Gambaran Umum SIMPULAN DAN SARAN
                                                                                A.  Aspek Manajemen Sebagian  besar  industri  kulit  di  Manding  memiliki  struktur  organisasi  yang
sederhana,  namun  belum  jelas  job  description  dan  job  specification-nya, disebabkan  skala  industri  yang  masih  mikro  dan  kecil  sehingga  pembagian
pekerjaan  cukup  mudah.  Pada  umumnya  pembagian  pekerjaan  hanya  dibagi menjadi  bagian  produksi  dan  bagian  penjualan.  Tingkat  pergantian  karyawan
sangat  rendah,  perikrutan  dan  pengawasan  karyawan  dilakukan  sebatas  unsur kekeluargaan dan saling percaya. Namun yang membuat kondisi harmonis dalam
menjalankan  industri.  Tingkat  pendidikan  karyawan  SD,  SMP  dan  SMA,  dan belum  ada  penghargaan  dan  pelatihan  dari  dalam  industri.  Pelatihan  hanya
dilakukan  jika  Pemerintah  daerah  Kabupaten  Bantul  menawarkan  pada  industri. Kegiatan pencatatan dan administrasi dilakukan dengan sederhana, sebatas jumlah
barang yang terjual, serta rekap catatan dilakukan rata-rata setiap 3 bulan.
B.  Aspek Pemasaran Pelaku  industri  kulit  Manding  tidak  melakukan  segmentasi  pasar,  namun  dari
hasil  kuesioner  terlihat  rata-rata  konsumen  kelas  menengah  keatas.  Penjualan disekitar  Yoyakarta,  seperti  daerah  Malioboro,  pasar  Bringharjo,  dan  daerah
wisata  seperti  Borobudur  dan  Prambanan.  Pasar  luar  kota  meliputi  Jakarta, Semarang, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Pasar ekspor meliputi negara di
Benua  Asia  dan  Eropa  melayani  pesanan  dan  pembelian  grosir  maupun  retail. Cara  penjualan  terefektif  adalah  saat  pembeli  memesan  dalam  jumlah  besar,
selanjutnya  cara  selanjutnya  adalah  penjualan  melalui  showroom,  namun  tidak semua  pengrajin  memiliki  showroom.  Belum  melayani  penjualan  online  dan
belum  ada  merk  dagang,  minimnya  informasi  produk  kulit  Manding  kepada konsumen.  Strategi  yang  mereka  andalkan  adalah  mutu  kulit  yang  baik  dengan
harga  yang  cukup  bersaing  atau  murah.  Namun,  untuk  hal  desain  model  dan warna,  produk  kulit  Manding  cenderung  monoton.  Promosi  yang  dilakukan
sebatas  pencetakan  kartu  nama,  bahkan  produknya  tidak  memiliki  merk  dagang sendiri.  Jaringan  kerjasama  untuk  pemasaran  sempit,  sebatas  menjaga  hubungan
baik  dengan  pelanggan.  Penjualan  relatif  banyak  hanya  saat  libur  nasional maupun  libur  sekolah,  atau  mendekati  hari  raya  lebaran.  Penetapan  harga
berdasakan biaya bahan baku ditambah keuntungan yang diinginkan. Nama besar Manding  sebagai  sentra  industri  kulit  memiliki  dampak  positif  bagi  penjualan,
serta  letak  Manding  dinilai  strategis  karena  memotong  jalur  utama  dari  kota Yogyakarta menuju pantai Parangtritis, sehingga wisatawan dapat membeli oleh-
oleh khas kulit. C.  Aspek Keuangan
Seluruh  pelaku  industri  kulit  Manding  mengalami  penurunan  pendapatan  dalam tiga  tahun  terakhir  ini.  Ini  disebabkan  turunnya  permintaan  pesanan  dari
pelanggan  dan  turunannya  jumlah  penjualan  di  showroom.  Namun  mereka memiliki  modal  yang  cukup  untuk  bertahan.  Keuangan  dikelola  oleh  pemilik
sendiri, dan bukan merupakan ahli dalam bidang keuangan, pencatatan keuangan dilakukan  secara  sederhana.  Keuangan  industri  tercampur  dengan  keuangan
keluarga  pemilik  industri,  ini  sering  mengakibatkan  permasalahan  keuangan. Secara  umum  pengusaha  memperoleh  modal  awal  milik  sendiri  tidak  ada  yang
berasal  dari  investor,  dan  merupakan  usaha  turun  temurun.  Dalam  usaha pengembangannya  beberapa  pengusaha  mendapatkan  modal  pinjaman  bank,
namun  sebagian  besar  mengalami  kesulitan  dalam  pengajuan  pinjaman  ke  bank, merasa bunga pinjama terlalu tinggi, serta tidak memiliki agunan peminjaman.
D.  Aspek Produksi Bahan  baku  utama  berupa  kulit  samak  selalu  dapat  tercukupi,  diperoleh  dari
daerah  Yogyakarta  dan  magetan  jawa  timur,  hanya  saja  harganya  yang  relatif mahal  menjadi  kendala  dalam  pemenuhan  pesanan  pembeli  dalam  jumah  yang
besar.  Prosedur  pemesanan  bahan  baku  dilakukan  dengan  mendatangi  langsung pemasok  bahan  baku,  ataupun  pemesanan  melalui  telepon  jika  sudah
berlangganan.  Tidak  terjadi  proses  penggudangan  bahan  baku,  karena  pengrajin
hanya  membeli  seperlunya  dan  langsung  diproses,  sedangkan  untuk  produk langsung disimpan di showroom. Teknologi produksi konvensional secara manual
didapatkan  dari  ajaran  turun-temurun  keluarga.  Pengendalian  mutu  produk dilakukan  pada  tahap  finishing  produk,  ini  dirasa  sudah  cukup  efektif  untuk
menjaga  mutu produk. Melayani  pembuatan produ sesuai pesanan.  Mutu produk baik, variabel kenyaman, jahitan, daya tahan, bahan baku, harga, dan ketersediaan
cukup  mendekati  harapan  konsumen,  variabel  model  dan  warna  cukup  jauh  dari harapan  konsumen.  Variabel  model  dan  warna  menyangkut  pengambangan
Desain produk yang lemah.
E.  Aspek Pengembangan Inovasi desain produk jarang dilakukan pelaku industri kulit Manding, umumnya
mereka  hanya  menerima  desain  yang  diinginkan  oleh  pemesan.  Faktor  yang mereka  unggulkan  adalah  mutu  baik  dengan  harga  terjangkau.  Pelatihan  kepada
karyawan  dilakukan  jika  hanya  mendapat  bantuan  pelatihan  dari  pemerintah daerah Kabupaten Bantul maupun ATK.
Evaluasi Faktor Internal IFE
Hasil  identifikasi  faktor  internal  perusahaan  dikelompokkan  menjadi  dua, yakni  kekuatan  internal  strengths  dan  kelemahan  internal  weaknesses.  Daftar
kekuatan  dan  kelamahan  perusahaan  diperoleh  dengan  meringkas  kuesioner  dan kemudian  ditimbang  selama  diskusi  dalam  pertemuan,  serta  berdasarkan  literatur.
Dari  hasil  analisis  faktor  internal  tersebut  diperoleh  tujuh  kekuatan  dan  tujuh kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut:
Kekuatan :
S1 : Lokasi usaha yang strategis Menurut  Sjaifudian  1997  penentuan  lokasi  sangat  berperan  penting  dalam
kemajuan  perkembangan  usaha.  Dekat  dengan  jaringan  transportasi  adalah  yang paling  utama.  Biaya  transportasi  mempunyai  pengaruh  terhadap  biaya  pemasaran,
akibatnya  konsumen  akan  memasukan  biaya  transportasi  dalam  fungsi  permintaan. Lokasi  fasilitas  merupakan  salah  satu  faktor  yang  harus  diperhatikan  untuk
menciptakan  efisiensi,  efektivitas  dan  produktivitas  dari  kegiatan  produksi-operasi perusahaan Pearce dan Robinson 2004
Sentra  industri  kulit  Manding  memiliki  lokasi  strategis  yaitu  terletak memotong  jalan  parangtritis  yang  merupakan  jalur  dari  kota  Yogyakarta  menuju
pantai  Parangtritis,  pantai  yang  sangat  terkenal  dan  banyak  penunjungnya  baik wisatawan  dalam  maupun  luar  negeri.  Jalan  ini  juga  merupakan  jalur  bus  dan  jalan
utama menuju pantai-pantai lain di bantul seperti pantai depok yang terkenal dengan pelelangan  ikan,  serta  pantai  glagah  yang  memiliki  pasir  putih.  Lokasi  Manding  ini
memungkinkan  banyak  wisatawan  berkunjung  untuk  membeli  oleh-oleh  maupun berbelanja  untuk  kebutuhan  sendiri  akan  produk  khas  kulit.  Pernyataan  bahwa
Manding memiliki lokasi yang strategis disimpulkan dari hasil diskusi dengan pakar, pernyataan pelaku industri kulit, dan ungkapan beberapa responden konsumen bahwa
lokasi Manding merupakan salah satu alasan berbelanja disana.
S2 : Nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan sebagai Desa wisata. Loyalitas  kosumen  terhadap  produk  merupakan  faktor  kekuatan  dari  aspek
pemasaran Pearce dan Robinson 2004 dimana didalamnya termasuk loyalitas  yang dipengaruhi  nama  besar  perusahaan.  Manding  telah  dikenal  sebagai  daerah  sentra
para  pengrajin  kulit  dari  tahun  1980an  hingga  sekarang.  Produk  Manding  terkenal dengan  mutu  yang  baik  serta  harga  yang  lebih  terjangkau.  Ini  terlihat  dari  masukan
para konsumen yang puas akan keawetan produk serta harga yang relatif lebih murah. Predikat  Desa  wisata  juga  sudah  diberikan  kepada  Desa  Manding,  dukungan
pemerintah  dan  pengelola  paguyuban  Manding  untuk  mengankat  Desa  wisata Manding  yang  menyuguhkan  kegiatan  para  pengrajin  kulit  dalam  memproduksi
produk  secara  manual  dan  tradisional,  ini  diungkapkan  oleh  pakar  dari  dinas perindustrian  Kabupaten  Bantul,  serta  penerbitas  video  profil  Desa  wisata  Manding
oleh  pengelola  kelompok  sadar  wisata  Manding  sebagai  bukti  keseriusan  mereka mempromosikan Desa wisata Manding.
S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku Menurut  Pearce  dan  Robinson  2004  ketersediaan  bahan  baku  merupakan
salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan produktivitas  dari  kegiatan  produksi-operasi  perusahaan.  Bahan  baku  berupa  kulit
samak dan bahan tambahan lainya dengan mudah diperoleh para pelaku industri dari sekitar  kota  Yogyakarta  ataupun  dari  magetan  jawa  timur.  Pelaku  industri  tidak
merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan baku hanya saja, harga kulit samak yang dirasa  mahal.  Menurut  para  pakar,  ketersediaan  kulit  samak  dirasa  aman  untuk  saat
ini dan beberapa tahun kedepan.
S4 : Mutu produk memuaskan Dua  hal  yang  dibeli  konsumen  dari  sebuah  produk.  Pertama  nilai  yang
terkandung  dalam  produk  tersebut  dan  service  yang  diberikannya.  Nilai  ditentukan oleh  biaya  dan  kualitas  sedangkan  service  ditentukan  oleh  mutu.  Mutu  ternyata
menjadi faktor penentu agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Oleh karena itu  mutu  dapat  dijadikan  sebagai  senjata  strategik  yang  harus  dikembangkan  guna
mencapai  kompetitif.  Porter  1997  menyatakan  bahwa  produk  yang  bermutu, ditentukan oleh delapan faktor yaitu : Performance, Feature, Reability, Conformance,
Durability,  Service  Ability,  Aesthetics,  dan  Perceived  Quality.  Produk  kulit  dari sentra  industri  kulit  Manding  munggul  dalam  mutu  durability,  yaitu  mutu  dengan
kecenderung pada ketahanan suatu produk saat digunakan. Mutu produk sangat dijaga oleh  para  pelaku  industri  kulit  Manding.  Mutu  merupakan  faktor  andalan  untuk
menarik  dan  mempertahankan  konsumen.  Mutu  produk  kulit  Manding  juga  diakui oleh  pakar  dan  para  konsumen  yang  menyatakan  produk  awet  saat  dipakai  dan
keaslian kulitnya terjamin.
S5 : Suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis Bisnis  industri  kulit  di  Manding  merupakan  usaha  yang  turun  temurun,
mayoritas  pegawainya  juga  merupakan  kerabat  dari  pemilik  industri,  ini  merupakan
                                            
                