13 ditunjukkan dengan penggunaan pupuk. Pendekatan biaya pengganti didasarkan
pada asumsi bahwa erosi tanah dan aliran permukaan menyebabkan terjadinya pencucian hara dan efektivitas pupuk bagi tanaman lebih rendah yang pada
akhirnya akan menyebabkan penurunan produksi. Pemberian pupuk buatan atau pupuk organik, pergiliran tanaman dengan tanaman leguminosa dan menghindari
dari pembakaran vegetasi atau sisa-sisa tanaman terus-menerus adalah cara-cara untuk mencegah kerusakan dan memulihkan kesuburan tanah Arsyad, 2000.
2.4. Konservasi
Salah satu cara pengendalian erosi yang tepat untuk digunakan yaitu dengan melakukan konservasi tanah. Konservasi tanah adalah penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah Arsyad, 2000. Selain untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi, usaha konservasi tanah ditujukan untuk memperbaiki tanah yang
rusak, dan memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari. Selanjutnya, menurut Arsyad 2000, konservasi
tanah tidak berarti penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi menyesuaikan macam penggunaannya dengan kemampuan tanah dan
memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat 2005, teknik pengendalian erosi dapat dibagi dua, yaitu mekanis dan biologis
atau vegetatif. Namun keduanya sering digabung sehingga lebih efektif. Pengendalian erosi secara mekanis dapat dilakukan dengan menerapkan teras
14 baku dan teras gulud. Secara teknis, teras baku merupaka pengendalian erosi yang
efektif. Teras baku memotong panjang lereng dan menghambat laju permukaan aliran permukaan, sehingga pengangkutan partikel-partikel tanah pun terhambat.
Teknik konservasi menggunakan teras gulud dianggap lebih mudah dan lebih sederhana dalam pembuatannya dibanding teras baku. Teras gulud merupakan
modifikasi dari guludan untuk bertanam ubi jalar pada lahan-lahan datar yang diterapkan pada lahan miring. Secara vegetatif, teknik pengendalian erosi yang
dapat digunakan adalah strip rumput, mulsa, tanaman penutup tanah, olah tanah konservasi, dan pertanaman lorong,
2.5. Konsep Usahatani
Menurut Prof. Tb. Banchtiar Rifai 1960 dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983, usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun
organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Soekartawi et al. 1985 menyatakan bahwa usahatani
merupakan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan yang terbatas untuk mencapai tujuannya.
Pada awalnya manusia mengenal usaha bertani dengan cara-cara yang sederhana dengan tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga sendiri
subsisten. Disini, bertani dipandang sebagai suatu cara hidup way of life daripada suatu bisnis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.
2.5.1 Konsep Pendapatan Usahatani
Berusahatani akan dinilai pada biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh oleh petani. Selisih antara keduanya merupakan pendapatan yang
akan diperoleh untuk usahanya. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki
15 nilai positif dan semakin besar nilainya maka semakin baik, meskipun besar
pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin saja diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula.
Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lain
termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya Suratiyah, 2011. Beberapa istilah yang biasanya dipergunakan dalam
menganalisis pendapatan usahatani menurut Soekartawi et al. 1985, yaitu: 1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai yang diterima dari penjualan
produk usahatani. 2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi usahatani. 3. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani
dan pengeluaran tunai usahatani 4. Penerimaan kotor usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 5. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani. Menurut Soekartawi 2002 Biaya usahatani dapat di bedakan atas:
1. Biaya tunai, merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani, meliputi biaya tetap misalnya pajak, dan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk
bibit, obat-obatan dan biaya untuk pembayaran tenaga kerja luar keluarga.
16 2. Biaya yang diperhitungkan, merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai
dikeluarkan petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti biaya untuk
sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga yang dinilai berdasarkan upah yang berlaku, penggunaan benih
dari hasil produksi sebelumnya dan penyusutan dari sarana produksi. Analisis terhadap pendapatan usahatani juga dapat digunakan untuk
mengukur efisisensi usahatani terhadap penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah yang dikeluarkan Revenue Cost Rasio atau R-C Rasio. Analisis R-C rasio
digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani berdasarkan keuntungan finansial, yang menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh
dengan pengeluaran tertentu dalam satu satuan biaya. Semakin besar nilai R-C rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap
rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan.
Kelayakan usahatani berdasarkan besarnya nilai R-C rasio dapat dikatakan layak apabila nilai R-C rasio lebih besar dari satu, nilai ini berarti setiap tambahan
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya. Secara sederhana kegiatan usahatani tersebut
dapat dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Sebaliknya, apabila nilai rasio R-C rasio lebih kecil dari satu, artinya tambahan biaya menghasilkan
tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio R-C sama dengan satu, maka
kegiatan usahatani tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian
17
2.5.2 Usahatani Kentang Kabupaten Garut
Kentang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Jawa Barat yang banyak ditanam di daerah dataran tinggi karena kentang cocok
ditanam pada ketinggian 500-3000 mdpl. Selain itu, tanaman kentang cocok ditanam pada jenis tanah Andosol dan Grumosol dengan tekstur sedang dan
struktur gembur, dengan pH tanah 5,0 – 6,5. kondisi iklim yang cocok untuk
tanaman kentang adalah tempat dengan curah hujan 1000 mmth dan temperatur 15-25°C Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, 2003 .
Jawa Barat mengalami penurunan luas panen tanaman kentang sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Hal ini diikuti dengan penurunan produksi pada tahun
yang sama. Namun, pada tahun 2009 luas panen dan produksi kentang mengalami peningkatan, masing-masing 10,60 persen dan 9,84 persen dari jumlah tahun
2008. Berbeda dengan luas panen dan produksi, produktivitas tanaman kentang di Jawa Barat mengalami peningkatan sejak tahun 2007 hingga tahun 2008, namun
terus mengalami penurunan sejak tahun 2009 hingga tahun 2011. Hal ini terjadi karena pada tahun 2007 dan 2008, laju penurunan luas panen lebih besar dari laju
penurunan produksi. Sedangkan pada tahun 2009 hingga 2011, laju penurunan luas panen lebih kecil daripada laju penurunan produksi Tabel 3.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kentang di Jawa Barat Tahun 2006-2011
Tahun Luas Panen
Ha Perubahan
persen Produksi
Ton Perubahan
persen Produktivitas
TonHa Perubahan
persen 2006
17.242 349.157
20,25 2007
16.479 - 4,43
337.369 -3,38
20,47 1,10
2008 13.873
-15,81 294.564
-12,69 21,23
3,71 2009
15.344 10,60
323.543 9,84
21,09 -0,69
2010 13.553
-11,67 275.100
-14,97 20,30
-3,74 2011
11.327 -16,42
220.154 -19,97
19,44 -4,25
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2010-2011
18 Jawa Barat memiliki beberapa sentra produksi kentang, yaitu di Bandung
dan Garut, dengan kecamatan utama yaitu Lembang, Kertasari dan Cimenyan untuk Kawasan Bandung, dan Pasirwangi, Cikajang, Cisurupan, Samarang, dan
Bayongbong untuk Kawasan Garut. Selain itu, pada tahun 2010 Jawa Barat sedang mengembangkan Majalengka, Bandung Barat, Kuningan, Cianjur, dan
Sumedang untuk menjadi sentra produksi kentang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2010.
Kabupaten Garut merupakan penghasil kentang terbesar kedua di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Namun, dibandingkan dengan Kabupaten
Bandung, Kabupaten Garut memiliki produktivitas yang lebih tinggi sejak tahun 2006 hingga 2010 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2010.
Pada tahun 2010, dengan luas panen 6.442 hektar, produksi kentang yang dihasilkan di Kabupaten Garut adalah 140,029 ton. Dengan kata lain pada tahun
2010 produktivitas kentang adalah 21,74 TonHektar. Produksi ini masih dapat dikembangkan, karena Kabupaten Garut masih memiliki 3400 hektar area yang
masih berpotensi untuk ditanami kentang Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, 2009.
2.6. Adopsi Inovasi
Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak seorang
mulai mengenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan proses itu memerlukan waktu Rogers dan Schoemaker, 1986
dalam Nahraeni, 2000. Dalam hal mengambil keputusan, seseorang dapat menerima atau menolak inovasi. Bila ia menerima inovasi mengadopsi artinya ia
19 menggunakan ide baru, barang baru, dan praktek baru dan menghentikan ide-ide
yang digantikan oleh inovasi itu. Namun, sebelum mengambil keputusan inovasi, biasanya petani memperoleh keyakinan akan keberhasilan metode itu. Terdapat
lima tahap proses adopsi yaitu Rogers dan Schoemaker, 1986 dalam Nahraeni, 2000 :
1. Tahap kesadaran; seseorang mengetahui adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi mengenai hal itu.
2. Tahap menaruh minat; seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak mengenai inovasi tersebut.
3. Tahap penilaian; seseorang mengadakan penilaian terhadap ide baru tersebut dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini dan masa datang
mencobanya atau tidak. 4. Tahap percobaan; seseorang menerapkan ide-ide baru itu dalam skala kecil
untuk menentukan kegunaan apakah sesuai dengan situasi dirinya. 5. Tahap penerimaan adopsi; seseorang menggunakan ide baru itu secara tetap
dalam skala yang luas.
2.7. Pengambilan Keputusan Adopsi