dihasilkan  dipergunakan  sebagai  dasar  untuk  pengujian  hipotesis.  Hasil  pengujian terhadap model penelitian menunjukkan bahwa model penelitian yang dikembangkan
adalah  model  yang  fit,  sedangkan  dari  pengujian  hipotesis  menunjukkan  bahwa kualitas  asset  stratejik,  adaptabilitas  lingkungan,  dan  orientasi  kewirausahaan
berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  kualitas  strategi  bersaing  dan  kualitas strategi  bersaing  berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  kinerja  perusahaan.
Berdasarkan  hasil  pengujian  hipotesis  maka  upaya  untuk  mengembangkan  kinerja KUKM  dilakukan  dengan  memperbaiki  kualitas  strategi  bersaing  yang  diupayakan
melalui peningkatan orientasi kewirausahaan. Keunggulan  kompetitif  dalam  sebuah  cluster  industri:  Kasus  Dalian  Software
Park  di  China,  oleh  WeiLin  Zhao,  Chihiro  Watanabe,  dan  Charla  Griffy-Brown 2009.  Makalah  ini  mengeksplorasi  keunggulan  kompetitif  Software  Park  di  Cina
untuk  mempromosikan  industri  pembangunan.  Ini  cluster  industri  memberikan keunggulan  kompetitif  karena  mereka  berakar  dalam  sistem  kelembagaan  lokal.
Mengambil  kasus  Dalian  Software  Park  di  Cina,  analisis  ini  dilakukan  secara kualitatif  berdasarkan  Porter  berlian  model,  kerangka  SWOT  dan  hasil  wawancara.
Industri  cluster,  meliputi  serangkaian  perusahaan  yang  saling  berhubungan  dalam konsentrasi  geografis,  menunjukkan  keunggulan  kompetitif  untuk  pengembangan
industri dengan sumber daya yang substansial berakar pada sistem kelembagaan lokal termasuk  aspek  pemerintah,  industri  dan  akademisi.  Agar  berhasil  menavigasi
pergeseran  paradigma  ekonomi  di  Cina  dari  produksi  massal  manufaktur  menuju pengembangan  produk  baru  yang  inovatif,  maka  kompetitif  cluster  industri  perlu
diperkuat  dan  dipertahankan  dalam  rangka  meningkatkan  pembangunan  industri, menghasilkan inovasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.
Strategi  Bertahan  Usaha  Kecil  dan  Menengah:  Studi  Kasus  Kerajinan  Kulit Manding,  Kabupaten  Bantul,  Yogyakarta,  oleh  Tobing  2011.  Dengan  melakukan
penyebaran kuesioner kepada seluruh pengrajin kulit di Manding, kemudian dianalisa untuk  menentukan  faktor  lingkungan  internal  dan  eksternal  industri.  Perumusan
strategi  bertahan  dilakukan  dengan  melihat  permasalahan  yang  terjaring  dari  hasil pengolahan  kuesioner.  Strategi  yang  diusulkan  adalah  dengan  diferensiasi  produk;
pengrajin  diharapkan  selalu  bersifat  adaptif  terhadap  perubahan  lingkungan  seperti minat konsumen; serta tetap mempertahankan kualitas produk.
Analisis  keunggulan  kompetitif  dan  formulasi  strategi  pengembangan  bandara- Kota  kasus  Taiwan,  oleh  Kung-Jeng  Wang,  Wan-ChungHong  2010.  Melalui
analisis  literatur,  review  data  sekunder  dan  wawancara  dengan  kelompok  fokus  dan ahli,  makalah  ini  mengeksplorasi  fitur  pengembangan,  strategi  operasi  dan
keunggulan  kompetitif  kota  bandara  di  berbagai  negara  industri  baru.  Penelitian  ini juga  mengusulkan  pendekatan  baru  untuk  perumusan  strategi,  yang  memanfaatkan
teori keunggulan kompetitif bangsa model berlian, analisis SWOT dan strategi yang cocok  menggunakan  matriks  TOWS  dan  benchmarking  kompetitif.  Studi  kasus  dari
Bandar  Udara  Internasional  Taoyuan  menggambarkan  penerapan  pendekatan  yang diusulkan dalam analisis kompetitif sistematis dan perumusan strategi pengembangan
kota bandara.
2.5.Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Analisis faktor internal
Analisis faktor eksternal
Analisis faktor kompetitif
Rendahnya daya saing
Formulasi strategi bersaing
Prioritas strategi
bersaing
Implementasi strategi bersaing
: Ruang lingkup penelitian
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Analisis faktor internal
Analisis faktor eksternal
Analisis faktor kompetitif
Rendahnya daya saing
Formulasi strategi bersaing
Prioritas strategi
bersaing
Implementasi strategi bersaing
: Ruang lingkup penelitian
Gambar 5 Kerangka pemikiran penelitian
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  sentra  industri  kulit  Manding,  terletak  di Dusun  Manding,  Desa  Sabdodadi,  Bantul,  Yogyakarta.  Sentra  ini  merupakan  satu
satunya  sentra  penghasil  produk  berbahan  dasar  kulit  hewan  di  Kabupaten  Bantul. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai bulan Juli 2012.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian  menggunakan  metode  deskriptif  persaingan  yang  dihadapi sekelompok pelaku usaha industri kulit di sebuah sentra industri    kulit di Manding,
yang  mana  bisnis  mereka  kalah  bersaing  diindikasikan  dengan  menurunnya  jumlah produksi dan penjualan tahunan. Penelitian  deskriptif  adalah  jenis  penelitian  yang
dapat  menggambarkan sesuatu yang  tengah  berlangsung  pada  saat  riset  dilakukan dan  memeriksa  sebab-sebab  dari  suatu  gejala  tertentu.  Fokus  penelitian  ini  adalah
menemukan  kekuatan,  kelemahan,  peluang,  dan  ancaman  industri  kulit  di  Manding, sehingga  membantu  menghasilkan  strategi  yang  dapat  memperbaiki  daya  saing
industri kulit di Manding saat ini. Perumusan strategi bersaing dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap,
yaitu  tahap  pertama  tahap  input,  tahap  kedua  tahap  pencocokan,  dan  tahap  ketiga tahap  keputusan.  Tahap  input  merupakan  tahap  mengkuantifikasi  secara  subjektif
faktor-faktor  strategis  internal  dan  eksternal  perusahaan,  selama    tahap    awal    dari proses  perumusan  strategi.  Selanjutnya dilakukan analisis dengan metode External
Factor  Evaluation  EFE  dan  Internal  Factor  Evaluation  IFE  untuk  menentukan peluang  dan  ancaman  yang  sedang  dihadapi  serta  kekuatan  dan  kelemahan  yang
dimiliki  oleh  para  pelaku  industri  kulit  di  Manding,  serta  penilaian  keefektifan strategi  perusahaan  saat  ini  dalam  merespon  setiap  faktor  internal  dan  eksternal
tersebut. Tahap pencocokan merupakan tahap yang berfokus pada penciptaan strategi alternatif  dengan  memperhatikan  faktor-faktor  internal  dan  eksternal  perusahaan.
Tahap  ini  dilakukan  dengan  metode  analisis  Matriks  Internal  Eksternal  IE  untuk untuk mengetahui kecenderungan posisi perusahaan saat ini. Serta matriks Strengths,
Weaknesses,  Opportunities,  Threats  SWOT  untuk  formulasi  strategi  peningkatan daya  saing.  Tahap  keputusan  dilakukan  dengan  metode  Quantitative  Strategic
Planning  Matrix  QSPM  yang  secara  objektif  mengindikasikan  alternatif  strategi mana yang terbaik. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Mulai
Identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal
peluang dan ancaman Penyusunan matriks Internal Faktor
Evaluation IFE, matriks Eksternal Faktor Evaluation EFE
Studi pustaka Diskusi pakar
Diskusi pelaku usaha Quesioner konsumen
Diskusi pakar Tahap Input
Identifikasi faktor utama penyebab rendahnya daya saing industri kulit di
Sentra Manding Studi pustaka
Diskusi pakar Diskusi pelaku usaha
Penyusunan Matrik Strengths, Weaknesses,  Opportunities,  Threats
SWOT
Selesai Penyusunan   Quantitative  Strategic
Planning   Matrix QSPM Diskusi pakar
Strategi Prioritas peningkatan daya saing
Tahap Pencocokan
Tahap Keputusan
Validasi Strategi
Gambar 6 Diagaram alir penelitian Matriks  SWOT  digunakan  sebagai  instrumen  untuk  analisis  sistematis  dari
lingkungan internal dan eksternal organisasi, dianggap sebagai instrumen yang efektif untuk  mengidentifikasi  masalah  dan  menggambar  garis  dari  tindakan  masa  depan
Terrados,  2007.  Pada  tahap  keputusan  digunakan  matriks  QSPM.  QSPM  dinilai sebagai  instrumen  yang  sangat  baik  dan  berguna  untuk  merumuskan  strategi
berdasarkan evaluasi internal dan eksternal dan analisis SWOT David 2009. Metode resource-based  view  RBV  lebih  cocok  diterapkan  pada  perusahaan  yang  telah
matang  dan  memiliki  keunggulan  bersaing,  RBV  berfungsi  untuk  mengidentifikasi core  capability  dan  key  resource  perusahaan  tersebut,  sehingga  perusahaan  tersebut
tetap  unggul  dalam  persaingan.  Metode  RBV  kurang  cocok  untuk  diterapkan  pada industri kulit di Manding Kung dan Wan 2010
Analisis  SWOT  adalah  metode  untuk  perumusan  strategi,  yang  bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman
dalam  lingkungan  eksternal.  Melalui  pertimbangan  faktor  internal  dan  faktor eksternal, perusahaan dapat menentukan arah untuk pengembangan selanjutnya, serta
merumuskan  strategi  yang  sesuai  untuk  peningkatan  efisiensi  organisasi  dan  daya saing perusahaan. Dibandingkan pendekatan lain, analisis SWOT lebih menekankan
pada  analisis  lingkungan  eksternal  sebagai  syarat  dalam  formulasi  stategi.  Analisis faktor persaingan menggunakan analisis model kompetitif dari Porter, yang meliputi
ancaman  pendatang  baru,  ancaman  produk  pengganti,  daya  tawar  konsumen,  daya tawar  pemasok,  dan  persaingan  di  antara  perusahaan  sejenis.  Analisis  SWOT
merupakan  metode  pendekatan  yang  cocok  untuk  menganalisis  perkembangan industri kulit di Manding, selain itu juga memberikan pengetahuan yang baik tentang
keuntungan  internal  dan  sumber  daya  yang  tersedia  di  Manding  untuk  perumusan strategi  yang  komprehensif  untuk  meningkatkan  daya  saing  industri      kulit  di
Manding. QSPM  merupakan  alat  yang  memungkinkan  para  penyusun  strategi
mengevaluasi  berbagai  strategi  alternatif  secara  objektif  berdasarkan  faktor-faktor keberhasilan  penting  eksternal  dan  internal  yang  telah  didefinisikan  sebelumnya.
Teknik ini secara objektif menunjuk strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT, untuk selanjutnya secara objektif
menentukan  strategi  prioritas  yang  hendak  diaplikasikan  diantara  strategi  alternatif. Oleh  sebab  itu,  QSPM  sesuai  untuk  mendampingi  metode  analisis  SWOT  dalam
menentukan strategi prioritas peningkatan daya saing industri kulit di Manding.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis  data  yang  digunakan  terdiri  dari  data  primer  dan  data  sekunder.  Data primer  diperoleh  melalui  observasi  langsung  lokasi  industri  kulit  Manding,
penyebaran kuesioner kepada 30 konsumen dan lima pelaku industri kulit Manding, serta wawancara langsung dengan empat pakar industri kulit.
Data  primer  yang  dibutuhkan  adalah  identifikasi  karakteristik  konsumen, harapan  konsumen,  profil  industri  kulit  Manding,  kondisi  lingkungan  internal
perusahaan  yang  meliputi  1  faktor  manajemen  :  struktur  organisasi,  pendidikan, pelatihan,  penghargaan,  pengawasan,  turnover  pegawai.  2  faktor  pemasaran  :
segmentasi,  area  pemasaran,  promosi,  merk  dagang,  penetapan  harga,  kendala pemasaran. 3 faktor akuntansi : pencatatan, pemasukan, modal. 4 faktor produksi :
ketersediaan  bahan  baku,  proses  produksi,    teknologi,    pengendalian  mutu, penggudangan.  5  faktor  pengembangan  :  inovasi  produk.  Kondisi  lingkunga
eksternal industri meliputi: faktor ekonomi:  pengaruh nilai tukar rupiah, suku bunga, ketersediaan  energy.  2  faktor  social,  budaya,  demografi  dan  lingkungan:    gaya
hidup,  loyalitas,  penyebaran konsumen, frekuensi pembelian. 3 faktor pemerintah dan  hukum:  PE  kulit,    peran  pemerintah,  ATK,  dan  BBKKP.  4  faktor  teknologi:
teknologi  produksi,  dan  teknologi  informasi  sebagai  media  promosi.  5  faktor kompetitif: ancaman pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan pelanggan, produk
substitusi,  persaingan  industri  sejenis.  Penentuan  bobot  dan  peringkat  pada penyusunan EFE, IFE, dan QSPM.
Data  sekunder  diperoleh  melalui  studi  literatur  dari  buku,  majalah,  jurnal, laporan  penelitian  terdahulu,  laporan  Badan  Pusat  Statistik  Kabupaten  Bantul,
laporan  Kementerian  Perindustrian  dan  situs  internet.  Data  sekunder  meliputi  : kebijakan pemerintah dan data pendukung penelitian.
Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, populasi adalah keseluruhan elemen yang diteliti. Penentuan jumlah sampel mengacu kepada teori Gay dan Diehl 1992 yaitu,
penentuan  jumlah  sampel  untuk  penelitian  deskriptif  adalah  minimal  10  dari populasi.  Alasan  peneliti  menggunakan  sampel  adalah  penelitian  yang  dilakukan
terhadap sampel lebih reliable daripada terhadap populasi, karena banyaknya elemen yang  harus  ditanyakan  kepada  objek  penelitian,  sehingga  dapat  menimbulkan
kekeliruan, serta keterbatasan waktu penelitian Gay dan Diehl, 1992. Populasi  industri  kulit  di  Manding  berjumlah  32  industri  dengan  berbagai
skala  industri.  Industri  berskala  mikro  atau  rumah  tangga  12  industri,  industri berskala  kecil  18  industri,  serta  2  industri  berskala  menengah.  Pengambilan  sampel
dilakukan  sesuai  dengan  proporsi  skala  industri.  Total  sampel  5  industri  2  dari industri  berskala  mikro  dan  3  industri  berskala  sedang,  yang  diharapkan  mampu
mewakili  populasi  yang  ada.  Penunjukan  sampel  juga  dibantu  oleh  pengurus paguyuban  Manding  yaitu  Bapak  Suyono,  atas  dasar  pertimbangan  sampel  tersebut
dapat  mewakili  karakteristik  populasi.    Data  primer  direkap  dan  dianalisi  untuk menentukan  kondisi  umum  lingkungan  internal  dan  eksternal,  berdasarkan
pertimbangan kecenderungan data serta masukan para pakar. Seseorang dapat dikatakan ahli apabila mampu melaksanakan sesuatu dengan
pengetahuan  yang  dibutuhkan  untuk  itu,  yaitu  berupa  kemampuan  mengumpulkan data  dan  informasi  kompleks,  serta  kemampuan  menginterpretasikan  data  sebagai
suatu kegiatan terencana seperti proses pengambilan keputusan Han dan Kim 1989. Pakar  yang  dilibatkan  dapat  dibagi  empat  kelompok  yaitu  :  1  Pakar  yang
mendapatkan  pendidikan  formal  S2S3  pada  bidang  yang  dikaji.  2  Pakar  yang berpengalaman pada bidang yang dikaji tetapi memiliki pendidikan formal di bidang
lain.  3  Pakar  yang  berpendidikan  formal  dan  berpengalaman  pada  bidang  yang dikaji. 4 Pakar yang berasal dari praktisi di dalam kehidupan sehari-hari kaya akan
pengalaman  empiris  di  suatu  sektor  kegiatan  ekonomi,  politik  sosial.  Klasifikasi pakar ini lebih didasarkan pada lama kerja dan kewenangannya dapat terdidik secara
formal maupun otodidak di suatu posisi kegiatan teknik tertentu. Pakar yang diambil dalam  diskusi  ini  berasal  dari  bidang  yang  berbeda,  yaitu  Drs.  Sugiyanto,  S.Sn.,
M.Sc.  pakar  dari  bidang  akademik,  memiliki  pengalaman  sebagai  dosen  ATK Akademi Teknologi Kulit lebih dari 10 tahun.  Bapak Suyono merupakan pengurus
Paguyuban  Pengrajin  Manding  sekaligus  karyawan  Balai  Besar  Kulit  Karet  dan Plastik,  berpengalaman  dalam  industri  kulit  lebih  dari  20  tahun.  Bapak  Miftakhul
Khoir  merupakan  praktisi  industri  kulit  yang  cukup  sukses  di  Bantul  dengan pengalaman  bisnis  kulit  ikan  pari  lebih  dari  5  tahun.  Serta  Bapak  H.  Suharyono
merupakan  penyuluh  dari  Kementerian  Perindustrian  Kabupaten  Bantul,  dengan pengalaman  dibidang  UKM  lebih  dari  20  tahun.  Penunjukan  empat  pakar  industri
kulit dirasa sudah mencukupi untuk sumber informasi dalam penelitian ini. Penyebaran  kuesioner  kepada  konsumen  produk  kulit  di  Manding  sebagai
salah satu sumber data primer untuk mengidentifikasikan permasalahan dan memberi masukan  bagi  industri      kulit  di  Manding.  Penetapan  responden  dilakukan  secara
acak,  karena  tidak  diketahui  jumlah  populasi  konsumen.  Penentuan  jumlah  30 responden  didasarkan  pada  literature  statistic  yang  menyebutkan  bahwa  angka  30
merupakan  pembatas  untuk  mengkatagorikan  jumlah  sampel  sebagai  sampel  besar. Kategori  ini  berimplikasi  pada  rumus  statistika,  sampel  berjumlah  30  dianggap
mampu  mewakili  karakter  populasi,  karena  sampel  30  merupakan  nilai  kritis,  pada n=30  kecenderungan  distribusi  sampel  yang  terbentuk  mendekati  asumsi  distribusi
normal. Data primer  yang diperoleh dari konsumen mengenai harapan dan penilaian produk  kulit  Manding  menurut  berbagai  kriteria  selanjutnya,  data  diuji  validitas
reliabilitasnya  menggunakan  teknik  corrected  item-total  correlation  dengan  SPSS Priyatno 2008.
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Informasi
Berbagai teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi  langsung,  yaitu  melakukan  pengamatan  langsung  pada obyek yang
bertujuan  untuk  mengetahui  secara  langsung  kondisi  obyek.  Pengamatan proses produksi, pemasaran, produk, SDM, konsumen, dan persaingan.
2.  Wawancara  dilakukan  dengan  lima  pelaku  usaha  industri  kulit  di  Manding yang  dipilih  langsung,  dan  empat  pakar  industri  kulit.  Wawancara  dilakukan
dalam  bentuk  diskusi  dan  percakapan  dua  arah  atas  inisiatif  penulis  dengan menyusun  daftar  pertanyaan  sebelumnya  untuk  memudahkan  dalam
memperoleh  informasi  mengenai  faktor-faktor  apa  saja  yang  mempengaruhi daya saing, kekuatan dan kelemahan apa saja yang dimiliki serta peluang dan
ancaman apa yang akan dihadapi industri kulit di Manding. 3.  Pengumpulan  data  melalui  kuisioner  yang  berisi  daftar  pertanyaan  mengenai
permasalahan  dan  kondisi  yang  ada  saat  ini.  Kuesioner  yang  digunakan dikelompokkan  dalam  2  kategori,  yaitu:  1  kuisioner  umum  untuk
memperoleh  data  gambaran  umum  industri  kulit  Manding,  pemasalahan  dan harapan  responden  pelaku  usaha  dan  konsumen;  dan  2  kuesioner  utama
survei  pakar  kelompok  praktisi,  akademisi  yang  memiliki  keahlian  dibidang industri  kulit  yang  memiliki  latar  belakang  dibidang  pengolahan  dan
pemasaran  produk  industri  kulit.  Kuesioner  dalam  penelitian  ini  disusun melalui  modifikasi  kuesioner  penelitian  Rusman  2008  yang  berjudul
“Analisis  Strategi  UKM  dalam  Membangun  Keunggulan  Bersaing Berkelanjutan pada Usaha Penunjang di Sektor Pertambangan Batubara
”. 4.  Studi  literatur  dengan  mengumpulkan  data  dan  informasi,  seperti  pustaka,
laporan  industri  sejenis  serta  penelitian  sebelumnya yang  berkaitan  dengan permasalahan  yang dihadapi.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Matriks IFE mengklasifikasikan faktor-faktor internal menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Format matriks Internal Factor Evaluation dapat dilihat pada
Tabel  4.  Tahapan  dalam  mengidentifikasi  faktor-faktor  strategis  internal  dalam matriks IFE adalah sebagai berikut David, 2009:
1.  Membuat daftar faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan. 2.  Memberikan bobot pada setiap faktor dari 0,0 tidak penting sampai 1,0 paling
penting. Bobot itu mengindikasikan signifikasi relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
Teknik yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan eksternal adalah teknik Pairwise Comparison. Teknik ini membandingkan setiap variabel pada
baris  horizontal  dengan  variabel  pada  kolom  vertikal.  Penentuan  bobot  setiap
variabel  yang  dibandingkan  menggunakan  skala  1,  2,  dan  3.  Skala  yang  digunakan menunjukkan:
1  =  jika  faktor  strategis  eksternal  atau  internal  pada  barishorizontal  kurang  penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomvertikal,
2  =  jika  faktor  strategis  eksternal  atau  internal  pada  barishorizontal  sama  penting dengan faktor strategis eksternal atau internal pada kolomvertikal,
3  =  jika  faktor  strategis  eksternal  atau  internal  pada  barishorizontal  lebih  penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomvertikal.
Adapun  bentuk  dari  penilaian  bobot  dengan  metode  Pairwise  Comparison terdapat pada Tabel 3 Kinnear dan Taylor, 1991.
Tabel 3 Penilaian bobot faktor strategis dengan metode Pairwise Comparison Faktor strategis internal
1 2
…. Total
Bobot 1
2 ….
Total Selanjutnya bobot setiap faktor strategis diperoleh dengan menentukan total
nilai  setiap  faktor  strategis  terhadap  jumlah  keseluruhan  faktor  strategis  dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor, 1991:
Keterangan: Ai = bobot faktor strategis untuk faktor ke-i
Xi = nilai faktor strategis untuk faktor ke-i i = 1, 2, 3, …n
n = jumlah faktor strategis 3.  Memberikan  peringkat  1  sampai  4  pada  setiap  faktor  untuk  mengindikasikan
apakah faktor tersebut sangat lemah 1, lemah 2, kuat 3, atau sangat kuat 4. Perhatikan  bahwa  kekuatan  harus  mendapat  peringkat  3  atau  4  dan  kelemahan
harus  mendapat  peringkat  1  atau  2.  Oleh  karenanya,  peringkat  berbasis perusahaan, sementara bobot dilangkah 2 berbasis industri.
4.  Mengalikan bobot dengan peringkat untuk memperoleh skor bobot.
5.  Menjumlahkan  skor  bobot  untuk  memperoleh  total  skor  bobot.  Nilai  total  skor bobot menunjukkan kekuatan internal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4,
terendah adalah 1, dan rata-rata skor bobot 2,5. Skor 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal.
Tabel 4 Matriks Internal Factor Evaluation IFE Faktor-faktor internal utama
Bobot   Peringkat   Skor bobot Kekuatan
1. 2.
… Kelemahan
1. 2.
… Total
Sumber: David, 2009
Analisis Lingkungan Jauh
Menurut  David  2009,  lingkungan jauh remote  dapat  dibagi menjadi  lima kategori  besar:  1  kekuatan  ekonomi;  2  kekuatan  sosial,  budaya, demografi,  dan
lingkungan;  3  kekuatan  politik,  pemerintah,  dan  hukum;  4  kekuatan    teknologi. Perubahan  dalam  kekuatan  eksternal  mengakibatkan  perubahan  dalam  permintaan
konsumen, tipe  produk yang  dikembangkan,  karakteristik  dari  strategi  segmentasi pasar  dan  positioning,  tipe  jasa  yang  ditawarkan  dan  pilihan  bisnis  yang  ingin
diakuisisi atau dijual. Penilaian bobot lingkungan jauh dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Bobot lingkungan jauh
Parameter Tidak
Berpengaruh 1
Lemah Berpengaruh
2 Berpengaruh
3 Kuat
Berpengaruh 4
1 Faktor Ekonomi 2 Faktor Sosial, Budaya,
Demografi dan Lingkungan 3 Faktor Pemerintah dan Hukum
4 Faktor Teknologi 5 Faktor Persaingan
Analisis Lingkungan Industri
Analisa  lingkungan  industri  dari  Porter  1995  bertujuan  untuk  mengetahui posisi perusahaan diantara pesaing. Penilaian bobot lingkungan industri dapat dilihat
pada Tabel 6. Tabel 6 Bobot lingkungan industri
Lingkungan Industri
Tidak Berpengaruh
1 Lemah
Berpengaruh 2
Berpengaruh 3
Kuat Berpengaruh
4
Ancaman Pendatang Baru a.Skala Ekonomi
b.Diferensiasi Penghalang Masuk c.
Kecukupan Modal d.Akses ke Saluran Distribusi
e. Mutu Produk Penghalang
f. Peraturan Pemerintah
g. Tindakan Penolakan yg
Diperkirakan h.Harga Penghalang Masuk
i. Teknologi Hambatan Masuk
j. Pengalaman sebagai hambatan
Daya Tawar Pemasok a. Kelompok Pemasok
b. Produk Substitusi c. Pelanggan Penting
d. Masukan Yang Penting e. Pemerintah
Daya Tawar Pembeli a. Kelompok Pelanggan
b. Diferensiasi Produk c. Ancaman Integrasi Balik
d. Mutu Produk e. Informasi Pelanggan
Ancaman Barang Pengganti Tingkat Rivalitas Persaingan
a. Jumlah Kompetitor b. Tingkat Pertumbuhan Industri
c. Biaya Tetap yang Besar
Analisis lingkungan jauh dan lingkungan industri mengacu pada skala Likert 1-4  yaitu  dengan  memberi  pembobotan  skor  dari  1  sampai  dengan  4  pada  setiap
pilihan  jawaban.  Alasan  peneliti  menggunakan  skala  likert  1-4  adalah  untuk menghilangkan  jawaban  ragu-ragu,  karena  jawaban  tersebut  dapat  memberikan
makna  yang  ganda,  dan  tidak  menjelaskan  jawaban  responden  yang  sebenarnya secara pasti Kriyantono, 2008.
Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Matriks EFE mengklasifikasikan faktor-faktor eksternal menjadi peluang dan ancaman perusahaan. Format matriks External Factor Evaluation EFE dapat dilihat
Tabel  7.  Tahapan  dalam  mengidentifikasi  faktor-faktor  strategis  eksternal  dalam matriks EFE adalah sebagai berikut David, 2009:
1.  Membuat daftar faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman. 2.  Memberikan  bobot  pada  setiap  faktor  dari  0,0  tidak  penting  sampai  1,0  paling
penting. Bobot itu mengindikasikan signifikasi relative dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus = 1,0. Pembobotan dilakukan
dengan metode pairwise comparison, seperti pembobotan faktor strategis internal. 3.  Memberikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor, untuk menunjukan seberapa
efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut, dimana 4 = responsnya sangat bagus, 3 = responsnya diatas rata-rata, 2 = responsnya rata-
rata, dan 1 = respons dibawah rata-rata. 4.  Mengalikan bobot dengan peringkat untuk memperoleh skor bobot.
5.  Menjumlahkan  skor  bobot  untuk  memperoleh  total  skor  bobot.  Nilai  total  skor bobot  menunjukkan  bagaimana  perusahaan  tersebut  merespons  faktor-faktor
strategis eksternalnya. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan rata- rata skor bobot 2,5. Skor 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara eksternal
Tabel 7 Matriks External Factor Evaluation EFE Faktor-faktor eksternal utama
Bobot   Peringkat   Skor bobot
Peluang 1.
2. …
Ancaman 1.
2. …
Total Sumber: David, 2009
Matriks Internal-Eksternal  I-E Matriks  I-E  menggunakan    parameter    yang  meliputi    parameter    kekuatan
internal  dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan diidentifikasi  ke dalam  elemen  eksternal  dan  internal  melalui  matriks  Eksternal  Factor  Evolution
EFE  dan Internal  Factor  Evolution  IFE.  Tujuan  penggunaan matriks  I-E  adalah untuk  memperoleh  strategi  bisnis  ditingkat  perusahaan  yang lebih  detail. Matriks
IE didasarkan pada dua dimensi kunci : total skor bobot IFE pada sumbu x total dan skor bobot EFE pada sumbu y. Format matriks IE dapat terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Format dasar matriks IE
S kor b
obot t otal
EFE Skor bobot total IFE
Kuat 3,0-4,0  Sedang  2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99
Tinggi 3,0-4,0 I
II II
Sedang 2,0-2,99 IV
V VI
Rendah 1,0-1,99 VII
VIII IX
Matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats
Matriks  SWOT  merupakan  alat  yang  digunakan  untuk  mencocokkan  faktor- faktor kunci internal dan eksternal yang berfokus untuk menciptakan strategi-strategi
alternatif.  Format  matriks  SWOT  dapat  dilihat  pada  Tabel  9.  Terdapat  delapan langkah yang digunakan dalam penyusunan matriks SWOT, yaitu:
1.  Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
2.  Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3.  Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan
4.  Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan 5.  Mencocokkan kekuatan dengan peluang dan mencatat resultan strategi S-O
6.  Mencocokkan kelemahan dengan peluang dan mencatat resultan strategi W-O 7.  Mencocokkan kekuatan dengan ancaman dan mencatat resultan strategi S-T
8.  Mencocokkan kelemahan dengan ancaman dan mencatat resultan strategi W-T Tabel 9 Format dasar matriks SWOT
Internal
Eksternal
Kekuatan Strengths
– S
Kekuatan-kekuatan internal perusahaan.
Kelemahan Weaknesses
– W
Kelemahan-kelemahan internal perusahaan.
Peluang Opportunities
– O
Peluang-peluang eksternal perusahaan.
Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan  peluang.
Strategi  WO
Atasi kelemahan  dengan memanfaatkan  peluang.
Ancaman Threats
– T
Ancaman-ancaman eksternal perusahaan.
Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk menghindari  ancaman.
Strategi  WT
Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman.
Sumber: David, 2009
QSPM Quantitative  Strategic Planning   Matrix
Tahapan  terakhir  dari  penyusunan  formulasi  strategi  yaitu  menetapkan strategi prioritas  melalui QSPM. Melalui QSPM akan  diperoleh suatu  strategi  yang
terbaik  dari  berbagai  alternatif  strategi  yang  direkomendasikan  melalui  matriks SWOT,  karena  mengungkapkan  daya  tarik  relatif  dari  strategi  alternatif.  QSPM
dirancang untuk  menetapkan  daya  tarik  relatif dari berbagai strategi  alternatif  yang layak.  Format  dasar  matriks  QSPM  dapat  dilihat  pada  Tabel  10.  Menurut  David
2009 langkah-langkah penyusunan strategi terpilih melalui QSPM adalah: 1.   Mendaftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.
2.   Memberikan bobot untuk setiap faktor. 3.  Mengidentifikasi  strategi  alternatif
yang  diperoleh yang  layak  untuk
diimplementasikan. 4.    Menetapkan  skor  kemenarikan  relatif  Attractiveness  ScoreAS  untuk  masing-
masing  strategi  alternatif  yang  terpilih.  Nilai  AS  adalah  seberapa  besar  daya tarik  relatif  alternatif  strategi  dalam  mengatasi  faktor-faktor  eksternal  dan
internal. 5.  Menghitung  Total  Attractiveness  Score  TAS  yang  diperoleh  dari  perkalian
bobot  dengan  AS  pada  masing-masing  baris.  TAS  menunjukkan  relative attractiveness  dari masing-masing  altematif strategi.
6.    Menghitung   jumlah Total  Attractiveness   Score,  dengan  cara  menjumlahkan semua  Total  Attractiveness  Score  pada  setiap  kolom  QSPM.  Nilai  TAS  yang
tertinggi  menuniukkan  bahwa  strategi  tersebut  yang  paling  baik  untuk diimplementasikan.
Tabel 10 Format dasar QSPM Faktor-faktor utama
Bobot Alternatif Strategi
Strategi I Strategi II
…. AS
TAS  AS TAS  AS
TAS Peluang
…. Ancaman
….. Kekuatan
…… Kelemahan
……. Total
Sumber: David, 2009
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 KabupatenKota di Propinsi  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  DIY  yang  terletak  di  Pulau  Jawa.  Bagian
utara  berbatasan  dengan  Kota  Yogyakarta  dan  Kabupaten  Sleman,  bagian  timur berbatasan  dengan  Kabupaten  Gunungkidul,  bagian  barat  berbatasan  dengan
Kabupaten  Kulonprogo  dan  bagian  selatan  berbatasan  dengan  Samudera  Indonesia. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 - 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110°
12 34 - 110° 31 08 Bujur Timur.  Peta Kabupaten Bantul terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Peta Kabupaten Bantul
Luas  wilayah  Kabupaten  Bantul  508,85  Km
2
15,9  dari  Luas  wilayah Propinsi DIY dengan topografi sebagai dataran rendah 14 dan lebih dari separonya
60  daerah  perbukitan  yang  kurang  subur,  secara  garis  besar  terdiri  dari  :  Bagian Barat, adalah daerah landai  yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara
ke Selatan seluas 89,86 km
2
17,73  dari seluruh wilayah. Bagian Tengah, adalah daerah  datar  dan  landai  merupakan  daerah  pertanian  yang  subur  seluas  210.94  km2
41,62  .  Bagian  Timur,  adalah  daerah  yang  landai,  miring  dan  terjal  yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km
2
40,65. Bagian  Selatan,  adalah  sebenarnya  merupakan  bagian  dari  daerah  bagian  Tengah
dengan  keadaan  alamnya  yang  berpasir  dan  sedikir  berlagun,  terbentang  di  Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul terdiri dari
17  Kecamatan,  yaitu  Kecamatan  Srandakan,  Sanden,  Kretek,  Pundong, Bambanglipuro,  Pandak,  Bantul,  Jetis,  Imogiri,  Dlingo,  Pleret,  Piyungan,
Banguntapan,  Sewon,  Kasihan,  Pajangan  dan  Sedayu  dengan  jumlah  penduduk sekitar 800.000 jiwa atau sekitar 1.624 jiwakm
2
. Industri kulit merupakan salah satu industri yang terbukti mampu memberikan
sumbangan  pada  nilai  eksport  Kabupaten  Bantul  dan  juga  memberikan  kesempatan kerja  dan  menjadi  gantungan  sumber  pendapatan  bagi  berbagai  industri  rumahan.
Dalam  laporan  tahunan  “Bantul  Dalam  Angka  2010”,  sektor  industri  kulit  mampu menyerap  tenaga  kerja  5.728  orang  dalam  berbagai  skala  unit  usaha.  Peran  industri
kulit  sangat  dirasakan  dalam  tata  kehidupan  masyarakat  Kabupaten  Bantul  lantaran sebarannya  yang  hampir  merata  di  seluruh  wilayah,  khususnya  di  Desa  Sabdodadi,
Kecamatan Bantul. Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh hewan dari
pengaruh-pengaruh  luar,  seperti  panas,  pengaruh  yang  bersifat  mekanis,  kimiawi, serta  merupakan  pengatur  suhu  badan.  Pada  saat  hidup,  kulit  mempunyai  fungsi
antara  lain  sebagai  indra  perasa,  tempat  pengeluaran  hasil  pembakaran,  sebagai pelindung  dari  kerusakan  bakteri  kulit,  sebagai  buffer  terhadap  benturan,  sebagai
penyaring  sinar  matahari,  serta  sebagai  alat  pengatur  suhu  tubuh.  Masing-masing kulit  hewan  memiliki  sifat  dan  karakter  yang  berbeda.  Faktor-faktor  yang
mempengaruhi  mutu  kulit  antara  lain  kondisi  geografi  asal  ternak,  aktifitas  ternak, kesehatan dan usia ternak. Kulit samak tidak hanya kuat namun juga tahan lama serta
lugas  tetapi  juga  memiliki  struktur  berpori  unik  sehingga  dapat  “bernafas”,  artinya udara dan uap air dapat melalui jaringannya.
Pengerjaan  kulit  samak  umumnya  mudah;  misalnya  ia  mudah  dipotong, disambung,  dijahit,  diampelas,  dicat,  bahkan  disepuh  emas.  Bila  dipotong  tepinya
tidak  terurai,  yang  mana  merupakan  sifat  yang  unggul  untuk  beberapa  keperluan Judiamidjojo,  1984.  Kulit  mentah  dibedakan  menjadi  dua  kelompok,  yaitu
kelompok  kulit  dari  hewan  besar  hides  seperti  sapi,  kerbau,  kuda,  serta  kelompok kulit  yang  berasal  dari  hewan  kecil  skins  seperti  kambing,  domba,  dan  kelinci.
Definisi dan kriteria teknis jenis kulit terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 Definisi dan kriteria teknis jenis kulit Jenis kulit
Definisi Kriteria Teknis
Kulit Mentah
Kulit  yang  diperoleh  dari  hasil pemotongan  ternak  kerbau,  sapi,
domba  dan  kambing,  dimana  kulit tersebut
telah dipisahkan
dari seluruh bagian dagingnya, baik yang
segar green hide, yang dikeringkan dried  hide  maupun  yang  digarami
salted hide Berbulu dalam keadaan segar
freshedgreen hides Berbulu dalam keadaan kering
dried hide Berbulu dalam keadaan awet
garam basah wet salterd Berbulu dalam keadaan awet
garam kering brain cured. Pickled
Kulit  Mentah  yang  sudah  diproses sampai pengasaman
Tidak berbulu Dalam keadaan basah
Derajat keasaman  3 Berwarna Putih
Wetblue Kulit  mentah  yang  disamak  sampai
proses  penyamakan  krom  chrome, masih  dalam  keadaan  basah  dan
belum di proses selanjutnya. Berwarna biru
Dalam keadaan basah Derajat keasaman 3,5 - 4,0
Crust Kulit  Hewan  yang  disamak  masak
tanning  dan  disamak  ulang  re- tanningpenyamakan
kombinasi yang
baik yang
mengalami Untuk
kulit natural
crust berwarna putih kebiruan
Untuk kulit dyed crust berwarna seperti
bahan pewarnanya