakar dapat dilihat pada lampiran 2.
Kesan  produk  kulit  yang  eksotis,  elegan,  dan  eksklusif  dibenak  konsumen menjadi peluang yang cukup  dimanfaatkan oleh industri kulit Manding, memberikan
harga  jual  yang  cukup  tinggi  untuk  produk  kulit  asli  dibandingkan  dengan  produk dari  vinil,  karena  harga  jual  tersebut  mencerminkan  bahan  baku  yang  bermutu.
Dukungan  pemerintah  melalui  Kementerian  Peridustrian,  Akademi  Teknologi  Kulit,
dan  Balai  Besar  Kulit  Karet  dan  Plastik,  berupa  pemberian  bantuan  pembangunan fasilitas  umum  seperti  gapura  selamat  datang,  parkiran  umum,  ATM  center,
pemberian  bantuan  peraatan  produksi,  pengadaan  pameran  untuk  ajang  promosi, pendanaan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan industri kulit di
bantul,memberi  keleluasaan  bagi  industri  kulit  di  Manding  dalam  memasarkan produknya,  mengadakan  pelatihan  dan  pendampingan,  serta  memberikan  informasi
paket teknologi telah mampu dimanfaatkan para pengrajin Manding meskipun belum maksimal.
Produk  kulit  pari  yang  sedang  digemari  sudah  ditangkap  oleh  pengrajin Manding,  dengan  cara  menjual  produk  tersebut  meski  masih  dalam  jumlah  yang
sangat  sedikit,  ini  disebabkan  karena  keterbatasan  modal,  peralatan  dan  keahlian. Bahan  baku  kulit  ikan  pari  harganya  mahal,  dalam  memproduksi  juga  memerlukan
peralatan dan keahlian yang cukup berbeda dengan kulit samak lainnya, karena sisik kulit ikan pari cukup keras dan memerlukan perlakuan khusus agar terlihat elegan.
Faktor kelemahan yang memiliki skor bobot yang rendah adalah kondisi yang memudahkan  pemain  baru  dalam  bisnis  industri  kulit  masuk  di  wilayah  Manding.
Kemudahan  itu  terlihat  dari  kebutuhan  modal  yang  tidak  terlalu  besar,  tidak  adanya peraturan  pemerintah  yang  menyulitkan,  serta  tidak  adanya  penolakan  terhadap
pendatang baru dari industri yang sudah ada. Ini menjadi ancaman bagi industri kulit di Manding, jika banyak pedatang baru maka persaingan akan  semakin ketat. Bahan
baku  impor  yang  lebih  bermutu  serta  kulit  imitasi  semakin  menyerupai  kulit  asli merupakan ancaman yang tidak mudah diatasi oleh pengrajin industri kulit Manding.
Usaha  untuk  meminimalkan  ancaman  tersebut  sebatas  mengkombinasikan  kulit bermutu baik dan sedang dalam memproduksi produk, sehingga dapat menekan biaya
tiap unitnya, namun pengkombinasian ini tetap mengutamakan mutu produk.
                