dihasilkan dipergunakan sebagai dasar untuk pengujian hipotesis. Hasil pengujian terhadap model penelitian menunjukkan bahwa model penelitian yang dikembangkan
adalah model yang fit, sedangkan dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas asset stratejik, adaptabilitas lingkungan, dan orientasi kewirausahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas strategi bersaing dan kualitas strategi bersaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka upaya untuk mengembangkan kinerja KUKM dilakukan dengan memperbaiki kualitas strategi bersaing yang diupayakan
melalui peningkatan orientasi kewirausahaan. Keunggulan kompetitif dalam sebuah cluster industri: Kasus Dalian Software
Park di China, oleh WeiLin Zhao, Chihiro Watanabe, dan Charla Griffy-Brown 2009. Makalah ini mengeksplorasi keunggulan kompetitif Software Park di Cina
untuk mempromosikan industri pembangunan. Ini cluster industri memberikan keunggulan kompetitif karena mereka berakar dalam sistem kelembagaan lokal.
Mengambil kasus Dalian Software Park di Cina, analisis ini dilakukan secara kualitatif berdasarkan Porter berlian model, kerangka SWOT dan hasil wawancara.
Industri cluster, meliputi serangkaian perusahaan yang saling berhubungan dalam konsentrasi geografis, menunjukkan keunggulan kompetitif untuk pengembangan
industri dengan sumber daya yang substansial berakar pada sistem kelembagaan lokal termasuk aspek pemerintah, industri dan akademisi. Agar berhasil menavigasi
pergeseran paradigma ekonomi di Cina dari produksi massal manufaktur menuju pengembangan produk baru yang inovatif, maka kompetitif cluster industri perlu
diperkuat dan dipertahankan dalam rangka meningkatkan pembangunan industri, menghasilkan inovasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.
Strategi Bertahan Usaha Kecil dan Menengah: Studi Kasus Kerajinan Kulit Manding, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, oleh Tobing 2011. Dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada seluruh pengrajin kulit di Manding, kemudian dianalisa untuk menentukan faktor lingkungan internal dan eksternal industri. Perumusan
strategi bertahan dilakukan dengan melihat permasalahan yang terjaring dari hasil pengolahan kuesioner. Strategi yang diusulkan adalah dengan diferensiasi produk;
pengrajin diharapkan selalu bersifat adaptif terhadap perubahan lingkungan seperti minat konsumen; serta tetap mempertahankan kualitas produk.
Analisis keunggulan kompetitif dan formulasi strategi pengembangan bandara- Kota kasus Taiwan, oleh Kung-Jeng Wang, Wan-ChungHong 2010. Melalui
analisis literatur, review data sekunder dan wawancara dengan kelompok fokus dan ahli, makalah ini mengeksplorasi fitur pengembangan, strategi operasi dan
keunggulan kompetitif kota bandara di berbagai negara industri baru. Penelitian ini juga mengusulkan pendekatan baru untuk perumusan strategi, yang memanfaatkan
teori keunggulan kompetitif bangsa model berlian, analisis SWOT dan strategi yang cocok menggunakan matriks TOWS dan benchmarking kompetitif. Studi kasus dari
Bandar Udara Internasional Taoyuan menggambarkan penerapan pendekatan yang diusulkan dalam analisis kompetitif sistematis dan perumusan strategi pengembangan
kota bandara.
2.5.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Analisis faktor internal
Analisis faktor eksternal
Analisis faktor kompetitif
Rendahnya daya saing
Formulasi strategi bersaing
Prioritas strategi
bersaing
Implementasi strategi bersaing
: Ruang lingkup penelitian
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Analisis faktor internal
Analisis faktor eksternal
Analisis faktor kompetitif
Rendahnya daya saing
Formulasi strategi bersaing
Prioritas strategi
bersaing
Implementasi strategi bersaing
: Ruang lingkup penelitian
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada sentra industri kulit Manding, terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta. Sentra ini merupakan satu
satunya sentra penghasil produk berbahan dasar kulit hewan di Kabupaten Bantul. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai bulan Juli 2012.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif persaingan yang dihadapi sekelompok pelaku usaha industri kulit di sebuah sentra industri kulit di Manding,
yang mana bisnis mereka kalah bersaing diindikasikan dengan menurunnya jumlah produksi dan penjualan tahunan. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang
dapat menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Fokus penelitian ini adalah
menemukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman industri kulit di Manding, sehingga membantu menghasilkan strategi yang dapat memperbaiki daya saing
industri kulit di Manding saat ini. Perumusan strategi bersaing dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu tahap pertama tahap input, tahap kedua tahap pencocokan, dan tahap ketiga tahap keputusan. Tahap input merupakan tahap mengkuantifikasi secara subjektif
faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan, selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Selanjutnya dilakukan analisis dengan metode External
Factor Evaluation EFE dan Internal Factor Evaluation IFE untuk menentukan peluang dan ancaman yang sedang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh para pelaku industri kulit di Manding, serta penilaian keefektifan strategi perusahaan saat ini dalam merespon setiap faktor internal dan eksternal
tersebut. Tahap pencocokan merupakan tahap yang berfokus pada penciptaan strategi alternatif dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.
Tahap ini dilakukan dengan metode analisis Matriks Internal Eksternal IE untuk untuk mengetahui kecenderungan posisi perusahaan saat ini. Serta matriks Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats SWOT untuk formulasi strategi peningkatan daya saing. Tahap keputusan dilakukan dengan metode Quantitative Strategic
Planning Matrix QSPM yang secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Mulai
Identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal
peluang dan ancaman Penyusunan matriks Internal Faktor
Evaluation IFE, matriks Eksternal Faktor Evaluation EFE
Studi pustaka Diskusi pakar
Diskusi pelaku usaha Quesioner konsumen
Diskusi pakar Tahap Input
Identifikasi faktor utama penyebab rendahnya daya saing industri kulit di
Sentra Manding Studi pustaka
Diskusi pakar Diskusi pelaku usaha
Penyusunan Matrik Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
SWOT
Selesai Penyusunan Quantitative Strategic
Planning Matrix QSPM Diskusi pakar
Strategi Prioritas peningkatan daya saing
Tahap Pencocokan
Tahap Keputusan
Validasi Strategi
Gambar 6 Diagaram alir penelitian Matriks SWOT digunakan sebagai instrumen untuk analisis sistematis dari
lingkungan internal dan eksternal organisasi, dianggap sebagai instrumen yang efektif untuk mengidentifikasi masalah dan menggambar garis dari tindakan masa depan
Terrados, 2007. Pada tahap keputusan digunakan matriks QSPM. QSPM dinilai sebagai instrumen yang sangat baik dan berguna untuk merumuskan strategi
berdasarkan evaluasi internal dan eksternal dan analisis SWOT David 2009. Metode resource-based view RBV lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang telah
matang dan memiliki keunggulan bersaing, RBV berfungsi untuk mengidentifikasi core capability dan key resource perusahaan tersebut, sehingga perusahaan tersebut
tetap unggul dalam persaingan. Metode RBV kurang cocok untuk diterapkan pada industri kulit di Manding Kung dan Wan 2010
Analisis SWOT adalah metode untuk perumusan strategi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman
dalam lingkungan eksternal. Melalui pertimbangan faktor internal dan faktor eksternal, perusahaan dapat menentukan arah untuk pengembangan selanjutnya, serta
merumuskan strategi yang sesuai untuk peningkatan efisiensi organisasi dan daya saing perusahaan. Dibandingkan pendekatan lain, analisis SWOT lebih menekankan
pada analisis lingkungan eksternal sebagai syarat dalam formulasi stategi. Analisis faktor persaingan menggunakan analisis model kompetitif dari Porter, yang meliputi
ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, daya tawar konsumen, daya tawar pemasok, dan persaingan di antara perusahaan sejenis. Analisis SWOT
merupakan metode pendekatan yang cocok untuk menganalisis perkembangan industri kulit di Manding, selain itu juga memberikan pengetahuan yang baik tentang
keuntungan internal dan sumber daya yang tersedia di Manding untuk perumusan strategi yang komprehensif untuk meningkatkan daya saing industri kulit di
Manding. QSPM merupakan alat yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal yang telah didefinisikan sebelumnya.
Teknik ini secara objektif menunjuk strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT, untuk selanjutnya secara objektif
menentukan strategi prioritas yang hendak diaplikasikan diantara strategi alternatif. Oleh sebab itu, QSPM sesuai untuk mendampingi metode analisis SWOT dalam
menentukan strategi prioritas peningkatan daya saing industri kulit di Manding.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung lokasi industri kulit Manding,
penyebaran kuesioner kepada 30 konsumen dan lima pelaku industri kulit Manding, serta wawancara langsung dengan empat pakar industri kulit.
Data primer yang dibutuhkan adalah identifikasi karakteristik konsumen, harapan konsumen, profil industri kulit Manding, kondisi lingkungan internal
perusahaan yang meliputi 1 faktor manajemen : struktur organisasi, pendidikan, pelatihan, penghargaan, pengawasan, turnover pegawai. 2 faktor pemasaran :
segmentasi, area pemasaran, promosi, merk dagang, penetapan harga, kendala pemasaran. 3 faktor akuntansi : pencatatan, pemasukan, modal. 4 faktor produksi :
ketersediaan bahan baku, proses produksi, teknologi, pengendalian mutu, penggudangan. 5 faktor pengembangan : inovasi produk. Kondisi lingkunga
eksternal industri meliputi: faktor ekonomi: pengaruh nilai tukar rupiah, suku bunga, ketersediaan energy. 2 faktor social, budaya, demografi dan lingkungan: gaya
hidup, loyalitas, penyebaran konsumen, frekuensi pembelian. 3 faktor pemerintah dan hukum: PE kulit, peran pemerintah, ATK, dan BBKKP. 4 faktor teknologi:
teknologi produksi, dan teknologi informasi sebagai media promosi. 5 faktor kompetitif: ancaman pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan pelanggan, produk
substitusi, persaingan industri sejenis. Penentuan bobot dan peringkat pada penyusunan EFE, IFE, dan QSPM.
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari buku, majalah, jurnal, laporan penelitian terdahulu, laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul,
laporan Kementerian Perindustrian dan situs internet. Data sekunder meliputi : kebijakan pemerintah dan data pendukung penelitian.
Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, populasi adalah keseluruhan elemen yang diteliti. Penentuan jumlah sampel mengacu kepada teori Gay dan Diehl 1992 yaitu,
penentuan jumlah sampel untuk penelitian deskriptif adalah minimal 10 dari populasi. Alasan peneliti menggunakan sampel adalah penelitian yang dilakukan
terhadap sampel lebih reliable daripada terhadap populasi, karena banyaknya elemen yang harus ditanyakan kepada objek penelitian, sehingga dapat menimbulkan
kekeliruan, serta keterbatasan waktu penelitian Gay dan Diehl, 1992. Populasi industri kulit di Manding berjumlah 32 industri dengan berbagai
skala industri. Industri berskala mikro atau rumah tangga 12 industri, industri berskala kecil 18 industri, serta 2 industri berskala menengah. Pengambilan sampel
dilakukan sesuai dengan proporsi skala industri. Total sampel 5 industri 2 dari industri berskala mikro dan 3 industri berskala sedang, yang diharapkan mampu
mewakili populasi yang ada. Penunjukan sampel juga dibantu oleh pengurus paguyuban Manding yaitu Bapak Suyono, atas dasar pertimbangan sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik populasi. Data primer direkap dan dianalisi untuk menentukan kondisi umum lingkungan internal dan eksternal, berdasarkan
pertimbangan kecenderungan data serta masukan para pakar. Seseorang dapat dikatakan ahli apabila mampu melaksanakan sesuatu dengan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu, yaitu berupa kemampuan mengumpulkan data dan informasi kompleks, serta kemampuan menginterpretasikan data sebagai
suatu kegiatan terencana seperti proses pengambilan keputusan Han dan Kim 1989. Pakar yang dilibatkan dapat dibagi empat kelompok yaitu : 1 Pakar yang
mendapatkan pendidikan formal S2S3 pada bidang yang dikaji. 2 Pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji tetapi memiliki pendidikan formal di bidang
lain. 3 Pakar yang berpendidikan formal dan berpengalaman pada bidang yang dikaji. 4 Pakar yang berasal dari praktisi di dalam kehidupan sehari-hari kaya akan
pengalaman empiris di suatu sektor kegiatan ekonomi, politik sosial. Klasifikasi pakar ini lebih didasarkan pada lama kerja dan kewenangannya dapat terdidik secara
formal maupun otodidak di suatu posisi kegiatan teknik tertentu. Pakar yang diambil dalam diskusi ini berasal dari bidang yang berbeda, yaitu Drs. Sugiyanto, S.Sn.,
M.Sc. pakar dari bidang akademik, memiliki pengalaman sebagai dosen ATK Akademi Teknologi Kulit lebih dari 10 tahun. Bapak Suyono merupakan pengurus
Paguyuban Pengrajin Manding sekaligus karyawan Balai Besar Kulit Karet dan Plastik, berpengalaman dalam industri kulit lebih dari 20 tahun. Bapak Miftakhul
Khoir merupakan praktisi industri kulit yang cukup sukses di Bantul dengan pengalaman bisnis kulit ikan pari lebih dari 5 tahun. Serta Bapak H. Suharyono
merupakan penyuluh dari Kementerian Perindustrian Kabupaten Bantul, dengan pengalaman dibidang UKM lebih dari 20 tahun. Penunjukan empat pakar industri
kulit dirasa sudah mencukupi untuk sumber informasi dalam penelitian ini. Penyebaran kuesioner kepada konsumen produk kulit di Manding sebagai
salah satu sumber data primer untuk mengidentifikasikan permasalahan dan memberi masukan bagi industri kulit di Manding. Penetapan responden dilakukan secara
acak, karena tidak diketahui jumlah populasi konsumen. Penentuan jumlah 30 responden didasarkan pada literature statistic yang menyebutkan bahwa angka 30
merupakan pembatas untuk mengkatagorikan jumlah sampel sebagai sampel besar. Kategori ini berimplikasi pada rumus statistika, sampel berjumlah 30 dianggap
mampu mewakili karakter populasi, karena sampel 30 merupakan nilai kritis, pada n=30 kecenderungan distribusi sampel yang terbentuk mendekati asumsi distribusi
normal. Data primer yang diperoleh dari konsumen mengenai harapan dan penilaian produk kulit Manding menurut berbagai kriteria selanjutnya, data diuji validitas
reliabilitasnya menggunakan teknik corrected item-total correlation dengan SPSS Priyatno 2008.
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Berbagai teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan langsung pada obyek yang
bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi obyek. Pengamatan proses produksi, pemasaran, produk, SDM, konsumen, dan persaingan.
2. Wawancara dilakukan dengan lima pelaku usaha industri kulit di Manding yang dipilih langsung, dan empat pakar industri kulit. Wawancara dilakukan
dalam bentuk diskusi dan percakapan dua arah atas inisiatif penulis dengan menyusun daftar pertanyaan sebelumnya untuk memudahkan dalam
memperoleh informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing, kekuatan dan kelemahan apa saja yang dimiliki serta peluang dan
ancaman apa yang akan dihadapi industri kulit di Manding. 3. Pengumpulan data melalui kuisioner yang berisi daftar pertanyaan mengenai
permasalahan dan kondisi yang ada saat ini. Kuesioner yang digunakan dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu: 1 kuisioner umum untuk
memperoleh data gambaran umum industri kulit Manding, pemasalahan dan harapan responden pelaku usaha dan konsumen; dan 2 kuesioner utama
survei pakar kelompok praktisi, akademisi yang memiliki keahlian dibidang industri kulit yang memiliki latar belakang dibidang pengolahan dan
pemasaran produk industri kulit. Kuesioner dalam penelitian ini disusun melalui modifikasi kuesioner penelitian Rusman 2008 yang berjudul
“Analisis Strategi UKM dalam Membangun Keunggulan Bersaing Berkelanjutan pada Usaha Penunjang di Sektor Pertambangan Batubara
”. 4. Studi literatur dengan mengumpulkan data dan informasi, seperti pustaka,
laporan industri sejenis serta penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Matriks IFE mengklasifikasikan faktor-faktor internal menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Format matriks Internal Factor Evaluation dapat dilihat pada
Tabel 4. Tahapan dalam mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut David, 2009:
1. Membuat daftar faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan. 2. Memberikan bobot pada setiap faktor dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 paling
penting. Bobot itu mengindikasikan signifikasi relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
Teknik yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal adalah teknik Pairwise Comparison. Teknik ini membandingkan setiap variabel pada
baris horizontal dengan variabel pada kolom vertikal. Penentuan bobot setiap
variabel yang dibandingkan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan:
1 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada barishorizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomvertikal,
2 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada barishorizontal sama penting dengan faktor strategis eksternal atau internal pada kolomvertikal,
3 = jika faktor strategis eksternal atau internal pada barishorizontal lebih penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomvertikal.
Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Pairwise Comparison terdapat pada Tabel 3 Kinnear dan Taylor, 1991.
Tabel 3 Penilaian bobot faktor strategis dengan metode Pairwise Comparison Faktor strategis internal
1 2
…. Total
Bobot 1
2 ….
Total Selanjutnya bobot setiap faktor strategis diperoleh dengan menentukan total
nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah keseluruhan faktor strategis dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor, 1991:
Keterangan: Ai = bobot faktor strategis untuk faktor ke-i
Xi = nilai faktor strategis untuk faktor ke-i i = 1, 2, 3, …n
n = jumlah faktor strategis 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan
apakah faktor tersebut sangat lemah 1, lemah 2, kuat 3, atau sangat kuat 4. Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan
harus mendapat peringkat 1 atau 2. Oleh karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot dilangkah 2 berbasis industri.
4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk memperoleh skor bobot.
5. Menjumlahkan skor bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot menunjukkan kekuatan internal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4,
terendah adalah 1, dan rata-rata skor bobot 2,5. Skor 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal.
Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor-faktor internal utama
Bobot Peringkat Skor bobot Kekuatan
1. 2.
… Kelemahan
1. 2.
… Total
Sumber: David, 2009
Analisis Lingkungan Jauh
Menurut David 2009, lingkungan jauh remote dapat dibagi menjadi lima kategori besar: 1 kekuatan ekonomi; 2 kekuatan sosial, budaya, demografi, dan
lingkungan; 3 kekuatan politik, pemerintah, dan hukum; 4 kekuatan teknologi. Perubahan dalam kekuatan eksternal mengakibatkan perubahan dalam permintaan
konsumen, tipe produk yang dikembangkan, karakteristik dari strategi segmentasi pasar dan positioning, tipe jasa yang ditawarkan dan pilihan bisnis yang ingin
diakuisisi atau dijual. Penilaian bobot lingkungan jauh dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot lingkungan jauh
Parameter Tidak
Berpengaruh 1
Lemah Berpengaruh
2 Berpengaruh
3 Kuat
Berpengaruh 4
1 Faktor Ekonomi 2 Faktor Sosial, Budaya,
Demografi dan Lingkungan 3 Faktor Pemerintah dan Hukum
4 Faktor Teknologi 5 Faktor Persaingan
Analisis Lingkungan Industri
Analisa lingkungan industri dari Porter 1995 bertujuan untuk mengetahui posisi perusahaan diantara pesaing. Penilaian bobot lingkungan industri dapat dilihat
pada Tabel 6. Tabel 6 Bobot lingkungan industri
Lingkungan Industri
Tidak Berpengaruh
1 Lemah
Berpengaruh 2
Berpengaruh 3
Kuat Berpengaruh
4
Ancaman Pendatang Baru a.Skala Ekonomi
b.Diferensiasi Penghalang Masuk c.
Kecukupan Modal d.Akses ke Saluran Distribusi
e. Mutu Produk Penghalang
f. Peraturan Pemerintah
g. Tindakan Penolakan yg
Diperkirakan h.Harga Penghalang Masuk
i. Teknologi Hambatan Masuk
j. Pengalaman sebagai hambatan
Daya Tawar Pemasok a. Kelompok Pemasok
b. Produk Substitusi c. Pelanggan Penting
d. Masukan Yang Penting e. Pemerintah
Daya Tawar Pembeli a. Kelompok Pelanggan
b. Diferensiasi Produk c. Ancaman Integrasi Balik
d. Mutu Produk e. Informasi Pelanggan
Ancaman Barang Pengganti Tingkat Rivalitas Persaingan
a. Jumlah Kompetitor b. Tingkat Pertumbuhan Industri
c. Biaya Tetap yang Besar
Analisis lingkungan jauh dan lingkungan industri mengacu pada skala Likert 1-4 yaitu dengan memberi pembobotan skor dari 1 sampai dengan 4 pada setiap
pilihan jawaban. Alasan peneliti menggunakan skala likert 1-4 adalah untuk menghilangkan jawaban ragu-ragu, karena jawaban tersebut dapat memberikan
makna yang ganda, dan tidak menjelaskan jawaban responden yang sebenarnya secara pasti Kriyantono, 2008.
Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Matriks EFE mengklasifikasikan faktor-faktor eksternal menjadi peluang dan ancaman perusahaan. Format matriks External Factor Evaluation EFE dapat dilihat
Tabel 7. Tahapan dalam mengidentifikasi faktor-faktor strategis eksternal dalam matriks EFE adalah sebagai berikut David, 2009:
1. Membuat daftar faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman. 2. Memberikan bobot pada setiap faktor dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 paling
penting. Bobot itu mengindikasikan signifikasi relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus = 1,0. Pembobotan dilakukan
dengan metode pairwise comparison, seperti pembobotan faktor strategis internal. 3. Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor, untuk menunjukan seberapa
efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut, dimana 4 = responsnya sangat bagus, 3 = responsnya diatas rata-rata, 2 = responsnya rata-
rata, dan 1 = respons dibawah rata-rata. 4. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk memperoleh skor bobot.
5. Menjumlahkan skor bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut merespons faktor-faktor
strategis eksternalnya. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan rata- rata skor bobot 2,5. Skor 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara eksternal
Tabel 7 Matriks External Factor Evaluation EFE Faktor-faktor eksternal utama
Bobot Peringkat Skor bobot
Peluang 1.
2. …
Ancaman 1.
2. …
Total Sumber: David, 2009
Matriks Internal-Eksternal I-E Matriks I-E menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan
internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks Eksternal Factor Evolution
EFE dan Internal Factor Evolution IFE. Tujuan penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat perusahaan yang lebih detail. Matriks
IE didasarkan pada dua dimensi kunci : total skor bobot IFE pada sumbu x total dan skor bobot EFE pada sumbu y. Format matriks IE dapat terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Format dasar matriks IE
S kor b
obot t otal
EFE Skor bobot total IFE
Kuat 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99
Tinggi 3,0-4,0 I
II II
Sedang 2,0-2,99 IV
V VI
Rendah 1,0-1,99 VII
VIII IX
Matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mencocokkan faktor- faktor kunci internal dan eksternal yang berfokus untuk menciptakan strategi-strategi
alternatif. Format matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 9. Terdapat delapan langkah yang digunakan dalam penyusunan matriks SWOT, yaitu:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan 5. Mencocokkan kekuatan dengan peluang dan mencatat resultan strategi S-O
6. Mencocokkan kelemahan dengan peluang dan mencatat resultan strategi W-O 7. Mencocokkan kekuatan dengan ancaman dan mencatat resultan strategi S-T
8. Mencocokkan kelemahan dengan ancaman dan mencatat resultan strategi W-T Tabel 9 Format dasar matriks SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan Strengths
– S
Kekuatan-kekuatan internal perusahaan.
Kelemahan Weaknesses
– W
Kelemahan-kelemahan internal perusahaan.
Peluang Opportunities
– O
Peluang-peluang eksternal perusahaan.
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
Ancaman Threats
– T
Ancaman-ancaman eksternal perusahaan.
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WT
Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman.
Sumber: David, 2009
QSPM Quantitative Strategic Planning Matrix
Tahapan terakhir dari penyusunan formulasi strategi yaitu menetapkan strategi prioritas melalui QSPM. Melalui QSPM akan diperoleh suatu strategi yang
terbaik dari berbagai alternatif strategi yang direkomendasikan melalui matriks SWOT, karena mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif. QSPM
dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari berbagai strategi alternatif yang layak. Format dasar matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10. Menurut David
2009 langkah-langkah penyusunan strategi terpilih melalui QSPM adalah: 1. Mendaftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor. 3. Mengidentifikasi strategi alternatif
yang diperoleh yang layak untuk
diimplementasikan. 4. Menetapkan skor kemenarikan relatif Attractiveness ScoreAS untuk masing-
masing strategi alternatif yang terpilih. Nilai AS adalah seberapa besar daya tarik relatif alternatif strategi dalam mengatasi faktor-faktor eksternal dan
internal. 5. Menghitung Total Attractiveness Score TAS yang diperoleh dari perkalian
bobot dengan AS pada masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing altematif strategi.
6. Menghitung jumlah Total Attractiveness Score, dengan cara menjumlahkan semua Total Attractiveness Score pada setiap kolom QSPM. Nilai TAS yang
tertinggi menuniukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik untuk diimplementasikan.
Tabel 10 Format dasar QSPM Faktor-faktor utama
Bobot Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II
…. AS
TAS AS TAS AS
TAS Peluang
…. Ancaman
….. Kekuatan
…… Kelemahan
……. Total
Sumber: David, 2009
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 KabupatenKota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY yang terletak di Pulau Jawa. Bagian
utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan
Kabupaten Kulonprogo dan bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 - 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110°
12 34 - 110° 31 08 Bujur Timur. Peta Kabupaten Bantul terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Peta Kabupaten Bantul
Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km
2
15,9 dari Luas wilayah Propinsi DIY dengan topografi sebagai dataran rendah 14 dan lebih dari separonya
60 daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara
ke Selatan seluas 89,86 km
2
17,73 dari seluruh wilayah. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2
41,62 . Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km
2
40,65. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah
dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul terdiri dari
17 Kecamatan, yaitu Kecamatan Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan,
Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan Sedayu dengan jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa atau sekitar 1.624 jiwakm
2
. Industri kulit merupakan salah satu industri yang terbukti mampu memberikan
sumbangan pada nilai eksport Kabupaten Bantul dan juga memberikan kesempatan kerja dan menjadi gantungan sumber pendapatan bagi berbagai industri rumahan.
Dalam laporan tahunan “Bantul Dalam Angka 2010”, sektor industri kulit mampu menyerap tenaga kerja 5.728 orang dalam berbagai skala unit usaha. Peran industri
kulit sangat dirasakan dalam tata kehidupan masyarakat Kabupaten Bantul lantaran sebarannya yang hampir merata di seluruh wilayah, khususnya di Desa Sabdodadi,
Kecamatan Bantul. Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh hewan dari
pengaruh-pengaruh luar, seperti panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan pengatur suhu badan. Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi
antara lain sebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagai pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap benturan, sebagai
penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur suhu tubuh. Masing-masing kulit hewan memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu kulit antara lain kondisi geografi asal ternak, aktifitas ternak, kesehatan dan usia ternak. Kulit samak tidak hanya kuat namun juga tahan lama serta
lugas tetapi juga memiliki struktur berpori unik sehingga dapat “bernafas”, artinya udara dan uap air dapat melalui jaringannya.
Pengerjaan kulit samak umumnya mudah; misalnya ia mudah dipotong, disambung, dijahit, diampelas, dicat, bahkan disepuh emas. Bila dipotong tepinya
tidak terurai, yang mana merupakan sifat yang unggul untuk beberapa keperluan Judiamidjojo, 1984. Kulit mentah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok kulit dari hewan besar hides seperti sapi, kerbau, kuda, serta kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil skins seperti kambing, domba, dan kelinci.
Definisi dan kriteria teknis jenis kulit terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 Definisi dan kriteria teknis jenis kulit Jenis kulit
Definisi Kriteria Teknis
Kulit Mentah
Kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan ternak kerbau, sapi,
domba dan kambing, dimana kulit tersebut
telah dipisahkan
dari seluruh bagian dagingnya, baik yang
segar green hide, yang dikeringkan dried hide maupun yang digarami
salted hide Berbulu dalam keadaan segar
freshedgreen hides Berbulu dalam keadaan kering
dried hide Berbulu dalam keadaan awet
garam basah wet salterd Berbulu dalam keadaan awet
garam kering brain cured. Pickled
Kulit Mentah yang sudah diproses sampai pengasaman
Tidak berbulu Dalam keadaan basah
Derajat keasaman 3 Berwarna Putih
Wetblue Kulit mentah yang disamak sampai
proses penyamakan krom chrome, masih dalam keadaan basah dan
belum di proses selanjutnya. Berwarna biru
Dalam keadaan basah Derajat keasaman 3,5 - 4,0
Crust Kulit Hewan yang disamak masak
tanning dan disamak ulang re- tanningpenyamakan
kombinasi yang
baik yang
mengalami Untuk
kulit natural
crust berwarna putih kebiruan
Untuk kulit dyed crust berwarna seperti
bahan pewarnanya