Jenis dan Sumber Data

kulit sapi, kambing dan kerbau sekitar 7-10 dari berat tubuh, secara ekonomis kulit memiliki harga sekitar 10-15 dari harga ternak. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik, daya tahan dan nilai artistik yang tidak dimiliki oleh bahan lain. Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah hewan menjadi kulit jadi yang siap digunakan untuk berbagai keperluan bagi industri barang jadi kulit seperti industri sepatusandal, tas, sarung tangan, sabuk, jaket dan sebagainya. Penyamakan dilakukan untuk mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh mikroorganisme. Kulit tersamak lebih tahan terhadap faktor-faktor yang dapat merusak kulit yaitu dengan memasukkan bahan penyamak ke dalam jaringan kulit yang berupa jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan kimia antara keduanya menjadikan lebih tahan terhadap faktor perusak. Zat penyamak bisa berupa penyamak nabati, sintetis, mineral dan penyamak minyak.

4.2. Gambaran Industri Kulit Manding

Sentra industri kulit Manding merupakan salah satu sentra industri yang terkenal di provinsi DIY. Sentra ini terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta. Lokasi ini cukup strategis, karena memotong jalur utama Yogyakarta menuju Pantai Parangtritis yang merupakan tempat wisata wajib ketika berkunjung ke Yogyakarta. Pengunjung tidak hanya dapat membeli produk yang ada di showroom saja, tetapi juga bisa membeli sesuai dengan pesanan keinginan pembeli.Sentra industri kulit Manding terdiri dari 32 pengrajin kulit, dengan proporsi skala industrinya ; 12 industri mikro, 18 industri kecil, dan dua industri menengah. Sentra industri kulit Manding berdiri pada tahun 1957. Lahirnya sentra industri kulit Manding berawal dari beberapa pemuda Manding yang bernama Prapto Sudarmo, Wardi Utomo, dan Ratno Suharjo yang saat itu setelah lulus SD pergi ke Yogyakarta dan bekerja pada sebuah perusahaan kerajinan kulit milik Bapak Partiman di Rotowijayan, sebuah kampung dekat Kraton,Yogyakarta pada tahun 1947. Setelah sepuluh tahun lamanya belajar, meraka pulang kampung dan mencoba untuk menggeluti usaha sendiri. Pada tahun 1976 Departemen Perindustrian Propinsi DIY dan Pemerintah daerah Bantul memberikan bantuan baik fisik maupun non fisik, seperti pendirian koperasi berbadan hukum pertama untuk pengusaha kulit di Manding, diklat kepada 40 pengusaha kulit, serta bantuan bahan baku kulit. Tahun 1979 hingga tahun 90-an Manding mampu mengekspor produk mereka hingga ke Spanyol. Aneka Produk kerajinan berbahan dasar kulit hewan dihasilkan oleh tangan- tangan terampil dari Manding. Kerajinan kulit Manding tidak semata-mata menggunakan bahan kulit sebagai bahan kerajinan tetapi juga memadukan kulit dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi. Hasil kerajinannya meliputi jaket, sepatu, sandal, dompet, wayang, tas, topi, sabuk, gantungan kunci, kipas, serta hiasan kulit lainnya. Kerajinan kulit Manding memiliki mutu dan nilai seni yang mampu menembus pasar nasional seperti Jakarta, Solo, Semarang dan bali, bahkan menembus pasar ekspor seperti Spanyol dan Australia. Paguyuban pengusaha kulit Manding pertama kali diresmikan pada tanggal 12 Januari 1985 dengan nama Paguyuban Setiyo Rukun”. Seiring bertambahnya pengusaha yang tidak hanya berada di Manding, namun juga diseluruh Desa Sabdodadi, maka paguyuban dipecah menjadi dua, paguyuban pengusaha Manding yang baru bernama “Paguyuban Karya sejahtera”. Peran paguyuban tersebut dirasa masih kurang maksimal, karena kegiatan yang berjalan hanya sebatas arisan dan simpan pinjam antar pengusaha, belum ada kegiatan yang berhubungan langsung dengan perkembangan industri kulit disana, seperti penetuan harga standar produk yang dirasa sama, maupun penetuan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Pada pertengahan tahun 1997, sentra industri kulit Manding mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yang melanda Indonesia. Krisis menyebabkan harga bahan baku kulit meningkat tajam, serta diikuti penurunan jumlah pasokan bahan kulit mentah, karena sebagian kulit mentah lebih dirasa menguntungkan jika langsung di ekspor, bukan digunakan untuk industri dalam negeri. Ini terjadi karena harga kulit mentah di pasar ekspor jauh lebih tinggi dibanding harga dalam negeri, sehingga memacu pelaku industri kulit untuk mengkombinasi produk kulitnya dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi. Pada tahun 2007 Disperindagkop Kabupaten Bantul memberikan bantuan fisik berupa pemberian mesin seharga Rp8.500.000,00 serta bantuan pinjaman dana Rp 4.500.000,00 untuk setiap pengusaha kulit. Pada tahun 2007 pula Bank Indonesia memberikan bantuan yang cukup besar bagi perkembangan sentra industri kulit Manding, yaitu; gapura selamat datang, pembangunan area parker, gedung pertemuan, gorong-gorong, bak sampah, dan toilet umum. Bantuan non fisik antara lain ; pelatihan bahasa inggris, pelatihan manajemen, dan pelatihan pengelolaan showroom. Pada tahun 2008 Kantor Pemuda dan Olahraga Pemerintah daerah Bantul memberikan diklat pembuatan bola sepak Disperindagkop Kab. Bantul, 2012. Saat ini Manding dikenal sebagai pusatnya kerajinan kulit di Yogyakarta selain itu Manding merupakan sentra kerajinan kulit yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang ingin mencari souvenir yang terbuat dari kulit. Manding tergabung dalam kawasan Kawasan Wisata Gabusan-Manding- Tembi GMT. Visi dan misi Kawasan Wisata Gabusan-Manding-Tembi GMT yang dirumuskan melalui Lokakarya ”Penyusunan Grand Design Pengembangan Kawasan Wisata Gabusan Manding Tembi GMT” adalah sebagai berikut; Visi ”Menjadikan GMT sebagai kawasan wisata yang menawarkan produk dan pengalaman unik berbasis masyarakat dan budaya lokal” Misi ”Memberdayakan masyarakat, mensinergikan usaha, memberikan produk dan pelayanan berbudaya, peningkatan pendapatan dan sumber pendanaan dalam rangka mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan wisata GMT.” Terdapat perspektif strategis penting dalam penerjemahan visi dan misi menjadi sasaran- sasaran strategis kawasan wisata berbasis masyarakat ini. Perspektif tersebut adalah : ”Memberdayakan dan mensinergikan potensi-potensi masyarakat, memberikan produk dan pelayanan berbudaya, peningkatan pendapatan dan sumber-sumber pendanaan rangka mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan wisata GMT.” Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit samak asli yang berasal dari hewan, seperti sapi, domba, kambing, dan ikan pari. Bahan baku diperoleh dari Yogyakarta dan sebagian dari magetan jawa timur. Kulit sapi banyak dibuat menjadi tas, sepatu, dan topi, sedangkan kulit kambing kebanyakan digunakan untuk jaket dan berbagai produk lainya, seperti sovenir. Harga jual produk kulit bervariasi tergantung Desain, tingkat kerumitan, dan terutama bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan selain kulit asli hewan, juga menggunakan bahan baku kulit sintetis atau vinyl, merupakan lembaran kulit tiruan dengan permukaan halus, mempunyai kontruksi pori-pori menyerupai rajah kulit asli, terbuat dari polivinil klorida atau poliuretan sebagai lapisan atas dan kain sebagai lapisan dasar atau penguat. Bahan baku kulit vinyl dapat diperoleh didaerah Yogyakarta. Bahan pembantu merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan pendukung dihasilkannya produk kulit. Bahan pembantu terdiri dari lem lem lateks, lem kuning, lem karet, cat kulit cat dasar, cat finishing, benang benang nylon, benang mesin, lak, semir, kain, busa, karton, dan triplek. Asesoris yang digunakan untuk pelengkap dapat berupa ring, gesper, knob, mangnet, risleting, dan keling. Proses Produksi Produk industri kulit memiliki jenis dan produk yang berbeda-beda, namun secara umum prosesnya adalah; 1. Penyiapan bahan baku Bahan baku kulit yang digunakan tergantung dari Desain pemesan dan harga jual produk. Kulit yang digunakan adalah kulit samak yang masih berupa lembaran. 2. Pengecatan Awal Pengecatan dilakukan hanya dilakukan pada kulit sapi, sedangkan kulit kambing langsung menempuh proses pembuatan pola. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan cat khusus untuk kulit, serta menggunakn kompresor sehingga cat dapat merata pada seluruh permukaan kulit. 3. Penjemuran Proses penjemuran berfungsi untuk mempercepat pengeringan cat. Penjemuran dilakukan langsung dibawah matahari membutuhkan waktu 2 hari untuk 20-30 lembar kulit sapi. 4. Pengepresan Penyetrikaan